Istana Saleko: Tempat Melihat Kerbau Termahal di Dunia
“Mari saya antar melihat kerbau belang, kerbau yang harganya mahal sekali (bagi masyarakat Toraja), di Istana Saleko. Tempatnya tidak jauh kok dari sini.” Ucap seorang pria yang terlihat sedang memegang rokok di tangan kanannya saat melihat saya sedang membeli tiket untuk masuk ke Kete’Kesu.
“Tidak usah, Pak. Terima kasih.” Jawabku halus menolak tawarannya. “Kalau memang dekat, ya tidak usah di antar. Biar saja saya berjalan kaki sendiri ke sana.” Gumamku dalam hati.
Saya pun lantas berjalan menuju Kete’ Kesu, sebuah objek wisata yang menampilkan rumah adat khas Toraja, yaitu Tongkonan, dengan urutan yang sangat rapi. Selama kurang lebih 1 jam saya menghabiskan waktu di Kete’ Kesu, menikmati setiap detil dari rumah adat yang dibangun dari kayu, yang secara garis besar terdiri dari 3 ruangan utama, yaitu Paluang, Sumbung dan Sali.’
Sebenarnya di Kete’ Kesu ini pun ada peninggalan purbakala berupa kuburan batu yang usianya diperkirakan sudah lebih dari 500 tahun. Namun entah kenapa, hati ini waktu itu tidak ingin kembali ke sana. Ya, saya memang sudah pernah mengunjungi kuburan tersebut beberapa tahun lalu. Pikiran ini justru kerap terbayang-bayang dengan kerbau belang di Istana Saleko, yang sebenarnya tidak ada dalam daftar tujuan saya di Toraja ini.
- Baca Juga: Dibalik Megahnya Kuburan di Kete’ Kesu
“Istana? Seperti apa ya rupa istana itu?” Tanyaku dalam hati.
Tak ingin hanya bisa membayangkan rupa kerbau belang yang harganya mahal itu dan bentuk istana yang megah, kunjungan ke Kete’ Kesu pun saya akhiri dan kaki ini melangkah menuju Istana Saleko.
Istana Saleko, Istananya Para Kerbau
Rupanya Istana Saleko bukanlah istana seperti yang ada di pikiran saya, istana yang sering digambarkan megah oleh Disney leway film-filmnya. Berjarak hanya ±50 meter dari tempat pembelian tiket masuk Kete’ Kesu, Istana Saleko merupakan sebidang tanah berbentuk persegi panjang, dengan taman di bagian tengahnya, yang digunakan untuk memelihara kerbau alias kandang kerbau, bukan istana besar tempat raja dan ratu tinggal dimana terdapat kerbau sebagai peliharaannya.
Perlahan-lahan saya memasuki gerbangnya yang beratapkan “perahu” berwarna biru dan menuruni beberapa anak tangganya. Di bagian depan dan samping anak tangga, dibangun semacam gazebo berwarna-warni agar pengunjung bisa duduk bersantai di sini. Di Gazebo tersebut dipajang beberapa foto kerbau belang yang mahal harganya itu.
- Baca Juga: Sharing Asyik Trip ke Toraja
Kehadiran kolam air mancur di bagian tengah Istana Saleko memberikan kesan tersendiri. Kapan lagi kan ada kandang kerbau dengan kolam air mancur di tengahnya. Saya begitu menikmati penataan yang simple dari tempat ini.
Saat sedang melihat-lihat kondisi Istana Saleko dari tangga, seorang ibu paruh baya menyapa saya, “Silakan masuk. Sebentar, saya keluarkan dulu kerbaunya dari kandang ya agar kamu bisa melihat-lihat dan berfoto dengannya.”
Dengan cepat ibu itu berjalan ke arah belakang dari air mancur. Di sana terdapat 3 tongkonan. Awalnya saya mengira kalau itu adalah rumah tinggal, tapi rupanya itu merupakan kandang kerbau. Ya, kandang kerbau paling “Wow” yang pernah saya lihat, dengan atap khas rumah adat Toraja.
