7 Hal yang Bisa Kamu Dapat Dari Hitchhiking Selain Sekedar Tumpangan
Pengalaman melakukan hitchhiking pertama kali merupakan pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya. Kenapa? Karena cara traveling yang satu itu bukan hanya memberikan saya tumpangan secara gratis, tetapi juga membukakan mata saya akan banyak hal . Saya bisa belajar banyak dari aktivitas yang satu itu.
Berikut ini beberapa pelajaran yang bisa saya dapat dari aktivitas hitchhiking:
Berani
Modal pertama untuk melakukan hitchhiking adalah berani. Kalau kamu sudah tidak punya ini, lebih baik kamu tidak usah berpikir untuk melakukannya. Saya rasa berani ini juga diperlukan dalam melakukan kegiatan lain, apapun itu. Terkadang saya suka heran dengan anak jaman sekarang. Banyak orang yang berani melakukan sesusatu yang salah tetapi takut untuk melakukan yang benar. Kenapa ya?
Hitchhiking itu bukan kegiatan kriminal, jadi apa yang perlu kamu takutkan? Kamu itu mau melakukan sesuatu yang benar hanya saja kegiatan yang kamu lakukan itu kurang wajar. Kurang wajar, bukan berarti hal yang kamu lakukan itu salah. So why are you so affraid? Beat it and do it. Fear exists only in mind.
Membuang Rasa Malu
Banyak orang jaman sekarang itu gengsinya lebih dikedepankan. Ingin mendapatkan sesuatu tapi malu untuk melakukan usaha demi mendapatkannya. Sebagai contoh, ada seorang sarjana yang tidak punya uang & pekerjaan. Orang ini tiba-tiba ingin punya motor. Lalu datanglah seorang yang kaya dan menawarkannya pekerjaan sebagai seorang pembantu di rumahnya. Karena malu dengan sekitar, seorang sarjana kok HANYA bekerja sebagai pembantu, dia pun menolaknya. Padahal kalau dilihat kembali sebenarnya dia butuh uang dan pekerjaan sebagai pembantu bukanlah pekerjaan yang hina.
Sama halnya dengan hitchhiking. Kamu butuh tumpangan untuk ke suatu daerah tapi kalau kamu malu untuk berdiri di pinggir jalan sambil membentangkan spanduk “numpang dong”, ya sampai matahari terbit di barat sekalipun kamu tidak akan mendapatkan tumpangan. Kamu pikir dengan hanya ngopi-ngopi cantik di setarbak lalu kamu akan dapat tumpangan? Tidak akan.
Saya tau pekerjaan membentangkan spanduk dan membuang rasa malu itu berat, tapi ini bukan di film Dilan dimana ada yang akan melakukannya buat kamu. Kamu harus bisa melakukkannya sendiri. Buanglah rasa malu tersebut, rasa malu mukamu terlihat oleh tetangga, saudara, pacar, mantan pacar, mantan suami atau mantan istri dan lakukanlah. Hitchhiking bukan sesuatu hal yang hina kok. It’s something challenging.
Bersabar & Tidak Mudah Menyerah
Mendapatkan kendaraan, terutama buat kamu yang baru pertama kali melakukan hitchhiking, bukanlah perkara yang mudah. Selain menahan malu di pinggir jalan seperti yang sudah saya ceritakan di atas, apalagi buat kamu yang berdarah princess, kamu juga harus bersabar. Tidak selamanya rencana berjalan seperti yang kamu mau.
Ada yang bisa mendapatkan tumpangan dalam waktu singkat, ada juga yang kadang harus berdiri berjam-jam sampai tangannya keram saat membentangkan spanduk “numpang dong” sebelum akhirnya mendapatkan kendaraan. Bisa dibilang nasib-nasiban juga sih sebenarnya. Namun yang perlu kamu ingat, bila dalam waktu lama tidak mendapatkan tumpangan maka evaluasilah dirimu. Mungkin saja tempat kamu berdiri tidak strategis atau mungkin tulisan yang kamu bentangkan kurang besar sehingga tidak terbaca.
Harriet Tubman pernah berkata bahwa ada 3 elemen penting yang dibutuhkan oleh seorang yang sedang berusaha. Pertama adalah kekuatan, yang kedua adalah semangat dan yang terakhir adalah kesabaran. Jangan menyerah hanya karena kamu belum mendapat tumpangan. Bersabarlah dan terus berusaha 🙂
Menjaga Orang lain
Selain menjaga diri sendiri, kalau saya sedang melakukan hitching dengan partner, baik itu pria atau wanita, saya juga berusaha untuk menjaganya. Sebisa mungkin saya memastikan kondisinya aman dari serangan, baik verbal atau non verbal.
Pernah ada suatu kejadian dimana partner saya, seorang wanita, digoda oleh sekelompok anak muda ketika dirinya sedang membentangkan spanduk “Numapang dong”. Tanpa aba-aba, saya langsung berdiri di depan partner saya karena kalau ada apa-apa maka saya bisa bertindak lebih dahulu dan dia bisa lebih aman.
