Seberapa Penting Memilih Partner Pendakian Buat Kalian?
Belakangan ini banyak hal esensial yang diabaikan dari sebuah pendakian, salah satunya adalah pemilihan partner pendakian. Saking inginnya naik gunung, terkadang beberapa orang tidak mempedulikan siapa yang menjadi teman pendakiannya. Yang penting kuota minimal pendakian terpenuhi, yang penting biaya sewa mobil jadi murah, yang penting biaya patungan porter jadi semakin kecil, dan beberapa “yang penting” lainnya yang justru terkadang bukan hal yang penting. Alhasil, saat pendakian dimulai, bukannya mendaki sama-sama, yang terjadi adalah mendaki ramai-ramai tapi sendiri-sendiri.
Menggapai puncak seringkali menjadi hal utama dan terutama yang kemudian menutup mata ini dari hal-hal dasar yang jauh lebih penting. Pada saat pemilhan partner pendakian bukan dianggap sesuatu yang penting, di sanalah akar masalah sudah mulai bertumbuh, bahkan sebelum pendakian itu dimulai.
Kalian setuju nggak kalau pemilihan partner pendakian itu penting? Jika setuju, menurut kalian seberapa penting sih memilih partner pendakian? Kalau buat saya, setuju & PENTING BANGET (sengaja tulisannya saya tulis dengan huruf besar dan ditebalkan). Kenapa penting? Karena di sanalah hidup mati kalian diletakkan. Bersama mereka sekian hari dari hidup kalian akan kalian habiskan. Bersama mereka perasaan, tenaga, makanan dan waktu kalian akan kalian bagikan. Ini bukan main-main, karena gunung memang bukan tempat untuk “bermain”.
Pernah mendengar kasus seorang pendaki yang sedang sakit lalu ditinggal teman-temannya untuk muncak? Kalau belum, baca DI SINI. Luar biasa, bukan? Di atas gunung, sakit, lalu ditinggal sendirian oleh teman-temannya yang ingin muncak. Teman macam apa itu? Itulah salah satu contoh dari ribuan contoh jika kalian salah memilih partner pendakian.
- Baca Juga: Mendaki Merbabu via Cuntel
Pemilihan partner pendakian yang tepat bisa membuat perjalananmu aman, nyaman, menyenangkan dan tidak terlupakan (dalam pengetian positif tentunya). Jika salah, efek yang ditimbulkan adalah trauma atau bahkan yang paling parah adalah kematian.
Lalu bagaimana sih cara memilih partner pendakian? Berikut ini sedikit tips yang bisa saya bagikan:
- Visi dan Misi
Mirip caleg ya ada visi dan misi segala, tapi memang begitu adanya. Kalian harus memilih partner pendakian yang satu visi misi dengan kalian. Naik gunungnya mau ngapain nih, mau pakai porter atau tidak, mau berapa hari pendakiannya, mau buka tenda di mana saja, mau makan apa saja, semua hal harus diketahui bersama dan dibicarakan. Dengan visi misi yang sama, maka kerja sama akan terbangun. Kalau tidak satu visi dan misi, ya lebih baik cari yang lain. - Sepadan
Waduh, seperti cari jodoh ya. Sepadan di sini maksudnya seimbang, seimbang kemampuan atau kekuatan fisiknya. Jika punya kemampuan fisik yang sama, kalian bisa berjalan dengan ritme yang sama dan pembagian beban yang sama. Lalu bagaimana jika bertemu dengan yang tidak terlalu sepadan?
Jika kalian memiliki fisik yang lebih kuat, kalian harus mau menurunkan ego kalian dan menjadi sama dengan partner pendakian kalian. Jika fisik kalian dibawahnya, maka mintalah agar partner kalian menyesuaikan dengan kalian. Intinya, perbedaan boleh ada tapi jangan sampai terlalu jauh. - Pengalaman
Orang-orang bilang pengalaman adalah guru yang terbaik. Hal tersebut memang tidak bisa disangkal, sebab ada beberapa pelajaran yang tidak didapat di sekolahan, tapi didapat dari pengalaman. Memiliki partner pendakian yang berpengalaman membuat pendakian lebih simple dan efisien. Dia bisa memberikan saran jika terjadi sesuatu, tahu apa yang harus dilakukan di setiap kondisi, cepat bertindak dan bisa membagi segala sesuatunya secara proporsional.
