Mahout Guest House: Sebuah Penginapan di Tengah PLG Way Kambas
Bisa mengunjungi Taman Nasional Way Kambas dan bermain bersama para gajah di sana pastinya merupakan suatu hal yang menyenangkan. Namun pernahkah kalian membayangkan kesenangan seperti apa yang akan kalian dapatkan jika kalian tidak hanya bisa bermain dengan para gajah, tetapi juga menginap di sebelah kandang mereka dan mengamati perilaku mereka (seharian)? Pastinya rasa menyenangkan yang kalian dapatkan akan berlipat kali ganda. Itulah yang saya dan teman-teman saya rasakan saat menginap di Mahout Guest House, Way Kambas, Lampung.
Mahout Guest House merupakan sebuah penginapan sederhana yang berlokasi di tengah PLG (Pusat Latihan Gajah) Way Kambas. Penginapan ini hadir untuk memberikan pengalaman berbeda bagi para pengunjung yang ingin belajar dan bermain di Taman Nasional Way Kambas.
Mahout itu artinya pawang, sedangkan Guest House adalah rumah bagi tamu. Jadi secara harafiah, Mahout Guest House dapat diartikan sebagai rumah bagi para tamunya pawang gajah. Ya, selama menginap di Mahout Guest House ini, kalian akan dijamu dan dilayani oleh pawang yang ada di sana.
Seperti apa sih bentuk Mahout Guest House dan apa saja yang bisa dilakukan selama menginap di sana? Yuk, simak tulisan saya berikut ini:
Detil dari Mahout Guest House
Memasuki gerbang PLG Way Kambas, kami mengarahkan mobil mengikuti jalan sejauh ±300 meter hingga bertemu dengan sebuah pertigaan. Di pertigaan tersebut, kami berbelok ke arah kanan seajuh 50 meter dan voila, kami pun tiba di depan Mahout Guest House, sebuah penginapan tak bertingkat dengan tembok berwarna krem yang lokasinya persis ada di seberang kolam mandi gajah dan di sebelah kandang gajah dewasa, setelah berkendara jauh dari Jakarta.
Seperti yang saya bilang di awal, Mahout Guest House ini sangat sederhana. Bila dikategorikan, mungkin masuknya seperti hotel bintang 1 kali ya. Untuk masuk ke area penginapannya, kalian harus sedikit menaiki anak tangga. Tepat di atas tangga tersebut terdapat tulisan Mahout Guest House dengan warna cyan berlatarkan kayu cokelat.
Bentuk penginapannya sendiri memanjang dari kiri ke kanan dengan kehadiran lorong di tengah yang membagi antara sayap kiri dan sayap kanan. Di sayap kiri dan kanan, masing masing terdapat 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi yang terpisah. Siang itu (sekitar pukul 12:00 WIB) saya disambut oleh Mas Een dan diberikan kunci untuk kamar nomor 1 dan 2 yang berada di sebelah kiri dari tangga masuk.
Kamarnya luas banget, mungkin 15 orang bisa masuk di dalamnya. Dalam satu kamar, kalian akan mendapatkan 2 tempat tidur tipe double bed, sebuah kipas angin, locker dan sebuah meja dengan 1 kursi kecil. Colokan listriknya sendiri tidak terdapat di dekat kasur, melainkan di dekat meja yang sudah disediakan. Sebenarnya kurang enak sih tidak ada colokan listrik dekat kasur, tapi nggak apa-apa deh, biar fokus tidur dan nggak main hp saat waktunya tidur.
Selain luas, jarak lantai ke langit-langitnya pun sangat tinggi. Hal ini membuat sirkulasi udara di kamar ini sangatlah bagus. Ditambah lagi terdapat 2 jendela di bagian depan dan 2 jendela di bagian belakang yang memang membuat kamar ini tidak perlu pendingin udara.
