Rute Pendakian Gunung Cikuray via Bayongbong Cintanagara
Bila saya tidak salah, sampai tulisan ini dirilis, ada 4 rute pendakian Gunung Cikuray di Garut yang bisa kalian pilih. Jalur pendakian Gunung Cikuray yang pertama adalah via Cikajang, lalu via Cilawu atau yang lebih dikenal dengan Pemancar, ketiga via Desa Dangiang dan yang terakhir adalah via Bayongbong Cintanagara. Nah, pada kesempatan kali ini saya coba akan menuliskan secara lengkap rute pendakian Gunung Cikuray via Bayongbong Cintanagara.
Buat kalian yang ingin mendaki Gunung Cikuray via Bayongbong Cintanagara, baca tulisan ini secara lengkap ya supaya kalian tahu seperti apa sih medan yang akan kalian lalui beserta tingkat kesulitannya:
Rumah Singgah – Pos 1 Pemantauan (± 1,5 jam)
Seperti namanya, rumah singgah Bayongbong ini terdapat di Desa Cintanagara Garut. Rumah Singgah ini dibuat oleh Kang Revi dan kawan-kawan sekitar tahun *2009* dan sekaligus menjadi pos pendaftaran sebelum melakukan pendakian Cikuray via Bayongbong Cintanagara.
Bentuk rumah singgahnya sederhana, terbangun dari bambu dan kayu dengan halaman luas yang bisa menampung 5-6 mobil + beberapa motor. Daya tampung Rumah Singgah sendiri kurang lebih >25 orang. Sebelum dan sesudah pendakian, kalian bisa menginap di sini bila merasa terlalu lelah untuk melanjutkan perjalanan.
Jarak dari Rumah Singgah menuju Pos Pemantauan bisa dibilang cukup jauh dan menjadi yang tersulit menurut saya. Ya, baru mulai mendaki kalian langsung dihadapkan dengan track yang berat. Kenapa berat? Karena jalur yang harus kalian lalui adalah jalur aspal. Saya sih paling tidak suka berjalan dengan sepatu gunung di jalur aspal. Rasanya lebih pegal dibanding berjalan di atas jalur berbatu atau tanah.
Sepanjang pendakian dari Rumah Singgah hingga pos 1 Pemantauan ini kalian akan berjalan melewati pemukiman warga. Jalurnya akan terus menanjak dengan sedikit bonus (jalur datar). Perjalanan 1,5 jam baru akan berakhir setelah kalian melihat SDN 3 Cintanagara di sebelah kiri jalan.
Catatan:
- Rumah Singgah ini buka 24 jam.
- Terdapat 2 kamar mandi dengan air melimpah di Rumah Singgah.
- Batas waktu pendakian adalah pukul 21:00 WIB. Jika kalian tiba di rumah singgah lebih dari jam 21:00 WIB, maka kalian harus menginap di sana dan melanjutkan perjalanan di keesokan harinya.
- Biaya simaksi untuk setiap pendaki adalah Rp 20.000.
- Bila menggunakan kendaraan umum dari kota asal (misal: Jakarta), turunlah di Terminal Garut dan mintalah bantuan untuk dijemput oleh Kang Revi.
- Tidak ada biaya untuk menginap di Rumah Singgah, namun jangan lupa memberikan sumbangan sukarela guna menjaga keberlangsungan Rumah Singgah ini.
- Ada biaya parkir per harinya bila kalian membawa kendaraan. Rp 10.000/motor dan Rp 20.000/mobil.
- Bila tidak ingin kelelahan ketika mendaki dari Rumah Singgah ke Pos 1 Pemantauan, saya punya jalan pintasnya. Kalian bisa menyewa mobil bak terbuka atau ojek untuk mengantar kalian. Karena jalurnya masih aspal, maka kendaraan bermotor masih bisa untuk melaluinya. Biaya antarnya adalah Rp 10.000/orang. Dengan menggunakan mobil bak terbuka atau ojeg, kalian bisa menghemat tenaga dan waktu hingga 1 jam 20 menit. Saran saya bila kalian sudah ‘tua’ sih naik mobil atau ojeg saja. Tidak perlu ‘terlalu egois’ atau merasa ‘kurang pendaki’ bila menggunakan jasa ojeg atau mobil. Setiap perjalanan harus menyenangkan, bukan?
