Prosedur Penerbangan Selama Pandemi Covid-19
Prosedur Penerbangan Selama Pandemi – Sejak pandemi Covid-19 menyerang, dunia kini tak lagi sama. Semuanya berubah total. Kebiasaan umum digantikan dengan kebiasaan baru yang agak dipaksakan. Namun mau bagaimana lagi, itulah realita yang dihadapi saat ini.
Kebiasaan baru yang diselipkan dalam keseharian kita sekarang ini bernama protokol kesehatan. Semua lini kini menerapkan protokol tersebut (yang tentunya berbeda-beda standarnya di setiap lini), termasuk diantaranya adalah lini penerbangan komersil.
Proses sebelum terbang dan setelah mendarat di bandara kini menjadi lebih panjang. Kenyamanan sedikit dikorbankan demi menciptakan keamanan, demi mencegah penyebaran Covid-19 yang semakin masif. Buat kalian yang ingin bepergian dengan menggunakan pesawat komersil, berikut ini adalah prosedur penerbangan selama pandemi Covid-19 yang harus kalian lalui.
Persiapan
Sebelum terbang, ada beberapa hal WAJIB yang perlu kalian persiapkan dan bawa:
- Identitas Pribadi
Jangan pernah lupa untuk membawa identitas pribadi yang bisa menunjukkan kalau kamu adalah orang yang sama dengan orang yang namanya tertulis di tiket penerbangan. Kamu bisa membawa KTP, SIM, atau Passport. - Surat Rapid Test dengan Hasil Non-Reaktif
Rapid test merupakan salah satu cara untuk mendeteksi apakah kamu terpapar Covid-19 atau tidak. Meskipun cara ini tidak terlalu akurat, namun inilah test paling minimal yang harus kamu lakukan dan pastikan hasilnya adalah non-reaktif.
Untuk rapid test ini, kalian bisa melakukannya di rumah sakit dengan biaya sekitar Rp 150.000. Namun berdasarkan pengalaman pribadi, saya melakukan rapid test ini di Pr*dia. Biaya melakukan rapid test di sini memang sedikit lebih mahal (Rp 275.000). Hal tersebut karena saya tidak membawa surat rujukan dokter dan metode rapid test yang dilakukan di sini menggunakan metode ECLIA (Electro Chemiluminescence Immunoassay) yang hasilnya jauh lebih akurat.
Yang tidak saya suka dari tes di Pr*dia adalah hasilnya yang baru bisa didapatkan 24 jam kemudian (Mungkin hal ini diakibatkan karena banyak yang melakukan rapid test dan metode ECLIA ini menggunakan mesin untuk mendapatkan hasilnya). Namun yang saya suka adalah hasilnya dikirimkan secara online atau offline. Jadi buat kalian kaum milenial yang malas untuk datang kembali ke Pr*dia, kalian bisa mencetak hasilnya sendiri.Opsi lain bagi kalian yang ingin melakukan rapid test adalah dengan menggunakan aplikasi Hal*doc. Melalui aplikasi tersebut kalian akan diarahkan untuk kapan bisa melakukan rapid test dan dimana tempat untuk melakukan ujinya (yang terdekat dengan rumah). Biayanya adalah Rp 160.000 (Rp 10.000 lebih mahal dari tes umum) dan hasilnya langsung didapatkan saat itu juga.
Khusus bagi kalian pengguna penerbangan Air Asia, ada rapid test seharga Rp 95.500 yang bisa kalian dapatkan dengan menunjukkan tiket penerbangan kalian. Rapid test dari Air Asia ini bisa kalian lakukan di Drive Thru Soewarna, Kawasan Bandara Soetta (SPBU Shell Soewarna Area) dan hasilnya langsung didapat saat itu (10-15 menit). - Install dan Isi Aplikasi eHAC
eHAC (Electronic Health Alert Card) merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia untuk melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan, khususnya dari daerah yang terjangkit Covid-19, baik Domestik ataupun Internasional. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan pemerintah (daerah) bisa mengawasi berapa orang yang masuk dan atau keluar dari suatu daerah di masa pandemi ini, baik menggunakan jalur darat, laut, atau udara. Ini merupakan versi elektronik dari kartu fisik yang sudah ada.