Untuk kamar mandinya berada di belakang kamar nomor 3 dan 4 (tidak di dalam kamar), sebelum pintu masuk ke area belakang. Kamar mandinya pun sederhana, dengan sebuah bak mandi dan gayung, serta sebuah jamban jongkok. Waktu menginap kemarin sih saya tidak melihat adanya perlengkapan mandi yang disediakan, seperti handuk, sabun, shampo, odol dan sikat gigi. Semua itu harus kalian bawa sendiri ya. Dari segi kebersihan, kamar mandi ini cukup bersih kok.
Beralih ke area belakang, kalian akan menemukan ruang komunal, yaitu dapur dan area untuk bersantai semacam teras. Nah, di dapur ini sudah disediakan piring, kompor, gas, rice cooker, wastafel, sendok dan juga garpu. Jadi yang suka masak, kalain bisa tuh masak di dapur ini. Mengingat tidak ada warung yang buka saat malam hari di Way Kambas, menyiapkan bahan makanan dan memasak di malam hari merupakan opsi terbaik untuk menghindari kalian dari kelaparan. Namun ingat, selesai makan, jangan lupa untuk mencuci peralatan yang kotor ya 🙂
Itu saja rasanya detil yang saya bisa jelaskan mengenai penginapan ini.
Aktivitas Sore Hari
Waktu terbaik untuk mengunjungi Way Kambas adalah sore hari. Mengapa? Karena pagi hingga siang hari, gajah-gajah akan dilepas ke hutan untuk mencari makan dan beraktivitas. Baru kemudian sore harinya ditarik kembali ke kandang untuk beristirahat. Saat kembali ke kandang inilah kalian bisa berinteraksi dengan mereka, tentunya dengan didampingi oleh para mahout ya, sebab kalian tidak diizinkan masuk ke kandang gajah tanpa adanya mahout di samping kalian.
Siang hari, setelah tiba di Way kambas, saya menghabiskannya untuk tidur siang selama 3 jam di Mahout Guest House. Itu pun saya lakukan setelah duduk-duduk sebentar di taman yang ada di depan Mahout Guest House, melihat tingkah konyol anak-anak gajah dari kejauhan yang gemesin banget. Sesantai dan semenyenangkan itu lho duduk-duduk di alam terbuka di depan penginapan.
Barulah sekitar jam 4, ketika kami sudah terbangun, kami diajak oleh seorang mahout bernama Mas Adi untuk bertemu dengan gajah yang dia rawat, namanya Johny, usianya masih 5 tahun kalau tidak salah. Johny merupakan anak dari salah satu gajah tertua yang ada di PLG Way Kambas, yaitu Kartijah, yang merupakan singkatan dari Kartini Gajah. Sama halnya seperti manusia, setiap gajah yang ada di PLG Way Kambas ini memiliki nama dan namanya itu keren-keren lho.
https://www.instagram.com/p/B82VlcPnjGM/?igshid=1rw2fh4qm8a37
Kepada kami, Mas Adi menceritakan bagaimana setiap hari ia merawat Johny. Kami pun diberi kesempatan untuk memberikan si Johny Vitamin. Vitamin itu diletakkan di dalam ember dan bentuknya seperti bubur kertas. Setelah dibentuk seperti bola, vitamin itu lantas kami berikan langsung ke mulut Johny. Lucu dan seru deh, Johny ini penurut banget. Rasanya seperti memberi makan anak kecil, hanya saja dengan wujud fisik yang super besar 🙂
Dari tempat kami memberi Johny vitamin, tepat di belakang penginapan, kami pun membawanya kembali ke kandang. Terdapat 2 kandang terpisah di PLG Way Kambas ini, yaitu kandang untuk gajah dewasa dan kandang untuk gajah betina dan gajah yang masih anak-anak. Johny kami antarkan ke kandang yang kedua untuk bergabung bersama anak-anak gajah lainnya.
Namun sebelum mengembalikan Johny, kami mampir sebentar ke kandang gajah dewasa. Di kandang gajah dewasa ini kami bertemu dengan mahout lainnya dan dijelaskan sedikit mengenai perilaku para gajah dewasa yang jumlahnya ada puluhan di sini. Kami pun kemudian diperbolehkan untuk memandikan salah satu gajah yang ada di sana.
