Panduan dan Tips Mengunjungi Air Terjun Tumpak Sewu
Bila saya boleh berpendapat, rasanya tidak ada yang mampu menandingi keindahan Air Terjun Tumpak Sewu yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Air terjun yang memiliki bentuk dinding melengkung setengah lingkaran, dengan banyaknya titik sumber air yang jatuh deras dari dinding dengan ketinggian 120 meter tersebut, membuatnya terlihat seperti tirai raksasa. Rasanya tidak ada air terjun lain di Indonesia yang memiliki keunikan seperti ini.
Pendapat dalam bentuk pujian tersebut bisa keluar dari mulut saya tentunya karena saya sudah pernah mengunjungi Air Terjun Tumpak Sewu ini secara langsung, bukan hanya bermodal melihat video di youtube atau gambar yang berseliweran di Instagram. Tubuh inilah saksi hidupnya. Kedua telapak kaki ini sudah menjejakkan dasarnya di medannya yang berat, mata ini sudah melihat langsung curahan airnya yang tak pernah kering, dan tangan serta wajah ini sudah terbasuh oleh airnya yang jernih dan menyegarkan.
Agar kalian juga bisa mampir ke sana dan merasakan sensasinya langsung, bukan hanya saya sendiri yang bisa melakukannya, berikut ini saya bagikan sedikit panduan untuk mengunjungi air terjun yang juga dikenal dengan nama Coban Sewu ini.
Transportasi
Ada banyak moda transportasi yang bisa kalian pilih jika ingin ke Tumpak Sewu dari Malang (karena saya sudah 2x berkunjung ke Tumpak Sewu dan keduanya saya lakukan dari Malang).
Moda transportasi yang pertama adalah taksi online atau sewa mobil + supir. Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar soal cara yang satu ini karena ini adalah cara yang paling mudah. Kalian hanya duduk diam (bahkan bisa sampai tertidur) di dalam kendaraan yang berjalan, lalu beberapa menit kemudian sampai di tujuan. Hanya saja cara ini memakan biaya yang paling mahal (bisa mencapai Rp 300.000-500.000 untuk 1x jalan) dan belum tentu mudah didapat.
Cara yang kedua adalah sewa mobil atau motor (lepas kunci). Bila menggunakan cara ini, biaya yang kalian keluarkan mungkin sedikit lebih murah dari cara yang pertama (kalau menggunakan motor) atau bahkan lebih besar (bila menggunakan mobil + ditambah biaya bensin).
Poin plus moda transportasi ini terletak pada tingkat keleluasaannya, sedangkan poin minusnya adalah dibutuhkan kuota internet untuk membuka Google Maps dan tenaga ekstra untuk fokus mengendarai kendaraan, sebab jarak Malang (kota) ke Tumpak Sewu kurang lebih 71 km atau 2 jam perjalanan darat, dengan jalur yang berkelak-kelok dan lawan berupa kendaraan berat (truk).
Cara yang ketiga dan merupakan cara yang paling murah dan paling saya anjurkan adalah dengan menggunakan kendaraan umum (bus). Bila ingin menggunakan kendaraan umum, kalian bisa berangkat dari Terminal Gadang. Pilihlah bus jurusan ke Lumajang (jangan jurusan Dampit, meskipun melewati jalur yang sama di awal) dan minta diturunkan di Gapuro Tumpak Sewu Lumajang (Jangan di pintu masuk jalur Malang).
Dari gapura, kalian hanya perlu berjalan kaki sedikit untuk sampai ke lokasi air terjunnya. Pemberangkatan bus terakhir dari Malang ke Lumajang kurang lebih jam 15:30 WIB setiap harinya, sedangkan Lumajang-Malang kurang lebih jam 14:30 setiap harinya.
Biaya bus Malang – Lumajang adalah Rp 30.000/orang. Bagaimana dengan tingkat kenyamanannya? Kalau dengan skala 0-10, dimana 10 adalah yang terbaik, saya memberikan nilai 6 untuk kenyamanannya. Busnya sendiri adalah bus tua berukuran kecil, tidak ber-AC, jarak antar kursinya cenderung mepet untuk saya yang agak tinggi, dan di dalam bus ini para penumpang masih bebas untuk merokok.
Buat saya, bus ini masuk dalam kategori “cukup”. Saran saya bila kalian memilih menggunakan bus ini adalah pilihlah kursi yang paling depan (sebelah supir). SPot tersebut menurut saya spot paling aman dan nyaman.
Jalur
Seperti yang sudah saya singgung sedikit di atas, ada dua jalur untuk bisa menikmati Air Terjun Tumpak Sewu, yaitu lewat jalur pintu Malang dan yang satu lagi jalur pintu Lumajang. Kenapa saya menyarankan jalur pintu Lumajang?