- Nomor yang bisa kalian hubungi bila ada pertanyaan terkait Rumah Singgah Bayongbong adalah 0852-8393-9507 (Kang Revi) atau 0852-9496-8198 (Deny Rimba).
- Bila ingin mendaki di pagi hari, saran saya kalian sudah berangkat mulai pukul 07:00 WIB
Pos 1 Pemantauan – Pos 2 Paparete (± 1,5 – 2 jam)
Bagi saya, Pos 1 Pemantauan barulah benar-benar titik awal pendakian. Jalanan yang tadinya beraspal akan berubah menjadi jalur dengan bebatuan besar yang sudah disusun secara rapi. Meskipun sudah disusun dengan rapi, tetap saja tidak enak berjalan di atas bebatuan seperti itu. Jalurnya pun belum full menanjak, masih ada beberapa jalur datar di sepanjang track ini.
Sampai di sini, sukacita masih akan melingkupi kalian. Sepanjang perjalanan dari Pos 1 Pemantauan hingga ke Pos 2 Paparete, kalian akan ditemani pemandangan indah dari perkebunan warga. Kalian akan berjalan membelah perkebunan warga yang ditanami tomat, kol, kentang, dan beberapa jenis sayuran lainnya. Interaksi dengan beberapa warga pun masih bisa terjadi di sini sebab kalian akan berjumpa beberapa petani yang terlihat asyik merawat perkebunan mereka.
Langit masih terbuka dan hembusan angin masih terasa sepanjang jalur pendakian ini. Jalan kalian mungkin melambat dan masih semangat mengeluarkan kamera untuk berfoto di sini karena memang view-nya yang memesona.
Di antara jalur antara Pos 1 dan Pos 2, kalian akan berjumpa dengan Tanjakan Ombing. Ombing merupakan singakatan dari ombang ambing. Ya, kalian akan dibuat seperti terombang-ambing ketika melewati jalur yang naik turun dan juga sedikit berkelok ini.
Di bagian akhir alias Pos 2 Paparete, terdapat sebuah warung yang bisa kalian gunanakan untuk istirahat sejenak. Di warung tersebut dijajakan beberapa makanan dan minuman seperti bala-bala, mie instan, dan minuman kemasan (nutrisari, jasjus).
Dan buat kalian yang belum tahu, Pos 2 Paparete ini adalah pos terakhir dimana terdapat keberadaan sumber air. Jadi di pos 2 inilah kalian harus mengisi pundi-pundi air kalian untuk kalian bawa hingga ke puncak nanti. Pastikan kalian membawa persediaan air yang cukup ya 🙂
Catatan:
- Warung hanya buka saat weekend atau hari libur di mana banyak pendaki yang melakukan pendakian. Jadi kalau kalian naik dan atau turun saat weekdays, jangan berharap banyak warung di Pos 2 Paparete akan buka.
- Harga makanan dan minuman di Pos 2 Paparete ini masih wajar kok (nggak dimahalin).
- Dulunya sumber air berada tepat di sebelah warung, Namun karena jalurnya terputus, kini para pendaki harus berjalan menyusuri jalan di sebelah kiri warung, jalan yang berlawanan dengan jalur pendakian. Di sana terdapat selang yang digunakan untuk mengairi perkebunan warga. Gunakanlah air yang mengalir di selang tersebut untuk mengisi wadah air yang kalian bawa.
- Tetap disarankan sudah membawa air dari Rumah Singgah guna mencegah tidak difungsikannya air yang mengaliri perkebunan warga.
- Sampai di Pos 2 Paparete, sinyal telepon & internet dari operator kuning dan merah masih mantap (4,5G)
Pos 2 Paparete – Pos 3 Kandang Bagong (± 1,5 jam)
Bisa dikatakan pos 2 Paparete ini menjadi sebuah batas vegetasi, dari sebuah jalur yang tadinya dihiasti oleh tanaman perkebunan menjadi pepohonan tinggi besar dengan akar-akarnya yang kuat dan mencuat di antara jalur pendakian. Mulai dari pos 2 Paparete, jalur sudah benar-benar menanjak. Tak ada lagi bonus (jalur datar). Jalurnya pun sudah berubah menjadi 100% tanah.