Seru deh memandikan gajah di kandangnya. Saat disuruh duduk dan disiram dengan air, dia akan duduk dan diam saja. Begitupun saat disuruh rebah, dia akan langsung rebah dan menikmati proses air menyentuh tubuhnya. Ketika badannya disikat pun mereka tak bergerak. Oh ya, Kulit gajah itu tebal lho dan untuk menyikatnya, kami menggunakan sikat yang besar. Tapi ya begitu, saat disikat pun gajah itu tetap diam saja. Nggak terasa mungkin ya 🙂
Dari memandikan gajah, kami kembali lagi ke Johny dan mengantarkannya kembali ke kandang. Ketika sedang mengantarkan Johny itulah kami melihat mahout lain yang sedang asyik memandikan gajah di kolamnya. Kalau tadi kami memandikan gajah dengan menyiramnya menggunakan selang, ini gajahnya nyemplung langsung ke kolamnya. Bahkan sang mahout harus sampai ikut turun dan mandi bersama di kolamnya.
Kalau yang saya lihat di sini, para mahout itu memang menganggap gajah yang dipercayakan kepada mereka seperti anaknya sendiri, seperti bagian dari keluarga mereka. Mas Adi pun pernah bercerita kalau ada gajah peliharannya yang sakit, ia pun turut bingung dan khawatir. Sudah sampai seerat itu ya hubungan antara para gajah dan mahout.
- Baca Juga: Erin, Gajah Imut nan Kuat di Way Kambas
Sesampainya di kandang, Johny pun langsung bergabung bersama beberapa temannya. Ada Erin, Taufan, Ferdie, Nunik, Queen dan masih banyak lagi. Melihat kami datang, anak-anak gajah ini tidak kelihatan takut, justru beberapa dari mereka justru menghampiri kami dan mengajak kami bermain.
Ada satu hal yang anak-anak gajah ini lupa, mereka memang anak-anak tapi badan mereka super besar. Tak jarang mereka berlari ke arah kami dan seperti hendak menyeruduk kami, atau terkadang berjalan mundur dan mendorong kami dengan pantatnya yang besar. Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa kami cedera saat bermain bersama mereka.
Itulah alasan kenapa harus tetap didampingi oleh sang mahout, karena mahout tahu kapan harus bertindak untuk menghentikan para gajah yang tingkahnya sudah lewat batas. Jadi jangan dikira bermain ke kandang anak-anak gajah ini tidak berbahaya ya. Baik gajah yang masih kecil atau gajah dewasa, menurut saya sama berbahayanya.
Aktivitas sore ditutup dengan mengunjungi Rumah Sakit Gajah, rumah sakit untuk gajah yang terbesar di Asia Tenggara. Jika terjadi masalah kesehatan dengan gajah, baik yang ada di PLG Way Kambas atau gajah liar yang berada di hutan Way Kambas, maka mereka akan dibawa ke sini dan ditangani di sini.
Sebenarnya Way Kambas itu salah satu spot terbaik untuk menikmati sunset. Namun waktu itu awan tebal sedang menutupi langit dan menutupi keindahan sang surya, makanya berkunjung ke rumah sakit gajah menjadi opsi terakhir kami hari itu.
Aktivitas Malam Hari
Nah, serunya menginap di Mahout Guest House adalah kalian bisa mengikuti patroli malam bersama para mahout. Apa saja sih yang dilakukan saat patroli malam? Yang pertama adalah berjalan kaki menutup gerbang masuk ke PLG Way Kambas. Ketika malam menjelang, sudah tidak boleh lagi ada orang yang masuk kawasan PLG tanpa izin. Saat berjalan kaki ini, kalian mungkin akan bertmu dengan kawanan babi hutan badannya besar-besar.
Saat gerbang sudah tertutup, barulah kalian akan diajak jalan kaki dari satu kandang ke kandang yang lain untuk memastikan para gajah sudah berada pada tempatnya dan kakinya terikat. Mungkin ada yang bertanya, kenapa harus diikat? Ya karena kalau tidak diikat, gajah itu bisa saja kabur di malam hari, saat para mahout sudah tertidur.
