Travel Itinerary Tapale’uk Belu – Kupang 4 Hari 3 Malam
Usai berhasil menginjakkan kaki di Tanah Alor, kini waktunya untuk melanjutkan perjalanan menyeberangi laut menuju Belu. Untuk yang belum tahu mengenai Belu, saya akan coba menjelaskannya terlebih dahulu ya. Belu merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Timur dengan ibu kotanya yang bernama Atambua. Yang membuat Belu ini begitu spesial adalah kabupaten ini berbatasan langsung dengan negara tetangga yang dulunya merupakan bagian dari Republik Indonesia, Timor Leste.
Lalu, apa saja yang bisa kita nikmati dan pelajari dari kabupaten Belu ini? Berikut ini saya bagikan hal-hal yang saya lakukan selama berada di Belu:
*Tulisan ini merupakan tulisan lanjutan dari postingan sebelumnya dan menjadi bagian penutup dari rangkaian perjalanan 11 Hari menjelajah Kupang, Alor dan Belu.
Hari Pertama
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 | Tiba di Pelabuhan Teluk Gurita |
06:00 - 07:00 | Perjalanan ke Intan Hotel yang ada di Atambua |
07:00 - 11:00 | Sarapan, Check in dan istirahat |
11:00 - 11:30 | Perjalanan menuju Perbatasan Indonesia - Timor Leste |
11:30 - 12:30 | Foto di depan gerbang Masuk Indonesia (Tidak memasuki area Timor Leste) |
12:30 - 14:00 | Perjalanan menuju Air Terjun Mauhalek |
14:00 - 15:00 | Fot-foto dan main air di Mauhalek |
15:00 - 15:20 | Perjalanan ke Fulan Fehan |
15:20 - 16:00 | Foto-foto dan bermain bersama kuda di Fulan Fehan |
16:00 - 16:10 | Perjalanan ke Benteng 7 Lapis |
16:10 - 16:55 | Foto-foto di Benteng 7 Lapis |
16:55 - 18:10 | Perjalanan kembali ke Hotel Intan di Atambua |
18:10 - 20:00 | Mandi dan Istirahat sebentar |
20:00 - 20:10 | Perjalanan ke Pasar Senggol di Alun-alun kota Atambua |
20:10 - 21:00 | Makan Malam |
21:00 - 21:10 | Kembali ke penginapan |
21:10 | Acara bebas dan istirahat |
Bermalam di kapal merupakan salah satu cara jitu untuk menghemat pengeluaran. Usai mengubah rencana, yang seharusnya kami berangkat menuju Pulau Pantar, akhirnya pagi itu kami berlabuh di Pulau Timor, lebih tepatnya di Pelabuhan Teluk Gurita di Belu. Karena benar-benar trip dadakan, pagi itu kami tidak tahu mau kemana. Lalu tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri kami dan bertanya, “Mau kemana kakak? Ayo, naik oto ini sa untuk pi Atambua (ayo naik mobil ini saja untuk ke Atambua).”
Tidak punya pilihan, kami pun naik mobil bak terbuka yang disulap menjadi angkutan umum tersebut. Selama perjalanan, yang kami lakukan hanyalah googling penginapan murah di tengah kota dengan sinyal internet yang timbul tenggelam, dan akhirnya kami mendapat sebuah nama yaitu Hotel Intan. Kami beruntung sekali sebab supir dari angkutan umum yang kami tumpangi tersebut mau mengantar kami langsung ke hotel tersebut.
Setibanya di hotel dan memilih kamar, kami pun merebahkan badan sejenak. Tidur di bangku penumpang di kapal feri semalaman ternyata belum cukup untuk kami. Sebelum merebahkan badan, tak lupa kami meminta tolong pada pihak hotel untuk mencarikan kami mobil + supir untuk mengantar kami berkeliling Belu selama kurang lebih 2 hari.
Ketika kami bangun, pihak hotel memberitahu kalau mobil dan supir sudah siap. Kami pun segera bergegas dan pasrah mau dibawa kemana saja oleh sang supir. Tiba di Belu, kurang lengkap rasanya kalau tidak mengunjungi daerah perbatasan di Motaain atau yang biasa dikenal dengan sebutan PLBN (Pos Lintas Batas lNegara) Motaain. Dibawalah kami ke sana oleh sang supir yang bernama Ardi.