Terdapat sebuah tanjakan yang begitu terkenal di antara pos 2 dan pos 3 ini yang bernama Tanjakan Manja. Saya tidak tahu kenapa dinamakan seperti itu. Dugaan saya, nama tersebut dibuat agar para pendaki yang hendak naik tidak mudah mengeluh dan manja. Alam seolah ingin berkata, “Iya, ini TANJAKAN. Jangan MANJA!”
- Baca Juga: Rute Lengkap Pendakian Gunung Lawu via Cetho
Di awal, pepohonan besar yang menghiasi kiri dan kanan jalur masih belum begitu banyak jumlahnya. Langit biru yang indah masih bisa terlihat dan sinar matahari masih bisa memeluk kalian dengan erat. Namun begitu kalian akan sampai di pos 3, pepohonan besar dengan ranting-rantingnya yang panjang dan daunnya yang lebat seolah akan saling berpegangan dan membuat kalian tidak lagi bisa melihat sang langit dengan jelas.
Bagaimana dengan tingkat kecuraman pendakian di jalur ini? Jawabannya cukup curam, tapi masih dalam kategori ‘cukup bersahabat’.
Setibanya di Pos 3 Kandang Bagong, lahan datar yang tidak terlalu besar sudah menanti kalian. Diberi nama Kandang Bagong sebab mulai dari pos ini, akan ada banyak bagong alias babi ganas yang kalian jumpai, khususnya di malam hari. Perjalanan 1,5 jam bisa diakhiri dengan istirahat sebentar di titik ini.
Kapasitas Tenda Pos 3: 3-4 Tenda
Catatan:
- Meskipun terdapat camping ground di Pos 3, tidak disarankan untuk membuka tenda di sini.
- Ada beberapa alasan yang mendasari ‘dilarangnya’ pembukaan tenda di pos ini. Namun alasan ‘terkuat’ adalah alasan mistis. Pos 3 ini adalah tempat hilangnya seorang pendaki di Gunung Cikuray yang sampai sekarang tubuhnya belum ditemukan (silakan googling sendiri mengenai hal ini). Dipercaya kalau ia kini sudah berada di alam yang berbeda dan menyatu dengan ‘alam Cikuray’. Sosok pendaki tersebut dipercaya sering muncul di pos ini dan tak jauh dari pos 3 ini ada keberadaan dari sebuah kerajaan yang tak kasat mata. Tidak percaya? Silakan coba dan tantang diri anda.
- Jika terpaksa membuka tenda di sini, jaga perilaku kalian dengan baik. Bila melihat ada sesuatu yang aneh, tetap diam dan jangan menunjukkan reaksi yang berlebihan. Ceritakanlah pengalaman ‘seru’ kalian tersebut setelah selesai pendakian, bukan saat masih melakukan pendakian.
- Jaga juga makanan kalian dengan baik agar tidak diserang oleh bagong alias bagas (babi ganas).
- Sama seperti di Pos 2 Paparete, sinyal telepon & internet di Pos 3 untuk operator kuning dan merah masih OK (4,5 G)
Pos 3 Kandang Bagong – Pos 4 Chatell (± 30 menit)
Bagi saya, Pos 3 Kandang Bagong ke Pos 4 Chatell merupakan satu-satunya bonus yang ada di pendakian Gunung Cikuray via Bayongbong. Kenapa? Sebab ini merupakan jalur terpendek yang ada. Meskipun tetap menanjak, tapi jaraknya hanya 30 menit saja.
Seperti yang sudah saya tulis tadi, bila kalian tiba di Pos 3 Kandang Bagong saat sudah malam, paksakanlah sedikit lagi ke Pos 4 Chatell untuk membuka tenda. Tracking naiknya tidak terlalu sulit kok menurut saya, hanya terdapat beberapa pohon rubuh (jika masih ada) di jalur dari Pos 3 Kandang Bagong menuju Pos 4 Chatell.
Di Pos 4 Chatell ini sendiri ada 2 camping ground yang terpisah. Pertama ada di pos 4 itu sendiri dan yang kedua keberadaannya agak sedikit naik. Silakan pilih mau membuka tenda di mana.