Seolah sudah terbiasa, ibu itu lantas menarik kerbau belang yang sudah dicocok hidung hidungnya dengan tali keluar dari kandang. Kerbau belang itu lantas diikat di depan kandangnya agar saya bisa berfoto atau mengambil gambarnya.
“Silakan, foto-foto. Jangan takut, kerbaunya jinak kok.” Ucap ibu tua yang saya tidak tahu namanya itu.
Mendapat izin dari si ibu, saya pun dengan cepat mengeluarkan kamera dan mengambil gambar kerbau yang harganya saya perkirakan di atas 300 juta itu.
Kerbaunya cantik sekali. Badannya berwarna pink dengan corak berwarna hitam dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Tidak hanya itu, tanduknya yang melengkung indah pun warnanya keemasan, berbeda dengan kerbau biasa pada umumnya. Matanya berwarna putih di bagian pinggirnya dan kebiruan di tengahnya seperti orang-orang eropa 🙂
Penilaian Saleko
Puas mengambil gambar si kerbau belang, saya pun berbincang dengan si ibu di gazebo. Dari beliaulah ilmu pengetahuan saya tentang dunia per-kerbau-an bertambah.
“Jadi di Toraja ini, kerbau dikenal dengan istilah tedong. Ada bermacam jenis tedong di Toraja ini seperti Tedong Bonga, Tedong Lotong Boko, Tedong Sambo Batu, Tedong Balian, Tedong Pudu’ dan yang paling mahal adalah Tedong Saleko.” Ucap si Ibu.
Sampai sekarang pun saya masih bingung akan jenis-jenis kerbau yang ada di Toraja ini (meskipun sudah dijelaskan. Mungkin karena belum lihat aslinya).
“Oh, Saleko itu jenis kerbau dan merupakan yang termahal. Pantas saja diberi nama Istana Saleko. Saya pikir Saleko ini nama seekor kerbau.” Ucapku spontan saat mengetahui arti kata Saleko.
Penasaran dengan harga kerbau yang saya foto tadi, saya pun bertanya pada si bu, “Kalau begitu, harga kerbau ini berapa?”
“Kerbau ini namanya Pusaka Dewa. Usianya baru 6 tahun dan harganya sekitar 700 juta. Kalau yang di dalam (sambil menunjuk ke arah kandang), itu usianya baru sekitar 4 tahun dan harganya masih sekitar 400 juta.” Jawabnya dengan santai.
“Apa? 700 juta? 1 kerbau sama harganya dengan Fortuner VRZ?” Ucapku dalam hati yang kaget dengan jawaban si ibu.
“Sayang kerbau yang harga 1 milyar baru laku beberapa hari lalu. Kalau si Pusaka Dewa ini belum mau dilepas oleh pemiliknya. Mungkin 1-2 tahun lagi baru djual dengan harga yang sudah jauh lebih tinggi” Lanjutnya.
Masih diliputi dengan rasa penasaran, saya pun kembali bertanya, “Lantas apa yang membuat Saleko ini mahal sekali? Siapa yang memberikan harga untuk kerbau ini?”
- Baca Juga: Yesus dan Bunda Maria hadir di Tana Toraja
“Yang membuatnya mahal adalah belangnya ini. Semakin banyak belangnya (tersebar, tidak hanya di satu sisi saja), semakin mahal harganya. Kalau putih (pink) semua di badannya (tidak ada corak hitamnya) atau yang dikenal dengan istilah Tedong Bulan, justru harganya tidak mahal. Untuk soal harga, memang ada orang (mungkin tua-tua adat) yang bisa menaksir berapa harga dari Tedong Saleko ini.” Jawabnya.
