Mengenal Taman Narmada, Peninggalan Agama Hindu di Tanah Mataram
Mungkin voyagers masih ingat dengan tokoh bernama Ken Arok dan Ken Dedes atau cerita tentang keris buatan Mpu Gandring. Cerita-cerita tersebut barangkali kita baca pertama kali ketika kita berada di bangku SMP saat pelajaran Sejarah dengan materi Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
Agama Hindu pertama kali masuk ke Indonesia sekitar awal tahun masehi. Agama tersebut dipercaya dibawa masuk ke Indonesia oleh musafir dan pedagang yang datang ke Indonesia, ya maklum saja saat itu memang letak Indonesia sangat strategis untuk jalur perdagangan.
Sejak masuknya agama Hindu ke Indonesia, mulai banyak kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu bermunculan, sebut saja seperti Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Singosari, Mataram Lombok dan Majapahit.
Kerajaan-kerajaan Hindu ini pun berjaya selama beberapa waktu sampai akhirnya Islam mulai masuk di Nusantara ini sekitar tahun 10 Masehi. Pengaruh Islam yang kuat di nusantara berhasil “mengungguli” dominasi penyebaran Agama Hindu di Indonesia.
Seiring dengan hilangnya Kerajaan-Kerajaan Hindu di Indonesia tersebut lantas tidak membuat bangunan-bangunan yang pernah mereka bangun di bumi Indonesia ini hancur oleh perkembangan jaman atau sengaja untuk dihancurkan.
Masih banyak bangunan warisan peninggalan kerajaan Hindu yang berdiri kokoh dan dijaga di Indonesia sampai saat ini, bahkan di tempat yang mayoritasnya beragama selain Hindu sekalipun.
Kita lihat contohnya di NTB (Nusa Tenggara Barat), lebih tepatnya di Lombok. Kota dengan mayoritas penduduk beragama Islam itu memiliki banyak sekali bangunan peninggalan agama Hindu dan salah satu yang paling terkenal ialah Taman Narmada yang berada di Lombok Barat, peninggalan Kerajaan Mataram Lombok.
Tempat ini selalu ramai dikunjungi baik saat liburan sekolah ataupun hari biasa. Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak terbatas hanya dari turis lokal tetapi juga mancanegara. Sebenarnya apa saja sih yang yang ada di Taman narmada ini? Yuk kita intip apa saja yang ada di Taman Narmada ini dan apa aja cerita yang ada di tempat ini.
Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok barat. Untuk masuk ke tempat ini kita hanya perlu merogoh kocek sebesar RP.6000,- .
Bale Terang
Ketika masuk, kita akan langsung disambut oleh Halaman Pasarean. Ditengahnya terdapat bangunan yang disebut Bale Terang. Bale terang adalah bangunan berbentuk rumah panggung yang terdiri dari ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai gudang, bagian atasnya terdiri atas 3 bagian yaitu dua kamar pada ujungnya (Utara dan Selatan), yang berfungsi sebagai tempat tidur Raja dan Ruang Tengahnya yang terbuka yang berfungsi sebagai tempt raja melihat pemandangan ke arah Timur ( ke arah Meru).
Pintu dan jendela yang ada di Balai terang semuanya bermotif bulan tunggal dan tumbuh-tumbuhan. Bale Terang merupakan tempat paling tepat untuk menikmati pemandangan Telaga Padmawangi.
Telaga Padmawangi
Bale Terang merupakan tempat paling tepat untuk menikmati pemandangan Telaga Padmawangi. Lokasi Telaga ini tepat di bawah Bale Terang. Telaga Padmawangi adalah sebuah kolam besar yang dulunya biasa dipakai oleh dayang-dayang istana sebagai tempat mandi. Dahulu kala di tempat ini banyak sekali ditumbuhi tanaman Bunga Tunjung atau Padma yang harum.
Bale Petirtan
Tidak jauh dari Telaga Padmawangi, lebih tepatnya di sebelah kiri Telaga terdapat sebuah bangunan kecil bernama Bale Petirtan. Di tempat inilah terdapat mata air Awet Muda. Konon, bila kita membilas wajah kita dengan air yang ada disini maka kita akan awet muda dan untuk yang belum mendapatkan jodoh maka akan enteng jodohnya. Air di Bale Petirtan ini merupakan hasil dari tiga pertemuan 3 Mata air yaitu mata air Lingsar, Suranadi & Narmada dan Mata Air ini dianggap suci oleh umat Hindu disini.
Pura Kelasa
Sedikit menanjak ke arah timur, terdapat satu dari delapan Pura tertua yang ada di Lombok yaitu Pura Kelasa. Pura Kelasa merupakan replika dari Gunung Rinjani yang secara kesatuan dengan kolam Segara Anak / Ageng melambangkan Makrokosmos (Alam Semesta). Pintu masuk ke halaman dalam Pura melalui pintu berbentuk Paduraksa (Gapura Beratap), yang satu menghadap selatan dan yang satu lagi menghadap ke barat dengan 2 Arca penjaga pintu (Dwara Pala) yang diapit oleh bangunan kembar bertiang 6 yang disebut bale gong.
Telaga Ageng
Di sebelah kanan dari Telaga Padmawangi terdapat Telaga yang lebih besar lagi yang bernama Telaga Ageng. Telaga Ageng dibuat sebagai miniatur Danau Segara Anak di Gunung Rinjani sebagai pengganti tempat pelaksanaan Upacara Pakelem setiap purnama kelima tahun Caka 9 Oktober-November), karena Raja tidak mampu lagi ke Gunung Rinjani.
Upacara Pakelem adalah suatu upacara yang dikaitkan dengan kesuburan dan turunnya hujan yang disebut juga Upacara Meras Danu. Di tepi telaga terdapat pancuran berbentuk Patung Gajah, Patung Ksatria dan miniatur candi dengan bentuk matahari yang keseluruhannya menunjuk tahun 1801 Caka atau 1879 Masehi yang menunjukkan selesai rehab Telaga Ageng. Disini juga terdapat penyewaan perahu yang bisa membawa kita berkeliling Telaga Ageng ini.
Sometimes it’s the Journey that teaches you a lot about your destination
–Drake