Alasan pertama karena jalurnya lebih manusiawi. Kalau lewat jalur pintu Malang, rute untuk menuruni tebing hingga tiba di dasar Tumpak Sewu itu sangat curam dan sangat melelahkan. Sedangkan lewat jalur Lumajang, jalurnya sedikit lebih mudah, meskipun tetap masuk dalam kategori susah.
Alasan kedua adalah karena bila melewati jalur Malang, kalian hanya akan menikmati air terjun Tumpak Sewu saja. Namun bila melewati jalur Lumajang, ada beberapa spot lainnya yang bisa kalian nikmati seperti Goa Tetes, Telaga Biru, dan Tebing Nirwana. Seperti apa rupa dan serunya jalur ke spot lain yang masih dalam satu kawasan tersebut? Lengkapnya bisa kalian baca DI SINI.
Penginapan
Untuk menikmati air terjun ini, saran saya adalah kalian harus menginap. Kenapa harus menginap? Karena waktu terbaik untuk menikmati Tumpak Sewu adalah pagi hari, khususnya bagi kalian yang membawa drone. Untuk mendapatkan view terbaik dengan menggunakan drone, kalian bahkan harus datang jam 04:00 – 05:00 WIB.
Untuk kalian yang ingin mendapat gambar Tumpak Sewu dari bawah, foto terbaik bisa kalian dapatkan sebelum sinar matahari masuk sempurna, yang artinya sekitar pukul 06:00-07:00 WIB. Bila tidak menginap, kalian mau berangkat dari Malang jam berapa?
Selain itu, perjalanan menyusuri Tumpak Sewu itu bisa memakan waktu paling cepat 4 jam (turun, foto-foto- dan kembali naik), tapi biasanya lebih, bisa 5-7 jam. Mengunjungi Tumpak Sewu dengan metode pergi pulang dalam waktu 1 hari memang sangat memungkinkan. Namun memaksakan diri untuk langsung pulang ke Malang dengan kondisi badan yang super lelah rasanya bukan pilihan yang bijak.
Nah, di Lumajang ini ada sebuah homestay yang dikelola oleh Pak Yanto, namanya Yanto Home Stay Anugrah. Terletak di RT 01 RW 09, Desa Sidomulyo, Besukcukit, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67374. Jaraknya tidak jauh dari Gapura Lumajang yang saya sebutkan tadi dan juga lokasi air terjun. Homestay-nya terbilang murah dan cukup nyaman. Harga per malamnya untuk 2 orang adalah Rp 250.000 (sudah termasuk sarapan).
Selain murah dan juga nyaman, ada beberapa fasilitas lain yang disediakan oleh homestay seperti, parkiran yang luas, warung makan, alas kaki untuk tracking bila kalian tidak menggunakan alas kaki yang proper, jemuran, hospitality dan juga guide.
Untuk kamarnya sendiri, kalian akan mendapatkan 1 tempat tidur double bed, wastafel, handuk, pendingin udara, kamar mandi di dalam dengan air panas dan toilet duduk, serta shower (meskipun bukan tipe rainforest). Terdapat lebih dari 12 kamar di Homestay Anugrah ini.
Kalau kalian menginap di sini, jangan khawatir soal makanan. Istrinya Pak Yanto ini jago banget masak 🙂
Guide
Jalur Tumpak Sewu via Lumajang itu jelas dan tidak terlalu sulit. Jadi sebenarnya kalian bisa menyusuri air terjun ini tanpa menggunakan guide. Namun saya pribadi lebih suka menggunakan guide. Kunjungan saya yang kedua kali pun tetap menggunakan guide. Kenapa menurut saya harus tetap menggunakan guide?
Alasan pertama karena saya ingin merasa terjaga. Jalur turun ke dan naik dari Tumpak Sewu itu cukup terjal dan masuk dalam kategori cukup sulit. Melangkah pun harus ekstra hati-hati kalau tidak ingin tergelincir dan jatuh. Kehadiran guide ini bisa memberikan rasa aman karena mereka akan membantu memberikan instruksi pada kalian. Misal: kapan harus berpegangan pada tali, batu mana yang licin dan tidak boleh diinjak, dan sejenisnya.
Kedua, guide ini fotografer yang handal. Meskipun mungkin mereka tidak memiliki kamera yang mahal, tapi mereka tahu spot foto terbaik untuk mengambil gambar dan angle pengambilan foto mereka pun tidak perlu diragukan. Dengan adanya guide, maka akan ada pengarah gaya untuk kalian. Serahkanlah kamera kalian dan percayakan pengambilan foto selama di air terjun itu pada mereka.