- Baca juga: 7 Air Terjun Menawan di Kupang – Soe
Sialnya, setibanya kami di sana, ternyata belum memasuki waktu “bermain”. Kami pun akhirnya tidak bisa memasuki wilayah antara Indonesia – Timor Leste dan hanya berfoto sebentar di Monumen Batas Wilayah Indonesia (belum memasuki wilayah Timor Leste). Dari sana, kami melanjutkan perjalanan yang cukup jauh dengan rute yang cukup menanjak menuju Air Terjun Mauhalek di Raiulun, Lasiholat.
Sesampainya di parkiran, Tulisan I Love Mauhalek Waterfall dengan warna huruf yang bervariasi menyambut kami. Air terjun ini rasanya memang sudah benar-benar dipersiapkan sebagai daerah tujuan wisata. Hal itu tidak hanya terlihat dari tulisan I Love Mauhalek tadi, tetapi juga tangga turun menuju air terjun yang cukup rapi. Suara air yang sudah terdengar sedari kami turun mobil membuat kami ingin cepat sampai di sana.
Buat saya, Air Terjun Mauhalek ini sedikit spesial karena terdiri dari beberapa tingkatan dengan debit air yang tersebar membentuk pola yang unik. Berfoto di tingkatan terbawah dengan sudut pengambilan dari atas tangga merupakan hal yang sulit untuk ditolak.
Dari bermain air di Mauhalek, kami melanjutkan perjalanan menuju wilayah pegunungan. Tujuan berikutnya bernama Fulan Fehan. Kalau kalian pernah melihat padang belantara dengan kuda-kuda yang belarian di atasnya dan deretan bukit sebagai latarnya, seperti itulah kurang lebih Fulan Fehan. Kabut-kabut tipis terkadang hadir menambah keindahannya. Tak mampu menolak kecantikan Fulan Fehan, saya pun berusaha mencoba bermain bersama puluhan kuda di sana dan berakhir dengan merebahkan badan di atas rerumputan akibat kelelahan mengejar kuda.
Saat sedang asyik beristirahat, Ardi, supir kami, mengajak kami untuk menuju ke sebuah benteng peninggalan Kerajaan Dirun yang bernama Benteng Ranu Hitu atau biasa dikenal dengan Benteng 7 Lapis. Letaknya masih di wilayah Fulan Fehan, tidak jauh dari padang belantara, kurang lebih hanya 10 menit saja. Diberi nama 7 lapis sebab memang terdapat 7 benteng yang melapisi daerah inti dari benteng pertahanan tersebut. Di bagian intinya, terdapat sebuah lingkaran yang biasa digunakan raja-raja untuk rapat atau meletakkan kepala musuh.
Kami tidak terlalu lama menghabiskan waktu di Benteng 7 Lapis sebab aura mistis di tempat itu terlalu terasa. Akhirnya kami pun segera kembali ke mobil dan memutuskan untuk menyudahi petualangan kami di sana. Dari Fulan Fehan, kami kembali ke penginapan di Atambua untuk beristirhat sejenak dan mandi.
Usai membasuh badan yang kotor akibat main di luar seharian, kami pergi ke Pasar Senggol yang letaknya di sebelah lapangan utama kota Atambua, tidak jauh dari penginapan kami di Hotel Intan. Pasar Senggol merupakan pasar makanan, mulai dari makanan kecil hingga makanan berat, yang hanya buka pada malam hari saja di kota Atambua. Martabak, Bakso, Nasi Goreng, Babi Rica, Kue Cucur, semua tersedia di Pasar Senggol.
Menutup hari dengan kulineran merupakan pilihan yang tepat.
CATATAN:
- Waktu “bermain” di wilayah perbatasan adalah pukul 15:00 – 16:00 WITA. Sebelum memasuki waktu tersebut, pengunjung yang ingin memasuki wilayah perbatasan harus membawa paspor.
- Fulan Fehan berada di Kaki Gunung Lakaan dan udaranya sangat dingin. Bila ingin ke sana, jangan lupa bawa jaket yang tebal.
