5 Cara Merusak Gunung saat Kamu Mendaki
Merusak Gunung – Tidak, kamu tidak sedang salah membaca kok. Tulisan mengenai ajakan untuk menyayangi hutan dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang selama melakukan pendakian sudah banyak bertebaran di luar sana, saya tidak akan membahas hal-hal baik tersebut. Kali ini saya akan coba membahas bagaimana caranya supaya kamu, orang yang ingin mendaki gunung, orang yang mengaku sebagai pecinta alam, akan berperan sebagai aktor utama si perusak gunung itu sendiri.
Buang Sampah Sembarangan dan Jangan Bawa Turun Sampahmu
Ngapain sih sampah dibawa turun? Alam kan mampu mengurai sampah itu semua (ya meskipun beberapa diantaranya agak lama sih). Tinggalin aja di atas sana. Lagi pula naik gunung itu untuk senang-senang, masa iya naik dengan barang bawaan berat dan turun masih dengan barang bawaan yang berat juga, sampah pula. Ninggalin sampahnya juga cuma sedikit kok, cuma bungkus mie instan atau botol air aja, nggak akan terlalu berdampaklah.
Jika dirasa sampah yang ditinggal di atas gunung itu mengganggu, ya petugas dan warga di sekitar sana dong yang bersihin. Tiket pendakian kan sudah dibayar. Untuk apa saya bayar tiket itu kalau salah satunya bukan untuk petugas-petugas itu menjaga kebersihan di jalur pendakian?
Lakukan Aksi Vandalisme. Coret-Coretlah Batu dan Pahatlah Pepohonan
Jangan pernah puas dengan ciptaan Tuhan, khususnya alam. Bawalah spidol, Tip-Ex, atau cat semprot dan sembunyikan dengan baik di dalam carrier kamu. Saat sudah sampai di spot yang aman dan sepi, tuangkan dan kreasikan apa yang ada di kepala kamu dalam bentuk gambar atau tulisan.
Coret-coretlah bebatuan dengan cat semprot atau spidol. Tinggalkanlah pesan seperti “Saya pernah di sini” atau tulislah kamu alumni dari sekolah mana. Jangan ketinggalan tulisan “saya ♥ xxxx” agar semua orang tahu kalau kamu cinta dia. Buat pria, jangan lupa gambarkan alat kelamin kamu di akhir tulisan yang menjadi tanda kalau itu watermark milikmu.
- Baca Juga: Rute Pendakian Gunung Latimojong
Kalau dirasa tulisan dengan menggunakan cat semprot atau spidol terlalu merepotkan, cobalah untuk memahat sedikit ukiran di pohon menggunakan pisau. Nggak akan mati kok pohonnya bila dipahat sedikit tulisan yang memiliki arti dalam hidupmu. Orang yang bilang tulisan atau gambarmu jelek, kampungan, atau merusak gunung adalah mereka yang tidak memiliki jiwa seni. Seandaninya punya pun, jiwa seni mereka tidak setinggi milikmu sehingga mereka tidak bisa memahami betapa artsy-nya karyamu itu.
Dan masih menyambung soal sampah, jangan lupa tuliskan kalimat provokatif di atas kertas seperti “Indonesia itu indah. Jangan di rumah aja” atau “xxxx, kapan ke sini. Aku udah ke sini lho” lalu berfotolah dengan tulisan tersebut. Jangan lupa unggah ke Instagram agar kamu semakin eksis dan semua orang tahu kalau kamu itu seorang pendaki, berjiwa petualang, dan mencintai alam.
Jika sudah berfoto dengan kalimat tersebut, buang saja kertas tersebut sembarangan. Toh followers kamu tidak akan tahu hal tersebut. Mereka tahunya hanya proses pengambilan foto yang bagus itu saja. Lagi pula kertas itu kan dibuat dari pohon juga, jadi keberadaannya yang berserakan di antara pepohonan tidak akan merusak gunung, biarkan saja kertas-kertas itu bersanding dengan origin-nya.
Tebang Pohon Secara Brutal, Buat Api Unggun dan Jangan Matikan dengan Benar
Malam hari yang dingin di tengah gunung itu tidak lengkap kalau tidak ada api unggun. Ketiadaan api unggun di tengah malam yang dingin di tengah gunung itu ibarat makan nasi goreng tanpa telur. Bisa sih dimakan, tapi seperti ada yang kurang. Kehadiran api unggun di tengah malam yang dingin semakin melengkapi keceriaan dan keseruan saat mendaki gunung.
