Mengenali Tanah Sangalaki
Pulau Sangalaki merupakan sebuah pulau yang masuk ke dalam wilayah bagian dari Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Pulau yang luas wilayahnya kurang lebih 15,9 Hektar ini memiliki karakteristik pantai dengan pasir putih dan ditumbuhi karang-karang dangkal di sekitarnya. Tidak hanya pulaunya saja yang indah namun taman bawah laut pulau yang tidak berpenghuni ini juga tidak kalah indahnya.
Taman Bawah Laut di Pulau Sangalaki merupakan salah satu taman bawah laut yang paling indah di dunia, hal ini terbukti dari terdapatnya 500 jenis karang, baik karang keras maupun lunak di terumbu karang yang mengelilingi pulau ini (di seluruh Karibia sendiri hanya ada kurang lebih sebanyak 67 jenis saja lho).
Mahluk-mahluk invertebrata dan ikan dengan berbagai jenis dan ukuran juga banyak terdapat di sini seperti Sotong, Batfish, Baracuda, Triggerfish dan berbagai jenis ikan Kerapu. Jadi buat voyagers yang ingin berkunjung dan menyelam di sekitar Sangalaki, tidak perlu takut kehabisan objek untuk dinikmati di sini.
Dari sekian banyaknya spesies binatang yang hidup di Taman bawah laut Sangalaki, tentulah ada hewan yang menjadi primadona. Primadona hewan bawah laut Sangalaki yang pertama adalah Manta Ray. Buat yang belum tau apa itu Manta Ray, Manta merupakan salah satu dari jenis ikan pari dan merupakan salah satu jenis pari terbesar.
Tidak seperti Sting Ray yang beracun dan berhasil membunuh Steve “Crocodile Hunter” Irwin di Batt Reef, Manta Ray tidaklah beracun dan cenderung menghindari manusia jika berpapasan. Ingat ya ini Manta dan bukan “MANTAN”, jadi jangan bayangin masa lalu ya.
Buat yang sulit membayangkan bentuk dan ukuran dari Manta Ray, voyagers bisa menyamakannya seperti Stealth Bomber yaitu kapal pembawa bom yang memiliki teknologi siluman untuk tidak terdeteksi radar. Manta umumnya berenang di perairan bagian atas, mereka suka berenang berputar-putar dan melompat ke permukaan.
Sayapnya yang besar seolah memecah air saat mereka menuju ke udara dan suara keras dari terjangan air saat mereka turun pun akan keras terdengar sehingga aktivitas paling tepat untuk menikmati mereka adalah dengan Scuba dive atau freedive.
Perlu diingat kalau Manta itu hewan yang kuat, perenang cepat, dan bahkan bisa menyebrangi samudera. Kulitnya yang sepeti bulu-bulu halus dan sayap Manta yang lebar menarik perhatian ikan remora, itu lho ikan yang juga suka mengikuti penyu dan whale shark juga. Manta umumnya berenang berkelompok jadi voyagers akan jarang melihat mereka sendirian. Kalau di Sangalaki, umumnya voyagers bisa melihat 6-20 Manta dalam satu kawanan. Sebagai nutrisi untuk tubuh mereka, Manta memakan Plankton. Plankton ini jumlahnya sangat banyak di Sangalaki, itu mungkin salah satu alasan kenapa kita bisa menemukan Manta di sini dan Manta juga tidak harus menyelam terlalu dalam untuk mencari makan di Pulau ini.
Kalau Manta masih kurang menarik perhatian Voyagers, masih ada satu lagi nih hewan yang menjadi primadona dari Sangalaki. Hewan tersebut adalah Penyu. Di Dunia terdapat kurang lebih 7 jenis penyu yaitu Penyu Sisik (Hawksbill Sea Turtle), Penyu Belimbing (Leatherback Sea Turtle), Penyu Hijau (Green Sea Turtle), Penyu Lekang (Olive Ridley Sea Turtle), Penyu Pipih (Flatback Sea Turtle), Penyu Tempayan (Loggerhead Sea Turtle) dan Penyu Kempii (Kemp’s Ridley Sea Turtle).
6 dari 7 Jenis penyu itu terdapat di Indonesia (hanya Penyu Kempii yang tidak ada di Indonesia) dan 2 dari 6 Jenis tersebut terdapat di Sangalaki yaitu Penyu Sisik dan Penyu Hijau. Beberapa dari penjaga Pulau Sangalaki juga mengaku pernah menemukan Penyu Belimbing di sekitar Pulau ini. Umumnya di laut kita bisa bertemu penyu yang biasa bersembunyi di sekitar karang.
Penangkaran Penyu
Penyu populer tidak hanya di Sangalaki tetapi juga di seluruh dunia. Karena kepopulerannya tersebutlah maka banyak sekali orang yang memburu penyu dengan kepentingan yang berbeda-beda sehingga populasi hewan ini semakin berkurang.
