Dufan – Antara Gelora dan Prahara di Kora-kora
Masa kecil bisa dibilang merupakan masa yang paling menyenangkan, masa dimana kita belum terlalu memikirkan hal-hal yang begitu kompleks tentang masa depan, masa dimana kita asyik bersenang-senang tanpa memikirkan bahwa di lain pihak orang tua kita khawatir memikirkan soal kita dan keberlangsungan kehidupan.
Ketika masih kecil rasanya yang ada dipikiran kita hanyalah bermain, bermain, dan bermain bahkan sampai lupa istirahat dan makan. Tidak peduli bermain kapan, dimana dan dengan siapa. Tidak ada rasa ingin membedakan, selama kamu ingin bermain denganku maka kita adalah teman.
Tidak ada ketakutan, selama itu menarik bagiku maka akan kulakukan dengan penuh keceriaan. Selama matahari belum terlelap dan tugasnya digantikan oleh bulan maka aku tidak akan membaringkan badan. Mengenang masa kecil memang menyenangkan dan ingin rasanya kembali ke zaman itu.
Wahana bermain tentu saja dapat menjadi media penolong paling nyata bagi kita untuk merasakan kembali menjadi anak-anak. Tempat yang bisa membantu kita membuka kembali ingatan akan masa kanak-kanak, mengingat memori indah bersama orang tua dan teman.
Di tempat ini kita dibuat seolah melupakan usia kita sekarang dan seperti ada roh anak kecil yang masuk ke dalam diri kita. Salah satu tempat rekreasi tertua di Jakarta yang tetap dapat bertahan di tengah modernisasi dan perkembangan zaman ialah Dufan (Dunia Fantasi).
Tempat ini masih menjadi pilihan favorit bagi anak-anak, remaja, dan beberapa orang tua yang ingin mengajak anak-anaknya untuk mencari hiburan. Jakarta yang sudah begitu maju rasanya lebih membutuhkan wahana-wahana hiburan dibandingkan gedung-gedung perkantoran.
Hal ini terlihat ketika memasuki saat masa liburan, Dufan selalu penuh bahkan sampai sangat penuh yang menandakan tidak begitu banyak alternatif tempat hiburan lain yang cocok bagi anak-anak dan beberapa orang dewasa yang ingin bermain.
Di tengah perkembangan dan penambahan wahana-wahana baru di Dufan guna menambah daya tarik dan tetap menjaga animo masyarakat terhadap dufan, ada satu permainan klasik yang tetap menarik perhatian. Lokasinya berada di Kawasan Asia, yakni Kora-Kora.
Kalau kita melihat sejarahnya sendiri, Kora-kora sebenarnya merupakan sebuah perahu kano dari kepulauan Maluku yang memiliki panjang kurang lebih 10 Meter dan sangat sempit, perahu yang tidak begitu tinggi ini memiliki berat yang hampir 4 ton.
Kora-kora dulunya digunakan oleh orang-orang Maluku untuk berdagang dan juga untuk perang. Kora-kora yang digunakan untuk berperang ukurannya lebih besar dan digunakan untuk melawan Belanda sekitar abad 17 di Kepulauan Banda. Cara menggunakan Kora-kora jaman dulu ialah Nahkoda dan Pendayung saling meneriakkan “Mena Muria” yang dalam arti harfiah ialah “Maju Mundur” yang berguna untuk mensinkronisasi kayuhan satu dengan yang lainnya.
Terinspirasi dari perahu kano tersebutlah maka dibuat wahana ini. Cara Kerja permainan ini sangatlah mudah, Kita hanya perlu naik dan duduk manis di perahu besar ini. Setelah itu perahu ini akan berayun hampir 90° derajat selama kurang lebih 2 menit.
Kita tidak perlu takut terjatuh karena akan ada pengaman yang menahan badan kita. Bagi yang tidak mencoba wahana ini dan hanya melihat dari kejauhan mungkin akan merasa geli atau lucu melihat ekspresi orang-orang yang mencoba wahana ini, namun bila anda sudah mencoba maka anda akan mengetahui bahwa ternyata wahana kora-kora ini tidak selucu yang dibayangkan ketika melihat dari keajuhan.
Wahana dengan tipe Thrill Ride ini menawarkan keseruan yang luar biasa. Dihadapan Kora-kora maka anak kecil atau orang Dewasa itu sama saja. Tidak ada jaminan kalau orang dewasa akan “lebih kuat” dari pada anak-anak ketika mencoba wahana ini.
Ketika baru naik, mungkin kita belum akan merasakan ketakutan dan jantung kita belum berdebar dengan hebatnya. Namun tunggu sampai ayunan kora-kora mencapai titik tertinggi dan kita dihempaskan ke bawah dengan kecepatan yang cukup tinggi kita akan merasa seperti mayat yang diombang-ambingkan.
Sebenarnya Kita ingin sekali menggerakkan anggota badan namun tidak bisa, seolah Harry Potter sedang memberikan mantra Petrificus Totallus pada diri kita. Memang terdapat beragam ekspresi dari orang-orang yang mencoba wahana ini. Ada yang menangis dan ingin segera berhenti, ada yang ingin berteriak namun hanya bisa membuka mulut tanpa ada suara sedikitpun keluar, bahkan ada juga yang sampai pingsan.
Untuk orang-orang yang bernyali tinggi dan sudah terbiasa, tidak jarang mereka akan menikmati wahana ini sambil ber-selfie ria menggunakan tongsis. Menurut beberapa pengakuan orang yang tidak kuat terhadap wahana ini, masalah yang dihadapi bukan hanya saat naik wahana ini tetapi juga pasca wahana ini selesai. Mereka mengaku lemas dan tidak kuat menggerakkan kaki untuk keluar dari wahana ini.
Penasaran dan ingin tau bagaimana reaksi dan ekspresi kamu saat mencoba wahana ini? Segeralah mencoba dan jadikan itu sebagai pengalaman menarik untuk anda. Oh iya, untuk menaiki wahana ini kita harus bertinggi badan lebih dari 125 cm dan tidak memiliki penyakit jantung.
Belum ke Dufan namanya kalau belum mencoba Kora-kora. Happy Holiday 🙂
Curiosity is one of the forms of feminine Bravery
–Victor Hugo