Warisan Laksamana Muhammad Cheng Ho di Kota Batam
Akulturasi antara budaya Cina, Islam dan Indonesia terjalin begitu indah di kota Batam. Salah satu bukti nyata dari akulturasi tersebut dapat kita lihat pada sebuah Masjid yang dibangun di wilayah Golden City, Bengkong Laut, Batam. Masjid yang dibangun dengan gaya arsitektur Cina lengkap dengan berbagai ornamennya ini berpadu indah dengan rangkaian huruf-huruf Arab. Masjid itu ialah Masjid Muhammad Cheng Ho.
Sebenarnya Masjid ini bukanlah warisan dari Muhammad Cheng Ho, masjid ini dibangun murni oleh seorang pengusaha Batam tanpa ada bantuan dari pemerintah. Warisan sebenarnya dari Muhammad Cheng Ho adalah kebaikan dan dakwahnya kala dulu datang mengunjungi Batam ini. Peristiwa sejarah kedatangan Cheng Ho di kota industri inilah yang menjadi fondasi awal dibangunnya masjid ini.
Siapakah Muhammad Cheng Ho?
Muhammad Cheng Ho adalah seorang laksamana laut yang datang dari negeri Tiongkok. Dia juga dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di dunia terlebih khusus Indonesia. Lahir dari keluarga muslim Tulen, Cheng Ho muda sudah aktif dalam penyebaran agama Islam di negaranya sendiri sebelum melakukan penyebaran keluar Cina. Ayahnya merupakan seorang Haji dengan nama Ma Ha Zhi dan ibunya berasal dari Marga Oen (Wen) Tiongkok.
Cheng Ho dipercaya memimpin ekspedisi pelayaran dengan membawa kurang lebih 27.000 anak buahnya. Dalam kurun waktu 1405-1433, tercatat dia melakukan 7 kali ekspedisi ke berbagai belahan dunia. Dari 7x pelayarannya itu, Cheng Ho beberapa kali singgah ke Indonesia dan mampir ke beberapa daerah. Daerah-daerah yang dikunjungi Cheng Ho ini kemudian dikenal sebagai 9 Titik Jalur Samudera. Tujuan pelayarannya kala itu adalah untuk berdagang, membangun kerja sama dengan berbagai negara dan menjalin persahabatan. Di tengah-tengah kegiatannya tersebut, dia tidak lupa untuk menyebarkan ajaran Islam.
Tidak seperti bangsa Belanda yang menyebarkan pengaruhnya dengan cara menjajah atau menindas, Cheng Ho lebih menganut ajaran Konfusius yang toleran terhadap orang-orang yang berbeda agama dan budaya dengannya. Menggunakan cara-cara yang lebih halus seperti diplomasi dan berdagang, Cheng Ho berhasil menyebarkan budaya Cina dan agama yang dianutnya di bumi nusantara. Metode pendekatan seperti ini ternyata lebih “mengena” di hati masyarakat Indonesia, maka setiap kedatangannya ke Indonesia disambut baik oleh para raja dan penduduk Indonesia pada jaman itu.
Beberapa titik di Indoneisa yang pernah dikunjungi Cheng Ho adalah Aceh, Palembang, Belitung, Jakarta, Surabaya, Semarang, Cirebon, Denpasar dan yang terakhir adalah Batam. Hal ini diperkuat dengan dibangunnya beberapa Masjid Muhammad Cheng Ho di titik-titik tersebut. Tujuan dibangunnya masjid-masjid tersebut adalah untuk mengenang sejarah perjalanan seorang Laksamana Tiongkok & anak buahnya ke Indonesia serta penyebaran agama Islam yang dilakukannya.
Masjid Muhammad Cheng Ho Batam
Meskipun Masjid Muhammad Cheng Ho Batam ini dibangun di atas tanah seluas 80×80 Meter, namun luas bangunannya sendiri hanya 20×30 Meter saja. Cukup kecil kan untuk ukuran sebuah masjid? Kapasitas masjid ini pun <200 orang. Namun apalah arti luas bangunan ini kalau kehadirannya bisa menjadi oase bagi jiwa-jiwa yang “kehausan”. Tuhan tidak memandang dari luasnya bukan?