Ada yang memburu penyu karena dagingnya enak dan gurih sehingga dijadikan makanan, ada juga yang suka memperjualbelikan telur penyu dengan alasan bermanfaat bagi kesehatan, minyaknya juga sering dimanfaatkan untuk bahan pembuatan kosmetik dan Karapas penyu yang nilai jualnya sangat tinggi.
Beberapa alasan tersebutlah yang membuat hewan ini masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi sehingga tidak boleh dibunuh dan diperjualbelikan. Ditambah lagi penyu itu pengembangbiakkannya sangat lama. Penyu baru bisa menghasilkan telur saat usianya mencapai 20 – 30 tahun dan itupun mereka bertelur 2-8 tahun sekali.
Di pulau Sangalaki ini sampai tahun 2002 telur penyu masih diperjualbelikan oleh nelayan sekitar sebagai tambahan penghasilan dari hasil penjualan ikan. Untuk mencegah kegiatan tersebut terus berlangsung dan hilangnya populasi penyu di Dunia, WWF (World Wildlife Federation) bersama dengan pemerintah Indonesia menjadikan Pulau Sangalaki menjadi tempat konservasi penyu. Beberapa petugas ditempatkan di sana untuk menjaga telur-telur penyu diambil oleh predator paling jahat yaitu manusia.
Di Pulau ini semua telur yang terkubur di pantai diambil oleh beberapa petugas disana untuk ditetaskan di tempat yang sudah disediakan. Setelah telur-telur itu menetas maka tukik-tukik akan dibiarkan selama 7-10 hari sebelum akhirnya diberikan kebebasan untuk kembali lagi ke laut pada malam hari, ke tempat dimana mereka seharusnya berada.
Tidak hanya menetaskan, tugas dari beberapa petugas di sini adalah memberikan tag pada tukik-tukik yang sudah dilepaskan sehingga keberadaan mereka bisa diketahui dan pergerakan mereka bisa di pantau. Ketika suatu saat penyu tersebut kembali ke pantai maka panjang dan lebar penyu akan diukur dan diperiksa kesehatannya.
Meskipun tempat ini dikhususkan untuk konservasi penyu, voyagers tetap bisa mengunjungi pulau ini. Biaya masuk ke Pulau ini berbeda antara warga lokal dan warga asing dan juga tergantung dari hari yang dikunjungi. Papan informasi mengenai jenis penyu yang ada dan bagaimana siklus hidup penyu semua terpampang jelas di sekitar Bangunan pemantau. Kalau waktunya tepat maka di sini voyagers bisa melihat secara langsung bagaimana proses telur penyu tersebut menetas dan mengabadikan moment tersebut.
Lalu bisa tidak kita melihat bagaimana penyu itu bertelur? Tentu bisa. Untuk melihat bagaimana penyu itu menggali pasir kemudian bertelur di dalamnya dan akhirnya menimbun telur-telur tersebut dengan pasir kembali, maka datanglah saat bulan purnama. Karena prosesnya di malam hari maka voyagers harus bermalam di sini dan mendapat izin khusus dari petugas yang sedang berjaga.
Dekat dengan dermaga terdapat sebuah monumen dengan latar belakang merah putih dan lambang kura-kura di tengahnya yang semakin menegaskan Pulau ini memang dibuat untuk habitat alami dari penyu. Sedikit disayangkan karena monumen ini tidak terurus, tulisan SANGALAKI sudah tidak berdiri sebagaimana saat pertama kali monumen ini didirikan.
Untuk voyagers yang ingin memasuki pulau ini maka harus mematuhi beberapa peraturan yang terdapat di sini, diantaranya:
- Tidak membuang sampah sembarangan
- Tidak menyalakan lampu di pantai pada malam hari
- Dilarang mengelilingi pulau terutama pada malam hari tanpa didampingi petugas
- Dilarang berkemah di sepanjang pantai
- Tidak diperkenankan memberi perlakuan (makan,dll) kepada satwa liar atau perlakuan terhadap tumbuhan liar (pemotongan/penebangan pohon).
- Dilarang mengambil apapun dari pulau kecuali Foto dan kenangan.
Penginapan Dekat Sangalaki
Karena tidak adanya penginapan di Sangalaki maka voyagers harus menginap di Pulau lain. Voyagers bisa menginap di Maratua atau di Derawan. Kalau di Maratua voyagers bisa menginap di Maratua Paradise Resort, Kalau ingin penginapan yang lebih murah maka menginaplah di Derawan. Jarak antara Derawan dengan Sangalaki hanyalah 45 Menit menggunakan kapal cepat.
Try to be like the turtle – at ease in your own shell.
–Bill Copeland