Yesus dan Bunda Maria Hadir di Tana Toraja
Tiada lelah rasanya kaki ini jika diajak untuk berkeliling negeri dengan ratusan juta atau bahkan milyaran keindahannya. Sedikit mustahil memang untuk bisa mengunjungi semuanya, namun merupakan sebuah anugerah apabila bisa menyempatkan waktu disela-sela kesibukan untuk menikmati sedikit keindahan ciptaan-Nya. Hanya perasaan senang dan gembira yang hadir kala waktu tersebut datang. Apalagi ketika wisata yang dilakukan tidak hanya bisa memuaskan mata tetapi juga membuat hubungan kita dengan sang Tuhan menjadi lebih dekat dengan rasa syukur yang kita ucapkan tiada hentinya.
Kali ini kaki ini menapaki Tana Toraja, Sulawesi Selatan, daerah yang selalu punya cerita unik. Tak hanya melulu soal angkernya kuburan-kuburan di sana, namun ada sisi lain dari daerah ini yang patut untuk disebarkan. Bukit Buntu Burake, itulah nama tempat yang tim Daily voyagers kunjungi kali ini, sebuah tempat di mana keindahan alam buatan Tuhan berpadu dengan keindahan objek buatan manusia. Sebuah bukit yang cukup tinggi dengan Patung Yesus memberkati pada puncaknya.
Patung Yesus dengan tinggi keseluruhan 40 meter ini berdiri dengan gagah pada ketinggian 1100 Meter di atas permukaan laut, membuatnya bisa terlihat meskipun dari kejauhan sekalipun. Ketinggian patung Yesus yang berada di Tana Toraja ini bahkan kabarnya mengalahkan ketinggian Patung Yesus yang berada di Rio de Janeiro, patung Yesus yang sudah terkenal lebih dulu seantero dunia. Tidaklah mustahil jika suatu saat nantinya lokasi dan patung ini bisa menggantikan kepopuleran Patung Yesus Penebus (Cristo Redentor) dengan arsitektur Art Deco yang ada di negeri Samba tersebut.
Sebagai informasi tambahan, di Toraja terdapat 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Tana Toraja dengan Makale sebagai ibu kota kabupatennya dan Kabupaten Toraja Utara dengan Rantepao sebagai ibu kota kabupatennya. Nah, lokasi dari objek wisata religi ini berada di Buntu Burake, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Patung ini juga sekaligus menjadi ikon dari Kabupaten Tana Toraja. Sedangkan di Toraja Utara, terdapat sebuah Salib Raksasa sebagai ikon dari Kabupaten ini yang terletak di puncak bukit Singki. Jadi jangan sampai keliru ya.
Kembali lagi ke Makale, kini keberadaan patung yang dibangun sejak tahun 2013 ini memang sangat menyedot animo voyagers yang ingin menikmati wisata religi. Sambil menikmati wisata di atas Bukit Buntu Burake, voyagers juga disuguhkan panorama yang indah, panorama Tana Toraja yang tertutup hijaunya pepohonan terlihat cukup jelas dari tempat ini. Aktivitas seru yang voyagers juga bisa lakukan di sini adalah berdoa dan bernyanyi bersama adik-adik sekolah minggu, hal ini tentunya hanya bisa dinikmati pada hari minggu. Bila voyages berkunjung ke tempat ini pada hari minggu maka akan ada banyak anak sekolah minggu yang didampingi kakak layannya bersukacita di tempat ini, bernyanyi sambil menari diiringi alunan gitar dan kecapi.
Untuk menuju Patung ini dari tempat parkir tidaklah mudah. Voyagers harus berjuang melewati 500 anak tangga terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar voyagers bisa sedikit memahami kesulitan yang dialami Yesus kala menderita karena memikul salib ke puncak Golgota. Namun jangan takut, voyagers sudah dipermudah di sini. Apabila voyagers kelelahan sebelum mencapai patung Yesus, maka terdapat Gazebo-gazebo yang bisa digunakan untuk beristirahat. Tidak jauh dari Gazebo-gazebo tersebut juga terdapat beberapa penjual makanan dan minuman lho. Ada juga fasilitas toilet umum yang disediakan pemerintah setempat. Kurang enak bagaimana lagi?
Meski pengerjaan patung Yesus ini belum sepenuhnya rampung baik dari sisi pengerjaan patung atau infrastruktur jalan menuju lokasi wisata ini, Namun lokasi wisata ini sudah dipadati oleh banyak pengunjung baik dari Sulawesi maupun dari luar Sulawesi, baik dari kalangan Kristen atau non Kristen, berbagai macam denominasi masyarakat rasanya ingin bisa menikmati tempat ini.
Sunrise dan Sunset adalah dua momen tambahan terbaik untuk menikmati tempat ini. Dari atas puncak bukit buntu Burake ini voyagers bisa melihat dengan jelas kala Matahari terbangun dan siap menerangi tempat ini, juga saat Matahari berpamitan untuk beristirahat sebelum kembali bertugas keesokan harinya.