Kalau voyagers lihat dari jauh, mungkin kalian akan menyangka ini merupakan sebuah Klenteng. Tidak salah kalau orang beranggapan pertama kali seperti itu. Warna merah dan emas yang mendominasi bangunan ini serta bentuk atapnya yang menyerupai pagoda memang menggiring pikiran kita untuk berkata kalau bangunan ini adalah sebuah klenteng. Merah dalam budaya Cina merupakan lambang dari keberuntungan dan warna Emas sendiri mewakili Yin dan Yang.
Tapi cobalah kalian mendekat dan lihat papan hitam yang tergantung tepat dibawah atap Masjid ini. Kalian akan melihat tulisan bertinta emas di papan tersebut yang berbunyi “Masjid Muhammad Cheng Ho”. Tepat dibawah tulisan latin tersebut, juga tertulis nama masjid ini yang digoreskan dalam bahasa lainnya yaitu bahasa ibu dari Muhammad Cheng Ho, bahasa mandarin.
Masjid Muhammad Cheng Ho ini tidak memiliki kubah seperti layaknya masjid pada umumnya. Kubahnya digantikan dengan atap segi 8 yang Daily Voyagers sebutkan tadi menyerupai sebuah pagoda. Bukan tanpa alasan dipilihnya atap segi 8 tersebut. Bentuk segi 8 ini dalam bahasa Tionghoa berarti Pat Kwa yang artinya kejayaan atau keberuntungan. Bentuk atapnya yang menyerupai sarang laba-laba ini juga ingin mengingatkan akan kisah Nabi Muhammad yang lolos dari kejaran kaum Quraish karena bersembunyi di dalam Goa Tsur saat itu. Sarang Laba-laba yang besar melindungi keberadaan Nabi Muhammad.
Masih dari tampak depan, terdapat kaligrafi berwarna putih yang terukir elok dalam lingkaran emas dengan latar berwarna merah yang diletakkan di tembok bagian kiri dan kanan Masjid. Komposisi yang seimbang antara kedua kaligrafi tersebut mulai dari warna hingga penempatan melambangkan hadirnya sebuah keseimbangan.
Beralih ke bagian dalam, warna merah masih tetap mendominasi meskipun kuantitasnya mulai berkurang. Terlihat hanya tempat dimana Imam melantunkan Adzan lah yang berwarna merah penuh. Langit-langit dan lantai kini dikuasai oleh warna putih, warna yang melambangkan kesucian. Keberadaan sebuah Chandelier yang menggantung di bagian tengah dalam masjid ini semakin menambah keanggunan masjid yang diresmikan tanggal 21 Februari 2015 ini.
Kalau pernah berkunjung ke Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, voyagers pasti tidak akan asing dengan masjid ini. Kenapa? Karena bentuk masjid ini mulai dari tampak luar hingga bagian dalam dibuat sangat mirip. Mungkin hal yang benar-benar membedakannya hanyalah ukuran. Ukuran masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya jauh lebih besar dibandingkan yang berada di Batam ini.
Masjid yang dibangun dalam 4 bulan ini ternyata tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Muslim tetapi juga wisata budaya. Menurut penuturan penjaga masjid di sini, banyak wisatawan lokal atau mancanegara datang ke tempat ini. Ada yang datang untuk mengetahui cerita dibalik masjid ini namun ada juga yang hanya sekedar berfoto.
*****
Ya begitulah seharusnya kehadiran tempat ibadah, bisa memberikan ketenangan bagi orang-orang di sekitarnya.
Itu tadi sedikit tentang warisan dari Muhammad Cheng Ho di Kota Batam. Kiranya kehadiran masjid ini bisa menambah pengetahuan dan kecintaan kita akan Indonesia.
Untuk voyagers yang ingin pergi ke Masjid ini dari bandara Hang Nadim Batam, voyagers bisa menggunakan jasa taksi online. Pada field tujuan voyagers hanya perlu menuliskan “Masjid Muhammad Cheng Ho” dan aplikasi pun akan segera mengarahkan kalian ke destinasi tersebut.
Raga Cheng Ho mungkin sudah habis ditelan bumi, tapi kebaikan Cheng Ho akan tetap hidup dan dikenang oleh rakyat Indonesia.
The strength of a nation derives from the integrity of the home
— Confucious