Sopi: Minuman Keakraban Tanah Flobamora
Sopi Aimere – Kopi Flores, kenikmatannya tiada tara. Ekspresi wajah kalangan penikmat kopi pasti berubah bahagia kala ditawari secangkir Kopi Flores terutama asal Bajawa. Kopi ini memang bisa mempersatukan banyak orang, banyak kerja sama bisnis yang terjalin dengan diawali dari perbincangan “Warung Kopi”. Saking nikmatnya Kopi Flores ini, permintaan dari berbagai belahan dunia pun berdatangan dan membuat pengusaha kopi di Flores mengekspornya ke berbagai benua. Tapi tahukah voyagers ada “saudara kembar” Kopi di Flores yang juga bisa membuat hubungan para penikmatnya menjadi lebih akrab, Yang tidak kenal menjadi saling kenal dan yang sudah kenal bisa tertawa bersama hingga terpingkal?
“Saudara” Kopi tersebut ialah Sopi. Meskipun terkesan hanya berbeda satu huruf di huruf pertama, namun perbedaan mereka sungguh nyata, baik itu dari segi tekstur maupun rasa, baik itu bahan baku pembuatan maupun cara pembuatannya. Ditengah perbedaan yang ada,mereka punya satu kesamaan yaitu sama-sama memberi kehangatan dan dapat mengakrabkan para penikmatnya.
Apa sih Sopi itu? buat mereka orang Indonesia timur atau yang sudah akrab dengan wilayah Indonesia Timur pasti sudah tau apa itu Sopi. Sopi berasal dari bahasa Belanda, “Zoopje” yang memiliki arti alkohol cair. Minuman ini sangat terkenal di daerah NTT, Ambon dan juga Papua. Di NTT sendiri, lebih tepatnya di Pulau Flores, terdapat suatu daerah yang terkenal sebagai daerah penghasil Sopi terbaik di Tanah Flobamora yaitu Aimere. Aimere merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Mungkin ada yang sering mendengar istilah “Alkohol Cair” di NTT disebut dengan Moke dan ada juga yang sering mendengarnya dengan istilah Sopi. Sebenarnya ini adalah barang yang sama, yaitu minuman keras yang sama-sama terbuat dari Pohon Lontar, hanya saja proses pembuatannya yang berbeda. Kalau Moke disuling dengan menggunakan periuk tanah liat yang kemudian dihubungkan dengan bambu, sedangkan Sopi disuling dengan menggunakan gentong yang disambungkan dengan pipa (farispanghegar, 2016). Tapi kalau soal kerasnya, dua-duanya sama-sama keras. Silahkan coba sendiri kalau tidak percaya.
Kembali lagi ke Aimere, di Aimere terdapat pabrik pembuatan Sopi yang sudah terkenal milik Bapak Dolof. Moto dari tempat pembuatan Sopi di tempat ini adalah “Stok Tetap Ada”. Seberapa kering pun air di tanah NTT ini, tapi stok Sopi tidak akan pernah sepi, stok ada terus. Di tempat ini voyagers bisa melihat bagaimana proses pembuatannya yang terbuat dari fermentasi air Nira. Mulai dari Air Nira tersebut direbus untuk menghasilkan uap air hingga proses bagaimana uap air tersebut ditangkap dan disuling kemudian dialiri ke batang bambu. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, tentunya tidaklah mudah.
Ada berbagai macam jenis Sopi yang dijual disini mulai dari yang kadar alkoholnya rendah (10%) hingga yang sangat tinggi (70%). Untuk mendapatkan yang berkadar alkohol tinggi (70%) alias yang berkualitas tinggi, proses penyulingan harus dilakukan berkali-kali. Hasil sulingan pertama akan disuling kembali, dan hasil penyulingan tersebut akan disuling kembali dan begitu seterusnya hingga mendapatkan hasil yang terbaik. Tetesan demi tetesan dari hasil penyulingan terakhirlah yang dikumpulkan ke dalam sebuah botol sebelum akhirnya dijual. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas tinggi ini dibutuhkan waktu 5 jam untuk botol ukuran 600ml. Jadi dalam satu hari, Pak Dolof hanya bisa menghasilkan 3-4 Botol yang berkadar 70% ini.
Masyarakat Flores sangat menyukai Sopi dengan kualitas terbaik dan salah satu cara untuk membuktikan apakah yang dihasilkan ini berkualitas baik atau tidak adalah dengan cara dibakar, ya dibakar (kalian tidak salah membaca) Favorit masyarakat NTT ialah Sopi berlabel “BM” alias “Bakar Menyala”. Tuangkan Sopi ke dalam sebuah wadah kecil, kemudian sulutkan api ke atasnya. Jika tidak menyala, jarang ada warga NTT yang mau meminumnya. Namun kalau menyala, maka produk tersebut sudah lolos “sertifikasi”. Kadar Alkohol berbanding lurus dengan harga jualnya, semakin tinggi kadar alkoholnya maka akan semakin mahal pula harganya.