Untuk mencapai lokasi Patung Yesus ini, rasanya voyagers harus menyewa kendaraan, boleh berupa motor atau Mobil. Kenapa begitu? Karena kendaraan umum hanya sampai di Jalan Raya Poros Makale Rantepao. Sebenarnya bisa berjalan kaki dari pinggir Jalan Raya Poros Makale Rantepao tersebut, hanya saja hal tersebut akan sangat melelahkan. Selain jalannya yang agak jauh dan belum sepenuhnya beraspal, juga medannya yang cukup menanjak.
Goa Maria
Kebanyakan orang mungkin hanya mengetahui Patung Yesus saja yang berada di Bukit Buntu Burake ini, padahal masih ada satu tempat penting lagi yang letaknya masih satu kawasan dengan Patung Yesus ini yaitu Goa Maria. Patung Ibunda Yesus yang diletakkan di dalam goa ini juga bisa menjadi salah satu tujuan wisata religi buat voyagers yang beragama Katolik. Ukurannya memang tidak se-spektakuler Patung Yesus, ukurannya normal seperti rata-rata Goa Maria pada umumnya. Namun ukuran tersebut tidaklah menjadi tolak ukur kekhusyukkan bagi voyagers yang ingin berdoa di tempat ini.
Apabila voyagers kebingungan untuk menuju tempat ini, voyagers bisa bertanya pada anak kecil di sekitar parkiran yang menjaga kendaraan yang terparkir. Mereka akan menunjukkan arah menuju Goa Maria ini.
Semoga kehadiran Patung Yesus dan Bunda Maria di Tana Toraja ini tidak hanya sekedar menjadi Landmark untuk Tana Toraja, namun juga bisa menjadi berkat tidak hanya untuk warga Toraja sendiri tetapi juga untuk seluruh warga dunia. Kiranya kehadiran Yesus dan Maria di tempat ini dapat meningkatkan aspek religiusitas setiap orang yang berkunjung dan sepulangnya mereka dari tempat ini maka mereka boleh menjadi pribadi yang lebih baik dan semakin peduli dengan kehidupan orang-orang di sekitar mereka.
Selamat Berkunjung ke Toraja ya. Happy Traveling 🙂
A new command I give you: Love one another. As I have loved you, so you must love one another.
— Jesus Christ
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah sampai saat artikel ini ditulis (10 September 2016):
- Infrastruktur Jalan
Jalan raya Makale-Rantepao adalah jalur beraspal terkahir yang bisa dianggap layak untuk dilewati. Mulai dari Jalan tersebut menanjak sampai ke tempat parkir lokasi wisata ini, bisa dikatakan masih tidak layak. Jalanan benar-benar masih berbatu dan akan sangat lebih membahayakan juka hujan terjadi. Sepeda motor dan kendaraan non 4WD pasti sangat kesulitan untuk menuju ke atas untuk kembali dari tempat ini.
- Penyelesaian Patung
Kondisi patung juga harus segera diselesaikan. Tempat dimana Patung Yesus berdiri atau tim Daily Voyagers menyebutnya sebagai “menara pemantau” harus segera dirampungkan proses pengecatan dan pemasangan pintu & jendelanya agar objek wisata ini terlihat semakin indah dan sempurna. Goa Maria-nya sendiripun masih harus mengalami sedikit penyempurnaan agar banyak warga yang bisa langsung berdoa di sana dalam satu waktu. Untuk saat ini, proses gilir ganti harus terjadi bagi voyagers yang ingin berdoa di tempat ini.
- Pengaturan tempat parkir dan Retribusi
Pengaturan tempat parkir sangatlah kacau. Parkir motor dan mobil tidak tersusun rapi, belum lagi retribusi parkir yang juga tidak jelas. Tidak pantas rasanya tempat parkir dijaga oleh anak-anak kecil. Seharusnya dipersiapkan petugas yang memang layak untuk untuk menjaga tempat parkir.
Biaya masuk lokasi wisata ini juga masih seikhlasnya. Seharusnya ditetapkan biaya tetap untuk per orangnya. Hal ini demi terjaganya keseimbangan antara pengunjung yang masuk dan biaya pemeliharaan tempat wisata religi ini. - Pengamanan
Tidak adanya petugas sama sekali tepat di Objek wisata baik Patung Yesus atau Goa Maria. Kurangnya beberapa kesadaran pengunjung membuat banyak pengunjung dapat dengan seenaknya merokok dan membuang sampah di kawasan “suci” tersebut. Yang lebih parah adalah kondisi Goa Maria, Pengunjung seolah tidak terkontrol untuk masuk ke dalam Goa tersebut dan selfie dengan patung Bunda Maria. Kondisi ini sangat amat berpotensi merusak citra tempat yang dinobatkan menjadi objek wisata religi ini.