Saya sendiri sangat penasaran dengan nama dari Pos 4 ini. Namanya paling enak dilafalkan dengan menggunakan Inggris Eropa (Dibaca: Sya’tel). Ada yang tahu sejarah di balik nama Pos 4 ini?
Kapasitas Tenda Pos 4: 7 tenda (3 di Pos 4 bagian bawah dan 4 di Pos 4 bagian atas)
Catatan:
- Lebih baik membuka tenda di Pos 4 bagian atas ketimbang di Pos 4 itu sendiri. Alasannya ada banyak. Pertama dari segi luas area. Area di atas jauh lebih besar dari pada yang di bawah (Pos 4 itu sendiri). Kedua kemiringan. Camping Ground di pos 4 kondisi tanahnya jauh lebih miring dibandingkan yang ada di Pos 4 bagian atas. Alasan yang terakhir adalah Pos 4 di bagian atas tanahnya jauh lebih lapang. Di area Pos 4 bagian bawah, terdapat beberapa akar pohon besar yang mencuat ke permukaan, yang mana hal tersebut bisa mengganggu proses tidur jika kalian membangun tenda di atasnya.
- Saya sendiri sempat menginap di Pos 4 bagian bawah ketika melakukan pendakian Gunung Cikuray via Bayongbong ini dan menurut saya tidak terlalu nyaman.
- Di Pos 4, sinyal internet & telepon untuk operator kuning sudah tumbang. Sedangkan untuk operator merah masih berjaya (4,5G)
Pos 4 Chatell – Pos 5 Plestan (± 1,5 – 2 jam)
Bila tiba di Pos 4 Chatell sudah terlalu malam, membuka tenda di Pos 4 Chatell dan tidak memaksa untuk melanjutkan perjalanan ke Pos 5 adalah pilihan yang bijak. Perjalanan dari Pos 4 Chatell menuju Pos 5 merupakan perjalanan terpanjang sekaligus paling susah.
Akar pohon yang melintang dengan jalur menanjak panjang tanpa henti begitu dominan di sepanjang jalur ini. Bahkan ada satu tanjakan yang cukup sulit untuk dilalui bernama Tanjakan Roheng. Tanjakannya begitu curam dan tak jarang beberapa pendaki harus melempar carrier-nya ke atas terlebih dahulu, barulah badannya menyusul kemudian.
- Baca Juga: Rute Lengkap Pendakian Gunung Semeru
Menjelang tiba di Pos 5, bunga cantik berwarna putih berukuran kecil, yang tumbuh di sela-sela rerumputan, akan menemani perjalanan kalian. Lagi-lagi saya dibuat bingung dengan nama Pos 5 ini. Jika Pos 4 itu Chatell (yang saya masih penasaran dengan artinya), Pos 5 ini namanya Plesetan.
Kenapa diberi nama Plesetan ya? Plesetan itu kan parodi dari sebuah karya. Apa ketika sampai di Pos 5 ini para pendaki harus membuat suatu parodi? Atau Pos 5 ini mau mengingatkan para pendaki kalau hidup ini adalah Parodi? who knows.
Sampai sejauh ini, Pos 5 ini merupakan tempat paling ideal menurut saya untuk membuka tenda. Tanahnya luas dan cukup rata. Beberapa pendaki sering memilih Pos 5 ini sebagai tempat membuka tenda dan melakukan summit attack (tanpa membawa barang).
Kapasitas Tenda Pos 5: 5-6 tenda
Catatan:
- Jangan terllau terburu-buru. Perhatikan setiap langkah karena jalur pendakiannya cukup berat. Istirahatlah bila memang dirasa cukup lelah dan jaga diri jangan sampai dehidrasi.
- Bila membuka tenda di Pos 5 ini, selalu ingat untuk mengamankan makanan dari serangan bagong alias bagas alias babi ganas.
- Berhati-hatilah bila memang memutuskan untuk melakukan summit attack dari Pos 5 ini. Ada pengalaman di mana beberapa barang yang diletakkan di dalam tenda yang ditinggalkan itu hilang. Kemungkinan besar beberapa barang seperti baju, tracking pole, sleeping bag yang hilang itu diambil oleh pendaki tak bertanggung jawab yang turun terlebih dahulu.