- Bila kalian ingin mengambil gambar dari kuda-kuda yang ada di Fulan Fehan, jangan lupa untuk membawa lensa tele.
- Sebelum masuk ke dalam Benteng 7 Lapis, jangan lupa meletakkan uang di pintu masuk pertama (nominalnya bebas).
Hari Kedua
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 09:00 | Bangun pagi dan Mandi |
09:00 - 09:15 | Perjalanan ke Warung Padang Beringin |
09:15 - 09:50 | Sarapan |
10:00 - 11:00 | Perjalanan menuju Tuamese |
11:00 - 13:00 | Menikmati Tuamese dan istirahat |
13:00 - 14:00 | Perjalanan menuju Kolam Susuk |
14:00 - 14:10 | Menikmati keindahan Kolam Susuk |
14:10 - 14:20 | Perjalanan menuju Teluk Gurita |
14:20 - 15:00 | Menikmati Pemandangan Teluk Gurita |
15:00 - 15:20 | Perjalanan ke PLBN Motaain |
15:20 - 16:00 | Menjelajah perbatasan RI - Timor Leste |
16:00 - 16:46 | Perjalanan ke Desa Matabesi |
16:46 - 17:30 | Jelajah Desa Matabesi |
17:30 - 17:40 | Perjalanan ke Pasar Senggol di Alun-alun kota Atambua |
18:00 - 18:45 | Makan Malam |
18:45 - 18:55 | Kembali ke penginapan |
18:55 | Acara bebas dan istirahat |
Ketika waktu menunjukkan pukul 09:00 WITA, kami dengan cepat langsung menuju ke rumah makan paling enak dan paling lengkap yang ada di Atambua, yaitu Rumah Makan Padang Beringin. Letaknya tidak jauh dari Tugu Selamat Datang. Semua orang di Atambua pasti tahu rumah makan yang satu ini.
Setelah perut terisi, kami berkendara agak jauh menuju Bukit Tuamese yang berada di wilayah TTU (Timor Tengah Utara). Kalau boleh disamakan, Bukit Tuamese ini mungkin mirip seperti bukit di Pulau Padar. Hanya saja, kalau di Pulau Padar itu bukitnya bersanding dengan laut, di Tuamese ini bukitnya bersanding dengan tambak. Namun itulah yang membuat view di Bukit Tuamese ini menjadi semakin spesial.
Semakin tinggi daratan yang bisa didaki di Bukit Tuamese, maka akan semakin spektakuler pemandangan yang bisa kita lihat. Berpindah dari Bukit Tuamese, kami bergerak ke arah utara menuju Kolam Susuk. Kolam ini merupakan kolam luas yang dijadikan sebagai Tambak Ikan Bandeng. Sayangnya, ketika kami ke sana, air sedang surut karena sedang memasuki musim kemarau.
Tidak jauh dari Kolam Susuk, kita bisa menjumpai bukit dengan pemandangan lautnya yang memesona. Tempat cantik tersebut namanya adalah Pantai Teluk Gurita. Sebenarnya kami sudah pernah ke Pantai Teluk Gurita, ketika pertama kali tiba di Belu. Namun waktu itu kecantikannya belum terlihat, sebab matahari belum menampakkan diri untuk menerangi pantai yang memesona ini. Kini kecantikan Pnatai Teluk Gurita terlihat jelas kala kami datang siang itu.
Mengingat kami harus segera ke Motaain untuk berkunjung ke Timor Leste pukul 15:00 WITA, kami pun tidak bisa berlama-lama di Pantai Teluk Gurita ini. Dari Pantai Teluk Gurita di Kakuluk Mesak, kami bergegas menuju ke PLBN Motaain. Selama perjalanan menuju Motaain, kalian akan melewati 2 pantai indah yaitu Pantai Sukaerlaran dan Pantai Pasir Putih Atapupu. Setibanya di PLBN Motaain, petugas imigrasi langsung tersenyum dan mempersilakan kami untuk melintas.
