Berjumpa dan Berkenalan dengan Komodo di Pulau Rinca
Menjelajah daratan penuh Komodo, kadal terbesar yang hidup di dunia ini merupakan sebuah tantangan dan keinginan yang sudah lama ingin diwujudkan oleh tim Dailyvoyagers. Taman Nasional Komodo, yup, sebuah taman nasional yang menjadi destinasi kami kali ini, jaraknya tidak jauh dari daratan Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Dengan menggunakan kapal kayu, tim Dailyvoyagers berangkat menuju Loh Buaya yang berada di Pulau Rinca. Pulau Rinca merupakan salah satu habitat komodo selain di Pulau Komodo dan Pulau Padar. Hamparan biru laut bersanding elok dengan hijaunya rerumputan, pemandangan inilah yang tersaji saat tiba di pulau ini.
Setibanya di Pulau Rinca, kami langsung menuju loket pembayaran untuk dapat segera menjelajah pulau ini. Setelah proses administrasi selesai, kami pun didampingi oleh 3 ranger yang bertugas untuk memandu dan melindung kami. Sebagai pengunjung, voyagers wajib mematuhi peraturan yang ada di sini, dengarkan semua informasi yang dijelaskan oleh ranger dan jangan sekali-sekali mencoba melawan. Disiplin adalah hal yang sangat penting, mengingat komodo adalah hewan yang hidup di alam liar dan berbahaya.
Ada 3 jenis rute yang bisa voyagers pilih untuk menjelajah pulau ini yaitu rute pendek, rute sedang dan rute jarak jauh. Selain pada jarak dan waktu tempuh, perbedaan lainnya terletak pada tingkat kesulitan. Semakin jauh maka jalur akan semakin menanjak dan semakin melelahkan. Namun tidak ada sesuatu yang indah bisa didapatkan dengan mudah, begitu pun halnya di pulau ini. Ketika voyagers memilih rute paling jauh, voyagers berkesempatan naik ke atas bukit yang ada di Pulau Rinca dan memandang keindahan Pulau Rinca dari atas bukit tersebut. Tim Dailyvoyagers pun tidak mau membuang kesempatan dan memilih rute yang paling jauh.
Tidak butuh waktu lama untuk bertemu dengan sang naga purba, baru berjalan beberapa ratus meter kamipun langsung bertemu rombongan mereka. Titik pertemuan pertama dengan hewan predator ini tidak jauh dari dapur para ranger. Inilah saat pertama kali tim Dailyvoyagers melihat kadal terbesar ini di alamnya.
Umumnya yang bisa voyagers lihat di sini adalah komodo yang sudah besar atau di atas 4-5 tahun. Kenapa seperti itu? Salah seorang ranger kami menjelaskan kalau komodo kecil tinggal dan hidup di atas pohon sampai mereka cukup kuat untuk berburu dan melindungi dirinya dari predator lainnya.
Menurut sang ranger, Komodo adalah hewan kanibal alias bisa memakan kaumnya juga. Komodo Betina hanya peduli terhadap telurnya saja, komodo betina akan menginkubasi telurnya selama 3 bulan kemudian telur-telur tersebut akan ditinggalkannya dan kembali lagi 9 bulan kemudian saat telur-telurnya akan menetas. Komodo kecil yang kemudian berhasil menetas akan langsung berjalan dan naik ke atas pohon. Itulah cara mereka mempertahankan diri. Selama di atas pohon mereka akan memangsa serangga atau ular.
Di Pulau Rinca terdapat kurang lebih 2000-an komodo yang tersebar di seluruh pulau. Nah dari 2000-an komodo tersebut, ada 3 ekor yang paling terkenal di Pulau ini. Yuk kita kenalan satu per satu.
- Jessica
Yang pertama mari kita berkenalan dengan Jessica, salah satu komodo betina yang paling memesona bagi komodo -komodo jantan yang ada di Rinca. Yang membuat komodo ini spesial dan diberi nama adalah karena Jessica ini selalu bertelur di tempat yang sama. Kapanpun dia harus bertelur, maka dia akan bertelur di tempat tersebut. - Berto
Yang kedua mari kita berkenalan dengan Berto. Berto adalah komodo jantan bertipe petarung yang paling kuat yang ada di Pulau Rinca. Bisa dibilang dia adalah Hercules versi komodo atau juga bisa disamakan seperti Achilles sang petarung yang ada pada mitologi Yunani. Berto sering sekali bertarung dan selalu menjaga dengan baik wilayah kekuasaannya. - Kolor Ijo
Yang ketiga ini namanya Kolor Ijo, entah kenapa dia diberi nama seperti itu. Seperti layaknya manusia, komodopun ada yang tidak suka bergaul dengan kelompok dan hobinya menyendiri, itulah si Kolor Ijo. Selain tidak pernah bergabung dengan kelompok, salah satu hal yang membuat Kolor Ijo ini terkenal adalah hobinya menyerang manusia. Statistik penyerangan Kolor Ijo kepada manusia adalah 2 serangan setiap tahunnya.
Sembari berjalan, sang ranger terus melanjutkan ceritanya. Dia bercerita kalau kasus gigitan komodo yang terjadi di Rinca itu tidak pernah menyerang pengunjung. Umumnya yang menjadi korban gigitan Komodo adalah ranger, polisi hutan atau warga lokal yang ada di sana. Seperti sudah kita ketahui kalau gigitan komodo itu sangat beracun dan belum ada obatnya di Pulau ini. Bagi mereka yang tergigit maka akan langsung diterbangkan ke Bali untuk mendapatkan penanganan yang lebih serius.
Oh iya, komodo yang ada disini tidak diberi makan lho. Mereka berburu sendiri makanannya. Biasanya komodo ini berburu Rusa atau kerbau liar. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga insting memburunya dan tidak menjadikan Komodo menjadi manja yang mendapatkan makanannya dengan mudah.
Perjalanan diakhiri dengan naik ke Puncak Bukit Pulau Rinca. Dengan ditemani padang savana yang luas, voyagers bisa menikmati Flores dari kejauhan. Keindahan biru laut dari atas bukit yang memanjakan mata ini wajib juga untuk diabadikan. Jauhnya rute bukan berarti kita akan bertemu dengan banyak komodo, karena kalau hanya ingin melihat komodo saja ya di bagian awal perjalanan voyagers akan langsung bertemu.
Dengan memilih rute yang jauh, voyagers bisa mengeksplor lebih lagi kekayaan alam Pulau Rinca, mengetahui karakteristik pulau yang menjadi habitat hewan legendaris ini dan yang paling penting mendengar banyak cerita dari ranger tentang komodo yang mungkin voyagers tidak akan menemukan cerita tersebut di buku manapun 🙂
Let us dance in the sun, wearing wild flowers in our hair…
— Susan Polis Schutz