Cara Melakukan Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho
Sebagai jalur resmi termuda untuk melakukan pendakian Gunung Lawu setelah jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, kini jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho semakin diminati. Pesona dari Candi Cetho dan Candi Kethek peninggalan Majapahit yang menjadi gerbang masuknya dan juga sensasi berbeda yang didapat saat melewati jalur sabana di sepanjang Bulak Peperangan hingga sebelum memasuki Pasar Dieng-lah yang saya rasa menjadi faktor terbesar mengapa banyak pendaki (mulai) melirik jalur ini.
Nah, beberapa hari yang lalu, lebih tepatnya pada tanggal 30 Maret 2019, saya bersama 6 orang teman baru saja sukses melakukan pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho. Berangkat dari pengalaman pribadi tersebutlah, maka pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit membagikan info mengenai cara melakukan pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho. Secara singkat, kurang lebih seperti inilah rute dan tahap yang bisa kalian ikuti:
Stasiun Solo Balapan → Pasar Tegalgede
Titik awal saya mulai dari stasiun yang dipopulerkan oleh Didi Kempot lewat salah satu lagunya, Stasiun Solo Balapan. Untuk perjalanan dari kota asal (Jakarta) menuju Solo ini, saya memang lebih memilih kereta sebagai moda transportasinya. Harga tiket dan bagasi pesawat yang mahal menjadi salah satu alasan mengapa ular besi ini kerap menjadi pilihan favorit saya untuk melakukan pendakian di Pulau Jawa.
- Baca Juga: Cara Menuju ke Gunung Semeru
Karena ingin mendaki Gunung Lawu, maka kereta yang pilih adalah Argo Lawu (biar matching aja) dengan keberangkatan pukul 20:15 WIB dari Stasiun Gambir pada malam sebelumnya. Jadi setelah kurang lebih 9 jam perjalanan, saya tiba di Stasiun Solo Balapan pukul 05:00 WIB.
Setibanya di stasiun ini, saya dan beberapa orang teman langsung dijemput oleh Cak Hude menggunakan mini bus. Cak Hude ini merupakan orang yang memang biasa membantu para pendaki yang ingin melakukan pendakian ke Gunung Lawu.
Tim saya yang diwakili William sudah cukup intens melakukan kontak dengan Cak Hude via whatsapp sejak beberapa hari sebelumnya perihal penjemputan ini. Jadi buat kalian yang juga ingin melakukan pendakian Gunung Lawu dan butuh bantuan seperti transportasi atau porter, langsung hubungi Cak Hude aja ya untuk tanya-tanya.
Dari Stasiun Solo Balapan, kami bertolak menuju ke Pasar Tegalgede yang lokasinya berada persis di Terminal Tegelgede, Karanganyar. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk belanja keperluan pendakian seperti bahan makanan dan juga alat masak. Waktu tempuh Stasiun Solo Balapan – Pasar Tegalgede kurang lebih hanya 35 menit (bila tidak macet).
Pasar Tegalgede → Warung Makan di Karanganyar
Salah tiga alasan kenapa kalian harus belanja di Karanganyar (pasarnya bebas mau dimana saja) adalah yang pertama, membawa bahan makanan dari kota asal itu berat dan merepotkan. Kedua, harga bahan makanan di seperti sayuran, buah, telur dan daging di Karanganyar itu murahnya kebangetan.
Saat hendak membeli tempe, saya pun bertanya kepada salah satu penjual, “tempe ini harganya berapa, bu?”
Dengan suara halus dan alunannya yang sangat menentramkan hati ibu itu menjawab, “5 potong cukup Rp 1.000 aja, dek.”
“5 potong cuma Rp 1.000???” dan saya pun langsung bingung mendengar jawaban itu. Mau beli Rp 1.000, ya masa iya sih cuma beli Rp 1.000. Tapi kalau beli Rp 2.000 ya kebanyakan juga. Akhirnya saya pun membeli Rp 2.000 meskipun jumlahnya terlalu banyak buat saya.
Dan alasan yang ketiga sekaligus alasan yang membuat saya senang main ke pasar tradisional adalah pasar merupakan tempat dimana kalian bisa melihat wajah sesungguhnya dari suatu daerah. Jadi kalau kalian ingin tahu bagaimana ramahnya, baiknya, serunya daerah yang kalian kunjungi, mainlah ke pasarnya.
Selain pasar tradisional, bila kalian terbiasa belanja di warung yang ada AC-nya, kalian juga bisa menjumpai Alf*mart kok. Kalian cukup berjalan sedikit saja dari pasar tradisional itu dan kalian bisa menjumpai swalayan tersebut.