Dari mana lagi bahan untuk membuat api unggun didapat kalau bukan dari ranting-ranting pohon yang berguguran. Bagaimana jika ranting-ranting itu terbatas jumlahnya? Tebang pohon menjadi solusinya. Jadi ketika mendaki, jangan lupa untuk membawa Machete atau kapak kecil di dalam carrier kamu. Tebanglah pohon saat malam hari untuk membuat api unggun tersebut.
- Baca Juga: Rute Pendakian Semeru
Jangan ragu untuk menebang pohon. Paling lama kamu di gunung itu 2 malam, kan? Ya, paling banyak kamu menebang 1 pohon kecil setiap malamnya. Nggak akan gundul atau merusak hutan kalau cuma diambil 1-2 pohon kecil oleh kamu.
Lalu setelah menyalakan api unggun, nggak perlu mematikannya dengan benar. Tidak perlu ada double check untuk memastikan apinya benar-benar mati. Jika tidak benar-benar mati, nanti juga ada kok pendaki lain yang mematikannya buat kamu saat mereka lewat. Lagi pula hutan nggak akan terbakar dengan api kecil yang kamu nyalakan. Angin yang berhembus dan hujan yang turun akan mematikan api yang kamu nyalakan dengan sendirinya.
Petik Bunga-Bunga Indah Itu
Beberapa titik di gunung yang tinggi menjadi tempat bertumbuhnya bunga abadi alias Edelweiss. Kamu yang suka mendaki pasti kenal dengan tanaman ini, kan? Jika kamu bertemu bunga ini, jangan ragu untuk memetik beberapa bunganya. Meskipun sudah masuk dalam kategori tumbuhan langka, nggak akan punah kok kalau kamu cuma ambil 1-2 bunga.
Dalam 1 batangnya yang besar itu terdapat banyak bunga kok, jadi kalau diambil untuk diletakkan di dompet sebagai bukti kamu pernah mendaki atau dibawa pulang untuk diberikan kepada sang pacar sebagai bukti tanda cintamu, saya rasa nggak akan ada masalah. Jangan hiraukan himbauan “Jangan ambil apapun kecuali gambar”. Himbauan macam apa itu?
Merokoklah dan Buang Puntungnya ke Rerumputan atau Semak Belukar
Gunung yang dingin membuat keberadaan rokok menjadi penting. Menghisap sebatang, 2 batang, hingga berbungkus-bungkus rokok saat melakukan pendakian bisa memberikan kehangatan bagi tubuh. Belum lagi bila momen saat merokok di gunung itu diabadikan dalam bidikan kamera, hasilnya pasti ‘laki banget’ atau ‘macho banget’ untuk diunggah di sosial media.
- Baca Juga: Rute Pendakian Gunung Ceremai
Bila sudah selesai menyesap 1 batang rokok (atau lebih), langsung saja sentil dan buang puntungnya sembarangan. Kalau bisa buangnya ke rerumputan. Kebakaran hutan karena puntung rokok itu hanyalah mitos. Masa iya 1 puntung rokok bisa membakar hutan di gunung yang besar itu? Alam pasti punya mekanismenya sendirilah untuk mematikannya. Tenang saja.
*****
Itu tadi beberapa cara untuk merusak gunung dengan kamu sebagai aktor utamanya. Ada yang sudah pernah kamu lakukan? Bila kamu dan teman-temanmu melakukan hal-hal yang sudah saya sebutkan tadi secara konsisten, niscaya dalam waktu <20 tahun gunung di Indonesia akan rusak dan generasi setelah kamu tidak akan lagi bisa menikmati keindahan gunung seperti yang kamu rasakan, bahkan lambat laun kamu sendiri pun tidak akan bisa menikmatinya lagi.
Akhir kata, sebagai pesan penutup saya ingin mengucapkan: Lakukanlah 5 cara yang sudah saya tulis tadi bila kamu tidak memiliki OTAK dan HATI.
Everyone wants to live on top of the mountain, but all the happiness and growth occurs while you are climbing it
–Andy Rooney