- Di Pos 5, sudah tidak ada lagi sinyal telepon dan internet.
Pos 5 Plesetan – Pos 6 Sanghyang Bengkonang (± 45 menit)
Semangat!!! Hanya beberapa saat lagi sebelum kalian mencapai puncak. Perjalanan Pos 5 Plesetan ke Pos 6 Sanghyang Bengkonang ini juga terbilang salah satu yang tidak terlalu sulit. Berjalan santai selama 45 menit, maka kalian sudah akan tiba di Pos 6 Sanghyang Bengkonang. Jalurnya masih merupakan tanah yang akan lembab di pagi hari.
Kembali lagi saya dibuat penasaran dengan nama dari pos di Gunung Cikuray ini. Sanghyang merupakan sebutan untuk Tuhan bagi para pemeluk agama Hindu. Bahkan ada tarian di Bali yang bernama Sanghyang yang merupakan tarian untuk penolak bala. Apa pos ini ingin mengingatkan pendaki kalau sebentar lagi akan berjumpa dengan ‘Sang Tuhan’ di titik tertinggi (puncak)?
Bengkonang pun saya tidak tahu artinya apa. Tapi kalau Bekonang saya tahu. Rasanya setiap ‘pemabuk’ tahu akan kota yang terkenal dengan Ciu-nya itu 🙂
Area pos 6 ini tidak terlalu luas dan mungkin hanya bisa membangun 2 tenda saja. Jadi kalau sudah sampai di pos 6 ini, lebih baik langsung bablas saja sampai ke pos 7 alias puncak.
Kapasitas Tenda Pos 6: 2-3 Tenda
Catatan:
- Sebagai informasi, Pos 6 ini merupakan titik pertemuan antara pendakian Jalur Cintanagara dan Jalur Pamalayan. Jadi buat kalian para pendaki Gunung Cikuray via Bayongbong yang ingin membangun tenda di pos 6 ini, maka kalian harus berbagi tempat dengan para pendaki dari Jalur Pamalayan.
- Di Pos 6 nya sendiri memang hanya bisa membangun hingga maksimal 3 tenda saja. Namun bila kalian berjalan sedikit ke arah puncak, maka kalian bisa menemukan beberapa spot berupa tanah datar untuk membangun tenda yang lokasinya terpisah-pisah. Jadi bila di total, dari pos 6 Sanghyang Bengkonang ini hingga menjelang puncak, ada 7-8 tenda yang bisa didirikan.
- Pos 6 ini merupakan titik terakhir dimana kalian bisa menemukan hutan dengan pepohonan yang lebat dan rimbun. Di puncak nanti, keberadaan pepohonan itu akan mulai berkurang.
Pos 6 Sanghyang Bengkonang – Puncak Cikuray (± 45 Menit – 1 Jam)
Tipikal gunung di Jawa Barat itu jalur pendakiannya ditutupi oleh pepohonan besar dan tidak ada ‘view cantik’ selama proses pendakian. Sinar matahari yang bisa masuk menembus lebatnya ranting dan dedaunan merupakan berkat yang luar biasa. Namun ketika mendaki ke puncak, semuanya mulai berubah.
Perubahan pertama adalah dari medan pendakian, dari yang tadinya jalan tanah dengan akar yang mencuat, kini berubah menjadi jalur berbatu besar, masih dengan sudut elevasi yang cukup curam. Pendaki yang berada di posisi lebih di bawah harus berhati hati sebab bebatuan besar yang berada di tengah jalur pendakian bisa saja meluncur ke bawah tanpa ada pemberitahuan.
Setelah jalurnya, yang berbeda selanjutnya adalah nuansa pepohonannya. Pepohonan yang berada di kiri dan kanan jalur pendakian akan semakin jarang. Langit biru tak lagi tertutup dan kembali menjadi atap yang menaungi para pendaki. Hembusan angin dan usapan cahaya matahari mulai terasa jelas di jalur pendakian menuju puncak.
Sampai di puncak, semua beban terasa lepas. Jerih lelah yang dilakukan guna mencapai titik tertinggi terbayar lunas. Area puncak ini merupakan area paling luas untuk membuka tenda dan terbagi menjadi beberapa area terpisah.