Saat mendapatkan tumpangan pun seperti itu. Kalau sedang berdua, saya selalu duduk di depan menemani supir dan partner saya duduk di belakang. Seandainya berdua harus duduk di baris tengah, maka partner saya harus duduk di dekat pintu. Jika terjadi apa-apa, dia bisa keluar lebih dahulu.
Menjaga partner (bukan hanya saat hitching) itu penting karena kalau terjadi apa-apa, ya kita juga nanti yang repot. Rencana jadi kacau dan mungkin bisa merembet ke hal-hal tidak enak lainnya.
Berpikir Positif dan Berlaku Baik
Berita, baik itu lewat internet maupun media cetak, belakangan ini banyak diramaikan tentang perpecahan, gampanganya seseorang membunuh orang lain dan beberapa berita buruk lainnya. Seolah dunia ini lebih banyak keburukannya dibanding kebaikannya. Hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi saya ketika pertama kali melakukan hitchhiking. Saya berpikir apakah ada yang mau memberi tumpangan kepada saya, kan dia belum kenal sama saya. Lalu kalau misalnya saya diangkut, apakah saya tidak akan diapa-apain?
Di lain pihak, pengendara pun pasti berpikiran yang sama. “Apakah kalau saya memberinya tumpangan lalu orang tersebut tidak akan macam-macam di mobil saya? Bagaimana kalau dia bawa narkoba?” kurang lebih mungkin seperti itu. Ketakutan benar-benar melanda saya, bahkan saya nyaris mundur di hitchhiking pertama saya.
Tapi setelah mencoba hitchhiking dan mendapatkan tumpangan, dari situ saya belajar kalau orang baik itu masih banyak. Sejak saat itu saya pun selalu berpikir positif kalau setiap pengendara murni berniat membantu saya (yang saya bicarakan di sini kendaraan pribadi ya). Dari persitiwa itu saya pun belajar kalau suatu saat saya jadi pengendara, maka saya juga harus berpikir positif kala memberi tumpangan. if someone can do good things for me, then I can do good things to others.
Beradaptasi dengan Cepat dan Mengenal Watak & Sifat Orang
Ketika kamu mendapatkan tumpangan, kamu harus cepat beradaptasi dengan si pengendara. Kamu harus bisa mengira-ngira apakah orang ini suka diajak berbicara atau tidak. Kalau tidak suka diajak berbicara ya jangan dipaksa untuk mengajaknya bicara. Tapi jika dia suka diajak ngobrol, ya carilah topik yang pas sehingga obrolan kalian berjalan dengan asyik.
Saran saya, kalau memang pengemudinya suka ngobrol tapi tidak punya banyak obrolan, kamulah yang harus memutar otak untuk mencari obrolan. Jangan biarkan ada gap atau jeda waktu sekian menit dimana tidak ada perbincangan antara kamu dengan dia. Selain bikin ngantuk, suasan pun jadi tidak cair. Kayak kamu lagi deketin cewe atau cowok aja, tidak enak kan rasanya kalau ada waktu kosong dimana saling diam selama sekian menit. Kayak ada yang krik..krik.. gitu gak sih?
Dari cara si pengendara berbicara dan topik yang diperbincangkan, kamu bisa menduga nih watak dia. Apakah dia orang yang tegas, orang yang klemar-kelemer, orang yang keras, atau orang yang seperti apalah pokoknya. Dari perbincangan itu juga kamu bisa tahu bagaimana sifatnya.
Berterima Kasih
Ketika mendapatkan tumpangan, saya belajar untuk berterima kasih. Bentuk terima kasih tidak melulu melalui ucapan “terima kasih” yang keluar dari mulut. Bentuknya bisa dalam banyak hal. Salah satunya adalah mengajak si pengendara ngobrol. Mengajak pengendara ngobrol bisa membuat dirinya terhindar dari rasa kantuk.
Ada lagi hal simple yang bisa kamu lakukan sebagai wujud terima kasih, yaitu tidak nyampah selama di mobil. Wujud terima kasih lainnya adalah tidak tidur selama menumpang. Enak banget udah dapet tumpangan terus kita tidur, sementara itu si pengendara mengemudi seorang diri. Situ raja, Boss????
Hal tambahan yang mungkin bisa kamu tiru adalah memberikan cinderamata saat kamu hendak turun. Cinderamata itu bisa berupa stiker (Stiker Hitchhiker Indonesia seperti yang pernah saya berikan) atau mungkin gantungan kunci. Intinya, kreatiflah dalam berterimakasih.
Baca juga: Apa itu Hitchhike?
******
Itu tadi yang pelajaran yag bisa saya dapatkan. Bagaimana menurut kamu? Ada yang ingin kamu tambahkan?
Berbuat baiklah kepada orang lain. Bukan agar kebaikanmu dibalas olehnya, tapi agar orang lain tahu bagaimana nikmatnya diperlakukan baik sehingga dia bisa berbuat baik pula kepada orang lain.
–Jacobus Go Reinnamah