Penampilan Baru Gunung Papandayan
Desas desus Gunung Papandayan akan dikelola oleh pihak swasta sudah berkembang mulai dari awal tahun 2016. Isu tersebut pun memunculkan perdebatan di kalangan pendaki, ada yang setuju namun banyak juga yang tidak setuju akan ide tersebut. Pihak yang tidak setuju beralasan kalau dipegangnya Gunung Papandayan oleh pihak swasta akan membuat gunung ini menjadi berubah, baik dari segi bentuk maupun fungsi. Salah satu yang menjadi perhatian lagi adalah perubahan harga masuk yang pasti akan menjadi lebih mahal.
September kemarin, Daily Voyagers berkesempatan untuk mampir ke Gunung dengan pesona hutan mati yang mungkin voyagers tidak bisa temukan di gunung lain. Bukan untuk membuktikan desas desus tersebut, tetapi lebih untuk melepaskan kerinduan pada gunung ini. Papandayan seolah memiliki daya magis tersendiri yang terus memanggil kembali. Sudah beberapa kali didaki tapi tetap saja selalu memiliki tempat di ruang hati.
Tanpa mempedulikan siapa pengelola Papandayan sekarang, Daily Voyagers dan beberapa rekan berangkat ke sana. Setibanya di Gerbang Loket Masuk, gerbang dimana setiap kendaraan akan diperiksa dan diminta untuk membayar biaya masuk kawasan, Daily Voyagers sudah merasakan hal yang berbeda. Gerbang masuk ini sekarang sudah berubah, sudah menjadi lebih rapi dan lebih megah. Petugas pun lebih banyak dan dipersenjatai dengan Handy Talky untuk saling berkomunikasi satu sama lain.
Dari sini, Daily Voyagers sudah tahu kalau memang kini Gunung Papandayan sudah dipegang oleh pihak swasta. Hal itu semakin diperkuat dengan brosur yang Daily Voyagers terima pasca melakukan pembayaran. Dalam brosur tersebut tertera tulisan PT. ASRI INDAH LESTARI sebagai pihak pengelola.
Lantas, apalagi yang sudah berubah dari Papandayan selain gerbang utama tadi? Berikut ini beberapa perubahan pada Gunung Papandayan yang berhasil Daily Voyagers rasakan pada pendakian September 2017 kemarin
KONDISI JALAN
Perubahan pada kondisi jalan seharusnya merupakan perubahan yang paling terasa bagi voyagers yang sudah beberapa kali mengunjungi Gunung Papandayan. Mulai dari Gerbang Loket Masuk hingga melewati gerbang pendakian, seluruh jalurnya kini sudah teraspal rapi.
Perubahan kondisi jalan juga terasa mulai dari Pos 4 hingga menuju pos 7. Jalur pendakian yang pada tahun 2015 masih sangat berbatu, kini sudah dibuat menjadi lebih patut untuk dilewati. Bebatuan mulai dihaluskan meskipun belum di aspal seperti mulai dari pos 1 hingga menuju pos 4. Jalan-jalan yang dianggap cukup menanjak, kini diberikan bantuan berupa anak tangga untuk mempermudah pendakian.
Satu hal lagi perubahan dari kondisi jalan yang Daily Voyagers rasakan, yaitu mulai adanya pemisahan jalur antara pengendara motor dan pendaki. Kalau dulu, jalur yang digunakan oleh pendaki itu sama dengan jalur yang digunakan oleh pengendara motor (baik warga atau pengunjung yang melakukan aktivitas motorcross). Ya meskipun belum semua jalur, tapi ada pemisahan yang cukup terasa.
Baca juga: RINCIAN PERJALANAN MENUJU GUNUNG PAPANDAYAN
PARKIRAN DAN TEMPAT JUALAN
Lahan untuk parkir kendaraan kini semakin luas dan posisi mobil untuk parkir juga mulai diatur dengan apik oleh pihak pengelola. Camp David yang berada di depan Menara Pandang dan sebelum Gerbang Pendakian tidak lagi menjadi lokasi utama untuk memarkirkan kendaraan. Lapangan ini baru akan terlihat penuh apabila kunjungan kendaraan yang datang ke sini membludak atau cukup banyak.