Jeda waktu setengah jam yang disediakan oleh pihak imigrasi pun kami gunakan dengan baik untuk menyeberang ke Timor Leste dan berfoto di perbatasan. Sebenarnya tidak ada apa-apa di perbatasan, hanya ada 2 pos penjagaan dari masing-masing negara yang cukup ketat. Namun perasaan seru dan pengalaman baru ketika melintasi batas negara itulah yang membuat pos perbatasan ini begitu spesial bagi kami.
Puas mengunjungi perbatasan, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Matabesi. Desa ini merupakan desa adat yang baru saja diresmikan menjadi salah satu destinasi wisata di Belu. Kearifan lokal di tempat ini masih benar-benar terjaga dan bahkan listrik pun belum menyentuh desa ini. Selama beberapa menit kami berfoto di sana dan berbincang dengan orang-orang di sana dan juga dengan supir kami yang ternyata juga berasal dari desa tersebut.
Setelah mendapat banyak dokumentasi dan pengetahuan dari Desa Matabesi, kami langsung menuju ke Pasar Senggol. Kami datang terlalu malam kemarin dan hal itu menyebabkan beberapa makanan sudah habis. Tak ingin kehabisan lagi, kami pun datang lebih awal.
Sama seperti hari sebelumnya, usai makan malam, kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat
CATATAN
- Buat kalian yang ingin menikmati sunset di Belu, pergilah ke Pantai Teluk Gurita dan nikmatilah sunset terindah di Belu.
- Di perbatasan, tepatnya dekat dengan Pos Timor Leste, terdapat sebuah mini market yang menjual berbagai minuman keras dengan harga murah. Untuk kamu yang ingin berbelanja minuman, pergilah dan belanjalah di sana (menerima uang rupiah).
Hari Ketiga
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 08:00 | Bangun pagi dan Sarapan |
08:00 - 08:15 | Jalan kaki ke Katedral Atambua |
08:15 - 10:00 | Melihat anak-anak bernyanyi di Katedral dan mendokumentasikan moment di sana |
10:00 - 10:30 | Perjalanan ke Fronteira Garden |
10:30 - 11:00 | Main di Fronteira Garden |
11:00 - 11:30 | Perjalanan kembali ke penginapan |
11:30 - 12:00 | Perjalanan ke Bandara AA. Bere Tallo |
13:00 - 13:45 | Penerbangan dari Atambua ke Kupang |
14:30 - 15:00 | TIba di Kupang dan dilanjutkan dengan perjalanan ke penginapan di Darma Loka |
15:00 - 16:00 | Taruh barang dan beristirahat sejenak |
16:00 - 16:30 | Perjalanan ke Cafe Tebing di Tenau |
16:30 - 17:00 | Makan siang yang kesorean |
17:00 - 17:15 | Perjalanan ke Bil's Resto, Tenau |
17:15 - 20:00 | Menikmati senja dan dilanjutkan dengan makan malam |
20:00 - 20:30 | Perjalanan ke Oncus Fruit Dessert |
20:30 - 21:00 | Menikmati hidangan pencuci mulut di Oncus |
21:00 | Kembali ke penginapan dan acara bebas |
Hari ini merupakan hari terakir kami di Belu. Sebelum terbang menuju Kupang dari Atambua pada pukul 13:00 WITA, kami pun menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa tempat yang ada di kota Atambua. Tujuan pertama kami adalah Gereja Katedral Santa Maria Immaculata Atambua. Berjalan 10 menit dari penginapan, kami pun sampai di gereja katolik ini.
Kami begitu beruntung sebab ketika kami memasuki area gereja, ratusan anak terlihat sedang latihan paduan suara. Kunjungan kami kali ini menjadi ramai oleh suara-suara merdu dari anak-anak gereja. Yang saya suka dari gereja ini adalah pemakaian kaca mozaik pada beberapa bagian dindingnya. Ketika cahaya matahari menyinari kaca patri tersebut, suasana dalam gereja pun mendadak menjadi indah penuh warna. Kursi-kursi kayu tua nan kokoh juga terlihat mengisi bagian dalam gereja.