Ingat, gajah itu hewan nokturnal. Meskipun kebiasaan beraktivitas di malam hari coba diubah di sini, tetap saja natur mereka adalah hewan malam.
Sesudah memastikan semua gajah kondisinya sudah sebagaimana mestinya, kalian bisa duduk bersama para mahout di gazebo, dekat tempat mereka bermalam. Lokasinya ada di samping kandang gajah dewasa, tidak jauh dari Mahout Guest House. Pada momen ini, sambil memantau gajah dewasa yang akan beranjak tidur dari kejauhan, kalian bisa ngobrol bersama para mahout. Galilah informasi yang ingin kalian tahu mengenai para mahout dan juga gajah. Mintalah mereka untuk bercerita.
Para mahout ini baik banget kok. Mereka orangnya sangat terbuka. Jangan heran kalau kalian mendapatkan pengetahuan soal gajah yang mungkin belum pernah kalian dengar, karena yang mereka pelajari itu merupakan pengalaman langsung bersama gajah yang sudah terjadi selama bertahun-tahun, bukan hanya teori semata. Pulanglah dengan ilmu, jangan sampai hanya pulang dengan gambar selfie bersama gajah.
Ngobrol-lah sampai kalian melihat gajah-gajah ini tertidur. Sudah pernah lihat belum gajah kalau tidur seperti apa posisinya?
Review
Kalau saya sih cukup senang dengan penginapan yang terletak di antara kandang gajah ini. Ada sensasi berbeda saat tidur dan bangun di sini. Saat tidur, mungkin kalian akan mendengar suara-suara gajah yang masih terbangun menghiasi malam kalian dan kapan lagi bangun pagi bisa langsung melihat kumpulan gajah, kan?
Malam hari pun kamarnya tetap nyaman, tidak panas meskipun tidak ada AC. Saya sih merasa tidak ada nyamuk sama sekali, entah karena memang tidak ada nyamuk atau karena memang sudah ada semacam kasa yang menutupi ventilasi yang ada sehingga nyamuk tidak bisa masuk. Kasurnya cukup empuk (jangan bandingkan dengan King Koil ya). Air dan listriknya pun lancar, tidak ada kendala sama sekali.
- Baca juga: Tanya Jawab Seputar Perjalanan ke Way Kambas
Kekurangannya mungkin tidak ada tempat sampah di dalam kamar. Tempat sampah tersedia di depan penginapan. Lalu tidak ada sarapan dan juga air minum, jadi kalian harus bawa makanan dan minuman sendiri ya.
Dengan harga Rp 250.000/kamar/malam, rasanya fasilitas dan tingkat kebersihan yang diberikan sudah cukup oke. Biaya itu sudah termasuk biaya pelayanan untuk melakukan aktivitas di sore dan malam hari bersama sang mahout juga lho. Murah banget, kan? Namun bila kalian merasa kalian perlu untuk memberikan mahout uang tips, ya boleh banget.
Aktivitas dan penjelasan yang diberikan oleh mahout di sini pun edukatif sekali. Mereka itu ramah, tidak menggurui dan sangat terbuka terhadap kritikan dan pengetahuan baru. Jadi paket komplit dari penginapan di sini, yaitu bersantai dan belajar, sudah sangat tepat. Kalau ditanya akankah saya kembali ke sini dan menginap di Mahout Guest House, jawabannya adalah YA, saya akan kembali.
Saran
Kalau kalian datang dalam jumlah yang banyak, misalkan 10 orang, rasanya kalian bisa hanya menyewa 1 kamar saja sebab kamarnya luas sekali. 4 orang tidur di 2 kasur dan sisanya cukup bawa sleeping bag untuk tidur di lantai. Strategi yang oke, kan?
If you want to live longer and be strong, intelligent, loving and kind–then don’t follow a tiger, follow an elephant.
–Debasish Mreda