Aplikasi ini sifatnya wajib dan akan kalian perlukan saat memasuki daerah tujuan. Petugas di bandara akan meminta kalian untuk menunjukkan aplikasi ini. Bila kalian belum memasangnya di gadget kalian, maka kalian punya 2 opsi. Opsi yang pertama adalah dengan melakukan instalasi aplikasi ini terlebih dahulu (tersedia di Play Store dan App Store) dan kemudian mengisinya. Sedangkan opsi yang kedua adalah dengan mengisi form fisik yang sudah disediakan di bandara. Untuk kemudahan, saran saya kalian meng-install versi elektroniknya di gadget kalian dan sudah mengisinya sebelum kalian berangkat. - Tiket dalam bentuk fisik atau elektronik
Ketiga syarat yang sudah saya sebutkan sebelumnya akan menjadi percuma kalau kalian tidak bisa menunjukkan tiket keberangkatan dalam bentuk fisik atau elektronik. Ingat, anak jenderal sekalipun tidak bisa terbang menggunakan pesawat komersil tanpa menunjukkan tiketnya.
Sebelum Berangkat
Tak seperti di pusat perbelanjaan atau beberapa perkantoran yang pemeriksaan suhunya dilakukan dengan menempelkan alat pengukur suhu ke arah dahi, Bandara Soekarno-Hatta sudah menggunakan alat yang lebih canggih. 2 kamera dan 2 layar monitor dipasang tepat di belakang pintu keberangkatan (ini berdasarkan pengalaman di terminal 2E).
Kamera tersebut adalah kamera thermal yang akan menangkap suhu tubuh dari setiap orang yang masuk. Bila suhu kalian melebihi batas maksimal yang diperbolehkan (37,5°C), maka petugas yang berjaga di belakang kamera tersebut akan menghampiri kalian dan tidak memperbolehkan kalian untuk masuk lebih jauh.
Selanjutnya kalian akan dihadapkan dengan sebuah pos baru, yaitu pos rapid test. Inilah pos yang ditambahkan dalam prosedur penerbangan selama pandemi Covid-19 menyerang, letaknya ada di antara pintu masuk keberangkatan dan area mesin pemindai baarang yang pertama (sebelum menuju counter check-in).
Di pos ini kalian akan diminta oleh petugas yang sedang berjaga untuk menunjukkan surat keterangan telah melakukan rapid test dengan hasil non reaktif. Pastikan surat tersebut masih aktif atau berlaku ya. (FYI, masa berlaku Rapid Test adalah maksimal 2 minggu dari tanggal surat tersebut dikeluarkan).
Di pos rapid test ini kalian juga akan diminta untuk menunjukkan tiket dan identitas pribadi. Petugas akan memeriksa kecocokan identitas dengan surat rapid test dan tiket. Jika semuanya beres, surat rapid test kalian akan ditandatangani dan diberi cap oleh petugas dan kalian bisa menuju counter check-in.
Di pos ini juga petugas akan mengingatkan kalian untuk mengisi HAC (Health Alert Card). Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, kalian bisa memilih untuk mengisinya secara fisik atau mengisinya secara elektronik melalui aplikasi eHAC yang bisa kalian unduh di Play Store atau App Store. Demi kenyamanan, saran saya isi yang versi elektronik saja.
Selanjutnya proses relatif sama. Yang membuat agak janggal hanyalah antrian penumpang di counter-checkin yang tak lagi panjang, agak lengang, dan dibuat berjarak. Memasuki area pemindaian barang (yang kedua) dan alat pendeteksi logam, pemeriksaan tiket akan dilakukan oleh petugas yang berada di balik meja dengan pembatas kaca. Protokol kesehatan seperti pakai masker, jaga jarak, dan penggunaan sarung tangan oleh petugas benar-benar diterapkan di bandara.