Dari gereja, kami beranjak menuju Fronteira Gardenpa. Taman ini merupakan sebuah taman yang dibangun oleh Pemprov NTT sebagai kawasan hijau di Kota Atambua. Taman ini cocok sekali dipakai oleh anak muda untuk berkumpul, keluarga untuk bermain atau sekedar membunuh waktu di sore hari. Di taman in tersedia beberapa pondok yang bisa digunakan untuk beristirahat, wahana permainan seperti perosotan dan ayunan, lapangan yang luas serta jogging track.
Perjalanan mulai dari penginapan ke Gereja Katedral, lalu dilanjutkan menuju ke Fronteira Garden, hingga kembali lagi ke penginapan, semua kami tempuh dengan berjalan kaki. Tepat pukul 12:00 WITA, Ardi membawa kami ke bandara A.A. Bere Tallo untuk menjemput penerbangan kami menuju Bandara El Tari di Kupang.
Setibanya di Kupang, kami hanya mampir sejenak di penginapan lalu tancap gas ke Cafe Tebing di Tenau. Tidak makan siang dan ditambah dengan tidak mendapat konsumsi ketika naik pesawat menuju Kupang, membuat kami tidak bisa lama-lama di penginapan dengan keadaan perut lapar.
Seperti namanya, cafe ini memang letaknya di tebing, mirip seperti Cafe Rock di Jimbaran, Bali, hanya saja ini versi murahnya. Kami tidak terlalu lama di Cafe Tebing sebab ada beberapa hal yang membuat kami cukup tidak betah. Kemudian pindahlah kami dari Cafe Tebing menuju Resto Bukit Intan Lestari atau yang biasa dikenal dengan Bil’s Resto. Di restoran yang berada di atas bukit inilah kami menikmati lembayung senja yang begitu memanjakan mata. Makanan di Bil’s Resto ini juga enak dan yang paling penting harganya masuk akal banget 🙂
Mencari hidangan pencuci mulut, kami pun berpindah ke Oncus Fruit Dessert. Lokasinya berada di kota Kupang. Awalnya kami pikir tempatnya cukup besar, tapi ternyata tidak. Meskipun kecil, namun Oncus ini menyediakan hidangan penutup yang variatif, enak dan menyehatkan. Untuk mengetahui apa saja sajian yang bisa kalian nikmati di Oncus, silahkan liat di DI SINI ya. Harganya juga murah lho
Itulah akhir perjalanan di hari itu. Usai dari Oncus, kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat.
CATATAN
- Kalau menurut saya, lebih baik naik pesawat menuju Kupang dari Atambua. Kenapa? Lebih cepat dan murah.
- Tidak ada izin khusus untuk masuk ke dalam Gereja Katedral Atambua. Namun perhatikanlah perilaku dan cara berpakaian ketika ingin masuk ke dalam gereja. sopanlah dalam kedua aspek tersebut.
- Untuk menuju ke Cafe Tebing, Oncus, dan Bil’s Resto, silahkan gunakan aplikasi penunjuk arah pada smartphone kalian karena ketiganya sudah terdaftar.
Hari Keempat
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 07:00 | Bangun pagi dan Ngopi |
07:00 - 07:30 | Perjalanan ke Goa Kristal, Bolok |
07:30 - 08:45 | Main air di Goa Kristal |
08:45 - 09:10 | Perjalanan ke Air Terjun Oenesu |
09:10 - 10:00 | Main air di Air Terjun Oenesu |
10:00 - 10:30 | Perjalanan ke Pusat Oleh-oleh Ibu Soekiran |
10:30 - 11:00 | Belanja oleh-oleh |
11:00 - 11:15 | Perjalanan ke Bandara |
13:00 | Adios NTT |
Hari terakhir ini, kami benar-benar berpacu dengan waktu. Boarding pukul 12:15 WITA membuat kami harus berangkat dari pagi untuk bisa mengunjungi beberapa spot wisata dan juga membeli oleh-oleh. Tepat pukul 07:00 WITA, kami memacu kendaraan menuju Goa Kristal yang ada di Bolok. Yang menyenangkan dari berangkat pagi-pagi ke suatu objek wisata di akhir pekan adalah tempat tesebut masih sepi.