Usai mendapat kebutuhan makanan untuk pendakian, kami kembali ke mini bus yang terparkir di Terminal Tegalgede dan berangkat menuju ke Candi Cetho. Namun sebelum itu, kami mampir sebentar di sebuah rumah makan untuk mengisi perut yang sudah berbunyi sejak turun dari kereta tadi. Waktu tempuh dari Terminal menuju rumah makan yang kami pilih kurang lebih 30 menit.
Warung Makan → Candi Cetho
Menu yang ditawarkan oleh kereta api sejauh ini belum ada yang bisa menggugah saya dan membawa makanan berat dari luar kereta juga bukan merupakan pilihan bagi saya. Jadi sebelum naik kereta, biasanya saya akan makan berat secukupnya dan membiarkan perut ini sedikit berkecamuk di hari berikutnya. Barulah saat turun dari kereta, saya akan mencari makan untuk menenangkan cacing-cacing di perut ini.
Dan sekaranglah saatnya. Setelah barang belanjaan beres, waktunya untuk sarapan di daerah Karanganyar. Menu yang ditawarkan di daerah perbukitan ini cukup sederhana yaitu nasi, mie, sayur, telur rebus, gorengan 2 buah dan teh manis panas yang dibanderol hanya Rp 14.000 saja. Semuanya ambil sendiri lho, jadi porsinya terserah 🙂
Selepas makan, tibalah waktunya untuk berangkat menuju tujuan akhir, Candi Cetho. Dengan melewati rute yang sesekali menanjak curam dan berkelok, akhirnya tibalah mini bus yang kami tumpangi di Candi Cetho.
Pendakian Lawu via Candi Cetho
Sesampainya di depan Candi Cetho, kalian akan melihat banyak sekali basecamp di sekitar Candi Cetho ini. Saran saya, silakan langsung mengikuti papan penunjuk arah pendakian dan beristirahatlah di basecamp RECO (Relawan Ceto). Letak basecamp ini persis berada di sebelah Pos Pendaftaran Pendakian. Jadi sembari ada yang beristirahat, seorang perwakilan dari tim bisa menuju pos pendaftaran untuk melengkapi persyaratan pendakian.
Meskipun namanya “via Candi Cetho” , namun pintu masuk pendakian dan pintu masuk Candi Cetho itu berbeda. Untuk mendaki, kalian akan lewat bagian samping dari Candi Cetho. Kalau mau masuk kawasan Candi Cetho, kalian harus bayar tiket masuk candinya (terpisah dari biaya pendakian).
- Baca juga: Rute Lengkap Pendakian Gunung Latimojong
Untuk melakukan pendakian, setiap pendaki wajib mengisi form dengan detil nama pendaki, alamat, nomor telepon pribadi, nomor telepon saudara/keluarga yang bisa dihubungi, rencana pendakian dan juga menyerahkan fotokopi KTP. Bagi yang belum memiliki KTP, wajib mendapatkan pendampingan dari orang tua atau izin langsung dari orang tua yang dibuktikan dengan surat pernyataan. Untuk biaya pendakian, setiap pendaki bisa membayar sebesar Rp 16.000/orang.
Setelah semua terpenuhi, silakan berdoa dan mulailah pendakian kalian 🙂
*****
Itu tadi sedikit sharing dari saya mengenai bagaimana cara melakukan pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho. Semoga informasi di atas bisa berguna ya dan jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Pasti saya jawab kok kalau saya bisa 🙂
Tambahan
- Ada banyak kereta ke Solo Balapan dari Gambir atau Pasar Senen, jadi tidak harus naik Argo Lawu ya.
- Alasan saya melakukan keberangkatan malam agar setibanya di Solo pada pagi hari, saya dan tim bisa langsung melakukan pendakian.
- Untuk yang mencari alat-alat gunung (mungkin lupa) seperti gas atau kompor, di basecamp sekitar Candi Cetho banyak yang jual kok.
- Kapasitas mini bus yang saya gunakan bisa mengangkut hingga ±14 orang dengan carrier-nya yang besar-besar.
- Biaya sewa mini bus ±Rp 650.000 untuk 8 orang (pulang pergi). Semakin banyak orang rasanya akan berbeda bayarannya karena beban mini bus akan bertambah yang berpengaruh pada konsumsi bahan bakar.
- Saya melakukan perjalanan ini dengan 6 orang lainnya (total 7 orang).
- Sebenarnya kalian bisa menggunakan taksi online untuk pergi ke Candi Cetho dari Stasiun Solo Balapan. Hanya saja, jika menggunakan taksi online, kalian akan sulit untuk mampir-mampir seperti yang saya lakukan.
- Untuk info mengenai porter, tempat numpang tidur, dan antar jemput, silakan menghubungi Cak Hude langsung.
Kontak
- Cak Hude → 082225214149 (Telp & WA)
Stand straight, walk proud, have a little faith.
–Garth Brooks