Serunya jalan bareng guide adalah kalian punya teman bicara baru. Mereka akan menceritakan cerita-cerita seru seputar Tumpak Sewu, mulai dari cerita mistis, pengalaman mereka membawa turis dari berbagai negara, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ingin kalian tanyakan. Kalau tidak ada guide, kalian mau bertanya pada siapa?
Alasan terakhir dan mungkin terdengar klise adalah membantu perekonomian warga sekitar. Ya, guide di Tumpak Sewu ini adalah warga dari Desa SIdomulyo. Menyewa jasa mereka berarti membantu memberi mereka masukan yang bisa mereka gunakan untuk menghidupi keluarga mereka. Biaya guide itu tidak mahal kok, hanya Rp 200.000 untuk sekali jalan.
Air Terjun Lainnya
Sayang rasanya kalau sudah sampai di Lumajang, tapi hanya berkunjung ke Tumpak Sewu. Di sekitar Tumpak Sewu, ada air terjun lainnya yang tak kalah memesona dan jaraknya dekat saja, hanya 10 menit. Air terjun yang saya maksud adalah Air Terjun Kabut Pelangi dan Air Terjun Kapas Biru.
Untuk berkunjung ke lokasi dua air terjun tersebut, kalian bisa melakukannya sendiri (bahkan dengan berjalan kaki). Gunakan saja google maps dan kalian akan diarahkan langsung ke lokasi parkirnya. Kalau ingin didampingi oleh guide dari Tumpak Sewu ya bisa juga. Namun ingat, ada biaya jasa untuk memandu ya dan biayanya berbeda dari yang di Tumpak Sewu.
Air terjun Kapas Biru dan Kabut Pelangi ini juga lah yang menjadi alasan kenapa saya menyarankan kalian pergi ke Lumajang ini naik angkutan umum dan perlu menginap. Karena kalau sewa mobil, maka kendaraan itu tidak akan banyak terpakai dan berdiam di lokasi parkir, sedangkan biaya sewa jalan terus. Menginap akan membantu kalian memulihkan stamina setelah main di Tumpak Sewu dan membantu mempersiapkan diri untuk berkunjung ke dua air terjun yang jalur tracking-nya pun tak kalah seru.
Persiapan
Selain uang, yang perlu kalian persiapkan adalah fisik. Bagi kalian yang jarang berolahraga, menuruni dan menaiki jalur Tumpak Sewu pasti akan sangat melelahkan dan dijamin keesokan harinya pasti kaki kalian sakit. Untuk itu, bila ingin datang ke sini, datanglah dengan fisik yang prima karena perjalanan menyusuri dan menikmati Tumpak Sewu ini bisa memakan waktu 4-6 jam.
Selain itu, gunakan juga alas kaki yang tepat (sepatu gunung atau sandal gunung) dan baju yang mudah kering. Untuk wanita khususnya, gunakanlah pakaian yang simple dan memudahkan kalian untuk bergerak. Jangan lupa membawa dry bag untuk melindungi barang-barang kalian dari air.
Di sepanjang jalur tracking Tumpak Sewu, kalian bisa menemukan warung. Namun tidak ada salahnya kalau kalian sudah membawa air dan juga cemilan sejak di pos pembelian tiket.
Itu tadi sedikit tips dan panduan untuk mengunjungi Tumpak Sewu. Buat saya, waktu berkunjung yang ideal adalah 3 hari 2 malam. Datanglah pada hari pertama dari Malang dengan menggunakan bus terakhir. Gunakan malam itu untuk beristirahat dan berbincang dengan Pak Yanto (pemilik homestay) dan atau warga sekitar, serta gunakan juga untuk beristirahat dan mempersiapkan fisik.
Barulah di hari kedua, dimulai dari dini hari, kalian bisa menjelajah Tumpak Sewu. Siang harinya bisa kalian gunakan untuk berisitirahat dan sore harinya bisa meminjam atau menyewa motor Pak Yanto untuk main ke Desa Oro-oro Ombo guna melihat Semeru dari dekat.
Hari ketiga, masih dimulai dari pagi hari, kalian bisa menjelajah Air Terjun Kapas Biru dan Kabut Pelangi. Durasi yang kalian butuhkan untuk mengunjungi kedua air terjun itu kurang lebih 4-5 jam. Usai mengunjungi kedua air terjun tersebut, kalain bisa beristirahat sebentar di homestay sebelum akhirnya kembali ke Malang dengan menggunakan bus terakhir dari Lumajang.
Berikut ini adalah rincian biaya yang saya keluarkan selama 3 hari 2 malam:
Kontak
- Yanto Home Stay Anugerah Tumpak Sewu → +62 853-3123-8963
Rincian biaya di atas adalah untuk 2 orang dan bentuk PDF-nya bisa diunduh DI SINI.
Do one thing every day that scares you
–E. Roosevelt