Tepat seperti dugaan kami, sesampainya kami di sana, Goa Kristal sepi banget. Hanya kami bertiga yang mebuat tersebut menjadi ramai. Bahkan anak-anak yang biasa meminta uang parkir kendaraan pun belum terlihat. Dengan penuh hati-hati kami memasuki goa yang gelap itu. Agar kami tidak kesepian, Tuhan menemani kami melalui Burung Walet yang terbang masuk dan keluar goa sesuka hatinya.
Usai sesi fotografi di dalam goa, kami pun melanjutkannya dengan man air sebentar sebelum pergi ke destinasi berikutnya. Sekitar 45 menit setelah bermain air di Goa Kristal, kami pun sudah ada berada di Air Terjun Oenesu. Setelah selesai main air, kini kami main air lagi, hebat kan? Itulah mengapa kami tidak mengawali hari ini dengan mandi.
Sama seperti ketika kami tiba di Goa Kristal, di Air Terjun Oenesu ini pun masih sepi. Lagi-lagi kamilah yang membuat tempat ini ramai. beberapa langkah setelah menuruni anak tangga, deburan air yang tadinya hanya terdengar pun kini menjadi terlihat. Meskpun sedang memasuki musim kemarau, tapi debit airnya masih cukup banyak.
Kami tidak bisa terlalu lama karena kami ditekan oleh waktu. Selesai main air seikhlasnya dan foto-foto semampunya, kami pun bertolak menuju Sentra Oleh-oleh Khas NTT Bu Soekiran. Tempat oleh-oleh yang satu ini sudah sangat terkenal dan untuk kalian yang ingin membeli oleh-oleh buat orang di rumah saat berkunjung ke Kupang, mampirlah ke sini. Bu Soekiran menyediakan beberapa oleh-oleh populer seperti se’i sapi, se’i ikan, abon, kopi, gula keping, keripik jagung dan masih banyak lagi.
Terima kasih Kupang, Belu dan Alor yang sudah begitu menerima kami dengan baik. Terima kasih untuk keramahannya yang luar biasa. Selesai berbelanja, kami pun langsung menuju bandara untuk bersiap menyambut penerbangan kami menuju Jakarta. Adios Kupang.
CATATAN:
- Buat kalian yang ingin ke Oenesu, tapi tidak bermain air (hanya foto-foto), bawalah obat nyamuk oles sebab nyamuk di Oenesu cukup banyak, ganas, haus darah dan ukurannya besar banget.
- Bu Soekiran hanya menyediakan makanan halal. Kalau mau bawa Se’i Babi sebagai oleh-oleh, kalian bisa ke Aroma.
- Untuk informasi mengenai Goa Kristal di Bolok, kalian bisa membacanya DI SINI.
- Informasi mengenai Air Terjun Oenesu bisa kalian baca DI SINI.
*****
Yap, itulah sedikit sharing mengenai itinerary saya ketika menjelajah Belu – Kupang. Semoga berguna untuk kalian ya dan tulisan ini sekaligus menjadi akhir dari bagian penjelajahan Alor – Belu – Kupang selama 11 hari yang sudah saya lakukan.
Info Tambahan
- Umumnya warung makan di Atambua baru buka jam 09:00 WITA.
- Ada Se’i Babi yang enak dekat Hotel Intan, Atambua namanya Bintang Kejora.
- Buat kalian yang ingin ke Perbatasan Indonesia – Timor Leste, kalian juga bisa mampir ke rumah Joni si pemanjat tiang bendera 17an karena rumahnya tidak jauh dari sana.
- Selama di Kupang, kami menggunakan mobil sewaan untukberkeliling (lepas kunci)
- Selama menjelajah Belu, lebih baik menggunakan supir orang lokal, sebab beberapa spot medannya cukup sulit dan tidak ada di aplikasi penunjuk arah.
- Dalam bahasa Kupang,Tapale’uk memiliki arti jalan-jalan.
Kontak
- Sewa Mobil Kupang → 081337772292 (Telepon & WA)
- Sewa Mobil + Supir Belu (Ardi) →082236404943 (Telepon & SMS)
Rincian Biaya Tapale’uk Belu – Kupang ini bisa dibaca DI SINI
Success is a journey, not a destination.
— Ben Sweetland