Nah, kalau tadi cara memilih partner pendakian, kali ini saya ingin memberikan tambahan bagaimana cara menjadi partner pendakian yang baik. Jangan hanya ingin mencari yang bagus saja dong, kita juga perlu mempersiapkan diri kita sendiri. Begini caranya:
- Jangan Nyusahin
Maksudnya jangan nyusahin itu seperti apa? Kalau sudah tahu gunung yang akan didaki jalurnya berpasir, jangan lupa bawa gaiter. Kalau sudah ditugaskan untuk membawa 3 tabung gas, bawalah 3 tabung gas sesua dengan perencanaan. Persiapkan semua mulai dari fisik, peralatan, pengetahuan dan kemampuan dengan baik. Jangan sampai ketika sudah mulai pendakian, eh ada yang kelupaan. Jangan sampai gara-gara kebodohanmu, satu grup jadi merasakan akibatnya. - Jangan Banyak Ngatur
Ini penyakit orang Indonesia, maunya bicara dan jarang mau mendengarkan. Menurut saya, dengan menjadi orang yang tidak banyak mengatur dan banyak mendengarkan, kalian sudah sangat membantu. Jika sudah ditetapkan siapa yang menjadi pemimpin pendakian, biarlah dia yang bertugas untuk mengatur. Kalian tidak perlu ikut-ikutan mengatur juga. - Jangan Egois
Sebab lawan terbesar dari sebuah pendakian bukanlah orang lain, bukanlah gunung itu, melainkan diri sendiri. Jika kalian melakukan sebuah pendakian lalu di tengah jalan teman kalian sakit, berhentilah dan bantu temanmu. Jangan malah kalian tinggalkan dia demi sesuatu yang bernama puncak. Jika tengah malam teman pendaki wanita kalian ingin buang air kecil di tengah hutan yang gelap, temanilah. Sebab keselamatan dan kenyamanannya juga menjadi tanggung jawab bersama. Saya tahu pelukan sleeping bag memang erat, tapi tidak ada salahnya sedikit menurunkan ego demi membantu orang lain
Ya, itu saja yang ingin saya bagikan mengenai kenapa pemilihan partner pendakian itu penting dan bagaimana cara memilih partner pendakian yang baik, serta cara menjadi partner pendakian yang baik pula.
Kalau dari kalian sendiri, apakah ada tambahan? Kalau ada, coba tulis di kolom komentar ya 🙂
Catatan
Untuk kalian yang suka cari partner pendakian lewat hashtag #caribarengan atau #naikbareng, pertimbangkanlah hal-hal yang sudah saya sebutkan di atas. Tidak ada salahnya bertanya lewat chat sudah pernah mendaki berapa kali, pernah mendaki gunung apa saja, dan bertanya seputar pengalaman pendakian kepada calon partner pendakian kalian. Lebih baik bertanya di depan daripada menyesal kemudian. Ingat, jangan cuma cari murahnya shared cost, tapi cari juga amannya.
Dan untuk kalian yang suka ikut opentrip pendakian gunung, carilah tour operator yang sudah berpengalaman dan dapat dipercaya. Lihat track record-nya, pernah bermasalah atau tidak. Sifat opentrip itu si tour operator akan mencari sekian banyak orang untuk melakukan pendakian. Setelah kuota terpenuhi, barulah pendakian dapat dilakukan. Kalian tidak bisa memilih kalian akan mendaki dengan siapa, seberapa jauh kemampuan mendaki pendaki lainnya, tapi kalian bisa memastikan apakah si tour operator itu menyediakan crew yang cukup atau tidak.
Sebagai contoh, jangan sampai ketika ikut opentrip, kalian yang jumlahnya 18 hanya didampingi oleh 1 tour leader dan 1 crew. 1 orang menangani 9 orang itu kurang pas menurut saya. Jika 2 orang sakit, pasti si crew harus menjaga kedua orang sakit itu kan? Lalu apakah 16 orang ini akan terus mendaki dengan hanya dipimpin 1 orang? Kurang bijak rasanya.
Karena opentrip, orientasi mereka pastinya keuntungan dan seringkali mengabaikan keamanan. Jangan sampai salah pilih ya 🙂
It’s fun to have a partner who understands your life and lets you be you.
–Kim Kardashian