Ibu ini pun melanjutkan, “Saleko ini pun didapatnya tidak sembarang. Hanya orang-orang pilihan yang bisa mendapat Saleko ini. Pernah ada yang mencoba mengawinkan antara Saleko dengan Saleko, namun yang lahir adalah kerbau hitam. Atau juga ada yang pernah coba mengawinkan Saleko dengan kerbau jenis lainnya seperti Lotong Boko atau Bulan, tapi hasilnya pun yang lahir bukan Tedong Saleko. Tidak bisa diternakkan inilah yang menjadi salah satu faktor kenapa harganya mahal.”
“Masih ada satu hal lagi.” Katanya. “Selain belangnya, kondisi kesehatan dan fisiknya pun diperhatikan juga. Tidak boleh ada luka di badan atau tanduknya, matanya tidak boleh cacat, badannya harus berisi. Kalau ada luka di badannya, maka harga Saleko ini akan berkurang. Itulah mengapa Saleko ini begitu dijaga, diberi vitamin dan kalian tidak akan melihatnya di sawah.”
Wah, ternyata se-seru itu ya mendengar cerita soal Tedong Saleko ini. FYI, kadang untuk mendapatkan Saleko ini atau ketika Saleko ini akan lahir, seseorang yang dipercayakan untuk memelihara Saleko ini akan didatangi lewat mimpi lho.
Sejarah Istana Saleko
Sudah bukan berita baru kalau tedong di Toraja itu harganya mahal. Bagi masyarakat di luar Toraja, mungkin kerbau hanyalah hewan biasa yang digunakan untuk membajak sawah atau perumpamaan agar tidak bodoh seperti kerbau. Namun bagi masyarakat Toraja, kerbau merupakan entitas penting yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial mereka, khususnya Tedong Saleko ini.
Tedong Saleko biasa digunakan sebagai persembahan pada upacara Rambu Solo alias upacara kematian. Yang bisa mengorbankannya pun hanya orang-orang dari kasta bangsawan (Ya, Toraja masih mengenal kasta). Meskipun kalian punya uang 1 milyar dan mampu membeli Tedong Saleko ini untuk dikorbankan, tetap saja tidak ada nilainya apabila kalian bukan berasal dari kasta bangsawan.
Urutan penyembelihan Tedong Saleko ini pun tidak sembarangan. Jumlah kerbau lainnya (yang berada di bawah Saleko) harus tercukupi terlebih dahulu, baru Tedong Saleko ini boleh disembelih (dengan ritual-ritual lain tentunya).
Rasa penasaran yang tinggi dari para wisatawan akan Tedong Saleko ini dan kasihan juga rasanya kalau hanya bisa melihatnya saat Rambu Solo (yang hanya ada saat waktu-waktu tertentu) yang membuat Ambe Edi Panggalo membangun tempat ini pada Agustus 2017.
Jadi sekarang ini, siapapun yang ingin melihat Tedong Saleko, tidak perlu bingung-bingung lagi sebab kalian bisa mampir ke Istana Saleko yang menjadi “museum hidup” dari Tedong Saleko ini.
*****
Tak terasa, hari semakin sore dan sudah cukup lama saya menghabiskan waktu di Istana Saleko. Saya pun harus kembali ke penginapan. Sudah mendapatkan apa yang saya mau, yaitu foto dari Tedong Saleko dan sedikit pengetahuan tentangnya, saya pun pamit kepada ibu tua yang menjaga Istana Saleko ini.
Sebelum pulang, saya mengisi buku tamu dan memberikan uang seikhlasnya sebagai rasa terima kasih saya karena bisa main ke tempat ini dan mendapat banyak ilmu.
*Catatan: Jika ada orang asli Toraja yang membaca tulisan ini lalu merasa ada informasi yang dirasakan salah, jangan ragu untuk mengomentarinya di kolom komentar ya 🙂
Alamat: Jl. Ke’te Kesu’, Ba’tan, Kesu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan 91834.
Jam Buka: 08:00 – 16:00 WITA
What did the buffalo say to his son when he left for college?
Bison