Kapasitas Tenda di Puncak Cikuray: >20 tenda
Catatan:
- Lebih nikmat jika pendakian menuju puncak ini dilakukan pagi hari, sebab langit terbuka lebar dan pemandangannya memesona.
- Nikmati perjalanan kalian dari Pos 6 Sanghyang Bengkonang ini. Tidak perlu terburu-buru. Puncak tidak akan ke mana-mana.
- Seperti saya bilang tadi, Puncak Cikuray memiliki beberapa area untuk membuka tenda. Di puncaknya sendiri, dimana tidak ada lagi pepohonan, bisa dibangun hingga 10 tenda. 1 tingkat lebih di bawah, ada area luas di kiri dan kanan puncak, di area dari jalur Pemancar dan area jalur Pamalayan & Bayongbong. Untuk 1 tingkat di bawah puncak dari Jalur Pemancar, bisa dibangun hingga 6 tenda. Sedangkan 1 tingkat dari jalur Bayongbong & pamalayan, bisa dibangun > dari 10 tenda.
- Enaknya membangun tenda di puncak (bila masih ada space) adalah kalian bisa menikmati proses matahari terbit tanpa harus bersusah payah mendaki, sebab kalian sudah ada di titik tertingginya. Namun kekurangannya adalah hembusan angin begitu kencang di puncak ini sebab tidak ada lagi pepohonan yang menjadi tembok penghalang.
- Waspada cuaca dingin dan suhu ekstrim di puncak.
- Terdapat sebuah shelter yang bisa digunakan oleh pendaki bila dalam keadaan darurat. Dilarang membangun tenda di dalam shelter dan juga dilarang tidur di shelter bila tidak dalam keadaan darurat.
- Hati-hati dengan keberadaan bagas alias babi ganas. Jangan kalian pikir babi-babi tersebut tidak akan mengendus bau makanan kalian hingga ke puncak.
Puncak Cikuray (2821 MDPL)
Puncak memang merupakan idaman setiap pendaki. Semua pendaki bisa membayangkannya, tapi tidak semua pendaki bisa menggapainya. Keindahan akan langsung nampak dari Puncak Cikuray ini.
Pagi hari, lautan awan dan kabut akan mengelilingi puncaknya hingga perbukitan dan area di bawahnya tidak akan lagi terlihat. Menjelang siang, kabut dan lautan awan itu pergi sehingga kalian bisa melihat Gunung Guntur, Gunung Papandayan, dan Gunung Ceremai dari atas sini. Beberapa area perkebunan dan pemukiman di Garut pun akan nampak dari atas sini, ya meskipun terlihat kecil 🙂
Menjelang sore, kalian bisa melihat semburat jingga di langit dan merekam proses tenggelamnya sang penguasa langit, matahari. Di malam hari, lautan bintang yang bersinar akan menghiasi langit dan memberikan pengalaman berbeda saat melihatnya.
Catatan:
- Bila kalian sudah sampai di titik ini, saran saya hanyalah nikmati dan syukuri.
- Jaga diri jangan sampai terserang hipotermia karena suhu di puncak Gunung Cikuray ini cukup dingin.
- Terdapat radio di dalam shelter yang berfungsi untuk memberitahu keadaan di puncak kepada setiap basecamp.
- Sinyal telepon untuk operator merah kembali menyala.
*****
Itu tadi sedikit catatan singkat mengenai jalur pendakian Gunung Cikuray via Bayongbong Cintanagara. Semoga informasi di atas bisa berguna bagi kalian yang belum pernah dan ingin melakukan pendakian Gunung Cikuray via jalur ini.
Akhir kata, jangan melihat gunung ini hanya dari tingginya. Meskipun hanya memiliki ketinggian 2821 MDPL (lebih rendah dari Gunung Ceremai dan beberapa gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur), namun Cikuray memiliki tingkat kesulitan luar biasa dan pesona yang berbeda. Ingat, puncak bukan tujuan utama. Kembali ke rumah dengan selamat harus selalu menjadi prioritas nomor 1.
There are far better things ahead than the ones we leave behind
— C.S. Lewis