Tingginya kadar Alkohol dalam Sopi juga bisa dilihat dari warnanya. Semakin tinggi kadar alkoholnya maka akan semakin bening seperti air putih warnanya. Hal itu terjadi karena Sopi tersebut sudah melalui beberapa kali penyulingan. Kalau voyagers melihat sopi yang berwarna kekuningan, sudah bisa dipastikan alkoholnya (kualiatasnya) rendah karena hanya melalui 1-2x penyulingan, karakteristik air Nira masih tertinggal di dalamnya.
Kalau kalian berpikir yang berkadar alkohol 70% akan lebih “menyengat” panasnya dibanding yang berkadar 50%, itu salah besar. Sopi yang berkadar alkohol lebih tinggi akan semakin soft ditenggorokan, alirannya akan sangat terasa sampai ke dalam perut dan tidak membuat perut panas namun cenderung lebih hangat. Seperti layaknya penjual wine di luar sana, Pak Dolof juga menyediakan tester dari berbagai jenis sopi agar kita dapat memilih mana yang cocok di hati dan mulut kita, agar setelah membeli kita tidak kecewa dengan pilihan kita. Tester tersedia mulai dari yang kadarnya 10%-70%. Voyagers juga bisa membuktikan apakah Sopi itu BM atau tidak dengan membakarnya langsung di wadah yang sudah disediakan di atas meja Tester.
Menurut Bapak Dolof, Sopi memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat NTT. Sopi merupakan minuman yang sudah diwariskan turun menurun sejak jaman nenek moyang dulu. Minuman ini sering digunakan dalam ritual kepercayaan, pesta adat, dan minuman penyambutan. Kalau Jaman Pemerintahan Hindia Belanda dulu, Sopi ini digunakan untuk menyambut para Jenderal Hindia Belanda yang datang ke NTT, nah kalau sekarang minuman ini lebih sering digunakan untuk menyambut wisatawan yang datang berkunjung.
Minuman ini rasanya harus terus dilestarikan dan menjadi “minuman identitas” masyarakat Flobamora. Kalau Jepang punya Sake sebagai hasil kreativitas dari fermentasi beras, Russia punya Vodka sebagai hasil kreativitas dari fermentasi gandum, nah Indonesia punya kreativitas yang tidak kalah yaitu Sopi yang didapat dari fermentasi air Nira dari Pohon Lontar.
Perasaan tenang akan datang setelah menenggak segelas sopi, tubuh semakin hangat, mulut menjadi semakin terbuka dan terasa mudah untuk berbicara. Tembok penghalang yang tidak terlihat namun ada antara orang yang satu dengan orang lain pun runtuh. Tidak ada lagi kasta-kasta, semua menjadi sama dan setara kala sopi sudah tersaji diatas meja dan diminum bersama. Canda dan tawa akan mengalir deras penuh warna atas respon dari cerita-cerita yang keluar tanpa beban dan penuh sukacita.
Pesan untuk Pemerhati Sopi
Minuman ini memang kerap menjadi sumber bencana bagi para peminumnya yang tidak bertanggung jawab. Minum terlalu banyak lalu kemudian pulang dengan membawa motor dengan kecepatan tinggi contohnya, yang membuatnya tidak bisa mengontrol laju kendaraannya lalu terjadilah kecelakaan. Sopi adalah minuman penuh keakraban yang harus diminum dengan penuh kedewasaan, kontrol diri sangat diperlukan karena setiap orang memiliki batas maksimal yang berbeda. 1-3 gelas bisa menghangatkan namun kalau sudah sampai 3-4 botol maka bisa memabukkan dan mencelakakan. Sopi adalah minuman yang menyehatkan bagi mereka yang mampu memanfaatkannya, namun juga bisa mencelakakan bagi mereka yang tidak bisa mengontrolnya.
Sebuah guyonan lokal tentang Sopi berbunyi, “Satu botol itu tradisi, Dua Botol itu emosi dan Tiga Botol itu 100% masuk kantor Polisi”. Guyonan tersebut memang benar adanya. Pengawasan terhadap penjualan barang ini memang perlu dilakukan, Regulasi tentang penjualan dan pendistribusian minuman beralkohol ini juga perlu dibuat. Kurang bijak rasanya kalau minuman yang sudah menjadi tradisi sejak dulu ini dilarang peredarannya, yang perlu dilakukan adalah pengendalian terhadap minuman ini baik dari cara pembuatannya, cara penjualannya sampai ke siapa saja yang boleh membeli dan mengkonsumsi minuman tersebut.
Sampai regulasi tersebut benar-benar ada. Bijaksanalah dalam mengkonsumsi Minuman ini. Salam Sopi 🙂
Whiskey’s to tough, Champagne costs too much, Vodka puts my mouth in gear. I hope this refrain, Will help me explain, As a matter of fact, I like beer.–Tom T. Hall