Sesampainya kalian di ruang tunggu, pengaturan tempat duduk pun diberlakukan. Kursi dengan stiker berlatar kuning dan bertuliskan “seat unavailable” akan menghiasai beberapa kursi. Pastikan kalian tidak duduk di kursi dengan stiker tersebut guna membantu para petugas yang sudah bersusah payah membuat peraturan 🙂
Saat panggilan masuk ke pesawat berkumandang, pengaturan untuk memasuki pesawat pun diberlakukan. Barisan berdasarkan nomor kursi akan dibuat. Ikutilah ketentuan petugas mengenai nomor bangku yang boleh masuk terlebih dahulu.
Di Pesawat
Saya tidak tahu apakah semua maskapai memberlakukan peraturan yang sama atau tidak. Namun berdasarkan pengalaman saya ketika menggunakan penerbangan Air Asia menuju Bali, semua bangku yang berada di tengah, baik yang di sayap kiri atau sayap kanan, semuanya dikosongkan. Hal ini diberlakukan guna memberikan kenyamanan dan menjaga jarak antar penumpang. Terima kasih Air Asia sudah memberlakukan protokol ini.
Jujur, saya merasa nyaman sekali dengan model yang seperti ini. Selain duduk yang berjarak, tidak penuhnya penumpang dalam satu penerbangan membuat kompartemen barang yang berada di atas menjadi sepi. Saya tidak harus lagi berebutan tempat ketika ingin meletakkan barang di kompartemen atas.
Setelah Mendarat
Suasana berbeda langsung terlihat ketika melewati garbarata. Sebelum memasuki ruang pengambilan bagasi, sebuah ruang antrian baru dengan kursi yang tersusun rapi dan panjang ke arah belakang sudah menanti. Di ujung kursi paling depan, sedikit agak berjarak, barisan meja dengan beberapa petugas bermasker dan mengenakan rompi kuning sudah menanti kalian untuk bisa memeriksa kartu kewaspadaan diri (HAC/eHAC).
Bagi kalian yang belum mempunyai HAC/eHAC, di bagian samping ruang antrian tersedia sebuah ruangan untuk mengisi kartu tersebut, baik secara elektronik atau fisik. Silakan mengisi kartu tersebut terlebih dahulu, sebab tanpa mengisi kartu tersebut, kalian tidak akan bisa keluar dari bandara.
Proses pengisian eHAC/HAC ini memang agak panjang. Jika ada yang tidak dimengerti, jangan ragu untuk memanggil petugas. Beberapa petugas memang disiagakan untuk membantu penumpang yang kesulitan dalam mengisi HAC/eHAC.
Bila sudah memiliki HAC/eHAC, silakan langsung berdiri/duduk sesuai antrian. Ketika giliranmu tiba, petugas akan meminta kartu yang sudah kamu isi (jika mengisi HAC) atau QRcode (jika mengisi eHAC). Di fase ini kembali kalian akan diminta menunjukkan bukti rapid test kalian yang masih berlaku. Jadi pastikan bukti rapid test ini jangan sampai hilang ya.
Jika dianggap semua sudah lengkap, petugas akan mengizinkan kalian untuk mengambil bagasi (jika ada) dan keluar dari bandara. Nah, pada pengambilan bagasi inilah ‘keanehan’ baru muncul. Kalau biasanya kalian yang menunggu bagasi, pada fase new normal ini bagasi-lah yang akan menunggu kalian. Barang-barang dari conveyor sudah diturunkan oleh petugas. Kalian hanya perlu mencari barang bawaan kalian sendiri.
*****
Itu tadi sedikit sharing mengenai prosedur penerbangan selama pandemi Covid-19 yang didasarkan atas pengalaman pribadi. Semoga informasi ini bisa membantu kalian yang ingin bepergian dengan menggunakan pesawat terbang di era new normal ini.
*Pengalaman yang saya tulis di atas adalah pengalaman pribadi saat melakukan penerbangan Jakarta-Bali pada 14 Agustus 2020 dengan menggunakan maskapai Air Asia