Selain itu, lokasi warung-warung yang dulunya semrawut alias tidak tertata kini sudah berubah menjadi lebih tertib dan sedikit lebih maju lokasinya (sebelum Camp David). Warung-warung yang berada di sekitar Gerbang Masuk dipindah semua ke depan tempat parkir, warung-warung makan atau cenderamata itu kini sudah berjajar horizontal, mulai dari ujung hingga ke Pos Jaga (Pos 3).
MENARA PANDANG
Ada sebuah bangunan baru yang kini berdiri di dekat Camp David, Menara Pandang namanya. Sebenarnya ini adalah menara lama yang dipindah posisinya dan diubah total bentuknya agar lebih aman dan nyaman bagi para pengunjung. Buat voyagers yang ingin berfoto dengan latar belakang kawah Gunung Papandayan tanpa harus mendaki gunung ini, Menara Pandang ini adalah tempat yang tepat.
Terdapat 2 tingkatan pada menara pandang ini. Kalau ingin mendapatkan view yang maksimal maka voyagers harus menaiki anak tangga hingga ke tingkatan yang paling atas. Dari puncak tempat ini, voyagers bisa melihat asap yang keluar dari kawah aktif yang ada di Gunung Papandayan.
TOILET, SAUNG dan TEMPAT SAMPAH
Tidak salah kalau Gunung Papandayan ini Daily Voyagers beri label sebagai “gunung wisata”. Dibangunnya beberapa fasilitas yang “memanjakan” pengunjungnya menjadikan tempat ini sebagai “gunung yang ramah”. Salah satu fasilitas yang cukup masif pembangunannya adalah toilet umum. Hampir di setiap pos terutama di sekitar kawasan Bukit Belerang, voyagers bisa menjumpai toilet umum. Tidak hanya itu, pembangunan toilet juga dilakukan di Pondok Salada dan juga Ghober Hoet.
Toilet yang dibangunpun bukan hanya sekedar toilet, benar-benar kokoh, cukup nyaman untuk ukuran toilet yang ada di kawasan Gunung. Selain itu, ada pula beberapa saung yang dibangun di kawasan sekitar kawah (Kawah Seeng, Kawah Emas, Kawah Balagadama). Saung tersebut gunanya untuk pendaki beristirahat sejenak apabila merasakan kelelahan ketika melakukan pendakian. Di saung ini, voyagers bisa makan dan minum sejenak sebelum kembali melakukan pendakian.
Di dekat setiap saung, disediakan pula tempat sampah. Mungkin pihak PT. ASRI INDAH LESTARI menyadari kalau belum semua pendaki atau pengunjung sadar akan pentingnya membawa turun kembali sampah yang kita buat di atas sana. Dengan dibangunnya tempat sampah ini, diharapkan para pengunjung tidak membuang sampah sembarangan meskipun tidak membawa turun kembali sampahnya.
Ketiga fasilitas di atas memang cukup berguna untuk pendaki pemula atau pengunjung yang baru pertama kali mendaki gunung. Buat mereka yang tidak terbiasa dengan kegiatan gali menggali atau bersembunyi di balik semak, maka toilet ini merupakan sebuah solusi. Apalagi jika kebelet di tengah malam yang gelap, agak seram kan untuk mencari tempat yang kosong seorang diri.
Begitu pun yang tidak terlalu kuat menanjak dan harus sering berhenti untuk beristirahat, saung merupakan bantuan yang sangat dibutuhkan. dengan adanya saung ini, mereka tidak perlu bingung untuk mencari tempat singgah sejenak.
PEMANDIAN AIR PANAS
Saat melakukan pendakian dan melewati kawasan kawah, tidak jarang kita akan melihat asap membumbung tinggi yang disusul dengan bau belerang yang cukup menyengat. Hal tersebut menandakan kalau Gunung Papandayan ini masih aktif dan kaya akan sulfur.
Melihat potensi tersebut, PT. ASRI INDAH LESTRI membangun sebuah kawasan yang berisi 2 kolam air hangat, 1 kolam untuk anak -anak dan yang lainya untuk dewasa. Kawasan tersebut tidak jauh lokasinya dari kawah (± 2KM dari kawah). Kolam ini bisa digunakan oleh pengunjung untuk berendam yang airnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Airnya sendiri bersumber dari mata air yang melewati kawasan kawah, itulah mengapa suhu airnya cukup hangat.
Selain air hangatnya yang berkhasiat, keistimewaan dari Kolam Air Panas ini adalah view-nya yang luar biasa yaitu kawah Papandayan yang masih aktif. Cukup indah bukan?
HARGA TIKET
Nah, inilah perubahan yang paling terasa dan paling banyak dikeluhkan yaitu perubahan harga tiket masuk dan harga tiket parkir. Di tengah cukup banyak peremajaan yang dilakukan oleh pihak PT. ASRI INDAH LESTARI guna memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengunjung, tidak mungkin rasanya harga tiket masuk kawasan Papandayan tetap sama.
Harga tiket masuk Papandayan melonjak drastis dari Rp 7.000/orang (tahun 2015) menjadi Rp 30.000 per orang. harga tersebut belum termasuk biaya menginap alias berkemah. Kalau ingin menginap, voyagers harus menambah biaya lagi sebesar Rp 35.000/orang/malam. Ya, kira-kira sekarang ini dibutuhkan biaya Rp 65.000/orang untuk melakukan pendakian dan bermalam.
Untuk yang membawa kendaraan, siap-siap harus merogoh kocek yang lebih dalam. Pihak PT. ASRI INDAH LESTARI menaikkan tarif parkir menjadi Rp 17.000 per malamnya untuk kendaraan roda dua dan Rp 35.000 per malamnya untuk kendaraan roda empat. Tarif tersebut adalah tarif untuk hari libur, kalau hari biasa tentu akan sedikit lebih murah.
Tarif lengkapnya bisa dilihat di bawah ini:
Kenaikan harga masuk Papandayan ini tentunya berdampak kepada jumlah kunjungan. Kini kunjungan ke Papandayan setiap akhir pekan lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun ada hal positif dari menurunnya jumlah pengunjung tersebut, sampah di Papandayan menjadi lebih sedikit 🙂
PETUGAS
Mendaki Papandayan menjadi lebih aman karena adanya pasukan berbaju hitam. Ya, petugas di setiap pos kini menggunakan baju serba hitam, mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala, mulai dari penutup kaki hingga penutup kepala. Dengan menggunakan HT, mereka akan saling bertukar informasi apabila ada pendaki yang lewat, baik itu naik ataupun turun.
Ada satu cerita yang menarik dari pasukan berbaju hitam ini. Suatu kali, pernah ada pendaki yang terkilir saat melakukan pendakian. Dengan cepat, pendaki tersebut ditolong oleh pasukan ini. Pendaki tersebut diangkat dan dibawa turun hingga ke Pos Jaga. Setibanya di Pos Jaga, pendaki tersebut langsung diurut oleh petugas lainnya yang berada di sana. Petugas tersebut tidak meminta bayaran sama sekali, dengan sopan ia menjawab “semua yang saya lakukan sudah termasuk dalam harga tiket yang anda bayar.”
****
Itu tadi beberapa perubahan yang Daily Voyagers rasakan. Harus diakui memang kini kesan natural pada Papandayan sedikit berkurang dengan adanya kehadiran beberapa fasilitas pendukung yang terkesan memanjakan. Namun kita juga harus melihat kehadiran fasilitas ini dari sudut yang lain, yaitu sebagai usaha untuk meningkatkan kenyamanan para pengunjung.
Kalau dibanding dengan pihak yang dulu, pihak swasta yang mengelola Papandayan kini lebih baik. Ya meskipun itu semua harus dibayar dengan harga masuk Papandayan yang sangat mahal. Namun hal tersebut bukanlah masalah, fasilitas dan perbaikan yang mereka lakukan sudah setimpal. Papandayan kini terlihat lebih segar dan lebih bersih dibuatnya.
Bagaimana dengan Hutan Mati? Hutan mati dan Tegal Alun masih seperti dahulu, masih tetap alami dan tak tersentuh dengan material lain selain keindahan dan kesejukan. Semoga kedua tempat ini akan terus alami seperti ini.
Buat Daily Voyagers sendiri, perubahan yang terjadi pada Papandayan ini merupakan perubahan yang dibutuhkan, perubahan ke arah yang jauh lebih baik. Kalau menurut voyagers?
If you don’t like something, change it. If you can’t change it, change your attitude.
— Maya Angelou