Byurger Bintaro: Tempat Nongkrong Asyik Sambil Nyemil Burger
Seseorang pernah berkata bahwa salah satu kunci kesuksesan dari sebuah tempat makan adalah ketika orang langsung tertarik saat mendengar namanya untuk pertama kali. Ya, itulah yang saya rasakan ketika seorang teman mengajak saya makan di Byurger Bintaro, salah satu restoran buat nongkrong asyik sambil makan burger. Namanya simple, tapi jenius dan sangat mengena menurut saya.
Penambahan 1 huruf Y di antara huruf B dan U pada kata burger sukses membuat saya tertarik untuk mengunjungi restoran ini. Saat menyebutkan kata Byurger, saya seolah diajak untuk menceburkan diri ke dalam laut sambil makan Krabby Patty di dalam Krusty Krab yang diracik langsung oleh Mr. Krab dan dibawakan oleh Sponge Bob. Entah kenapa imajinasi saya langsung dibawa ke sana saat menyebutkan nama itu. Sepertinya salah satu misi dari Byurger Bintaro ini memang ingin membuat saya menjadi “lupa daratan”.
Tak ingin hanya terbuai dengan imajinasi dan ingin langsung mencobanya, saya pun berangkat ke Byurger Bintaro yang berlokasi di Blok Ja, Jl. Bintaro Utama 9 No.1, Pd. Pucung, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten. Puji Tuhan, restoran ini hanya berjarak 6,5 KM dari rumah saya di daerah Ciledug atau sekitar 15 menit berkendara dengan menggunakan sepeda motor.
Ruangan Byurger Bintaro
Setelah memutari jalan Bintaro Utama hingga 2x karena kurang teliti, akhirnya motor yang saya tunggangi berhenti tepat di depan Byurger Bintaro. Sebenarnya tidak sulit dan cukup mudah untuk menemukan restoran ini, hanya saja memang sedikit tricky, sebab Byurger Burger Bintaro ini berada satu gedung (beda lantai) dengan Dua Cofee. Jadi buat kalian yang ingin minum kopi baru makan burger, atau makan burger baru minum kopi, bisa banget nih kalian melakukannya di satu tempat.
Untuk mempermudah kalian yang ingin datang ke sini, fasad restoran ini berwarna putih, 3 lantai, dan berada di seberang McD Sektor 9. Bentuk bangunannya cukup menarik dan bentuknya tidak biasa.
Karena berada di lantai 2 (tepat di atas Dua Cofee), saya pun harus menaiki tangga samping untuk bisa mencapai restoran ini. Satu hal yang saya suka dari tangga samping ini adalah bentuknya yang ramah bagi teman-teman difabel. Jadi teman-teman difabel yang menggunakan kursi roda bisa ikutan nongkrong di Byurger Bintaro ini.
Keramahan langsung menyelimuti ketika saya masuk ke dalam Byurger Bintaro. Pelayan yang berada di balik meja kerjanya langsung menyapa saya dengan hangat. Namun seperti biasa, saya tidak langsung memesan makanan ketika tiba di tempat baru. Usai tertarik dengan namanya, kini waktunya untuk mengeksplorasi tempatnya, sebelum akhirnya mencicipi rasa makanannya. Saya pun memutuskan untuk meletakkan tas di salah satu kursi dan berkeliling area restoran.
Kesan pertama yang dimunculkan tempat ini adalah nyaman dan ceria. Hal ini terlihat dari baja pada langit-langitnya yang diberi sentuhan warna pink, sebuah warna yang sering diidentikan dengan suatu gender. Guna memadukan dengan warna pink, warna putih pun dipilih sebagai warna dari kursi-kursi kayu yang disediakan di sini. Seperti yang kita tahu, warna putih ini memang padu bila disandingkan dengan warna terang apapun. Agar terlihat tidak terlalu monoton, alas duduk dan punggung pada kursi dibiarkan tetap berwarna cokelat terang, supaya serasi dengan warna meja.
Beberapa tanaman hijau terlihat diletakkan di beberapa sudut. Sang pemilik sepertinya tetap berusaha memberikan kesegaran di dalam ruangan lewat hadirnya tanaman-tanaman penghasil oksigen ini. Penggunaan 3 jendela melengkung yang berhimpitan sebagai batas ruang antara cashier dengan para koki yang menyediakan makanan juga cukup oke. Penggunaan keramik putih sebagai dinding tembok tempat bersandarnya jendela pembatas itu pun terlihat padu dengan warna kursi.
Sedangkan untuk membatasi dengan area luar, jendela kaca besar dipilih sebagai modelnya. Sang pemilik membiarkan dinding bagian dalam dan juga lantainya berwarna default dari warna semen yang digunakan sebagai bahan dasarnya. Warna semen yang gelap ini membuat tempat ini sedikit lebih calm, karena tidak semua benda tampil dominan dengan warna terang. Guna memberikan sedikit warna pada lantainya, diletakkanlah beberapa oranamen keramik berwarna biru yang berbentuk diamond, persegi panjang, persegi, dan segitiga.
6 buah lampu bulat berwarna putih yang menggantung di beberapa sudut langit-langit semakin menyempurnakan tempat ini. Buat yang datang di malam hari, lampu-lampu bulat ini akan menyala dan menerangi kalian. Menghindarkan kalian dari suasana sendu yang tak jarang mengingatkan kalian dengan sang mantan.
Sampai di titik ini, nama dan susana restoran has been approved. Keduanya kece dan saya suka!
Lemme taste it!
Kini waktunya memberikan kesempatan bagi mulut ini untuk mencicipi “Krabby Patty” ala Byurger Bintaro. Saya mau lihat apakah burger di sini rasanya enak atau tidak. Sayang banget kalau nama restorannya sudah bagus, tempatnya sudah nyaman, tapi “dinodai” oleh rasa burgernya yang kurang enak.
Saya pun memesan 3 burger yang berbeda: Sexyback Rib, Le Truffle, dan chi chi. Saya akan coba jelaskan satu per satu.
Sexyback Rib ini tampil seperti namanya, sexy dan juga menggoda. Ia hadir dengan kombinasi short ribs (iga bagian bawah) yang dimasak selama 36 jam, saus barbeque buatan sendiri, bawang yang renyah, serta daun selada.
Berikutnya ada chi chi. Dalam bahasa mandarin, chi artinya makan. Lantas apakah pemberian nama chi chi bertujuan agar pengunjung memesannya terus dan makan berkali-kali? Entahlah. Namun chi chi tidak kalah menggoda dari Sexyback Ribs. Ia hadir dengan daging sapi berbentuk lingkaran yang sudah digiling halus, bawang bombay yang dibungkus oleh bumbu karamel, keju, selada, beef bacon, dan diolesi oleh saus Aioli.
Terakhir yang saya coba adalah Le Truffle alias bintangnya dari semua burger yang ada di sini. Di dalam daftar menu, Le Truffle hadir dengan tanda mahkota yang berarti ia adalah rajanya burger di sini dan sekaligus menjadi yang paling direkomendasikan. Saya pun jadi bertanya sendiri kenapa Le Truffle ini bisa jadi rajanya.
Setelah penasaran dengan apa itu truffle, saya pun googling dan mendapatkan fakta mencengangkan tentang truffle ini. Ia merupakan jamur ‘mewah’ yang berfungsi untuk menunjang rasa dan gengsi pada makanan. Umumnya kata truffle ini berada dalam menu restoran mewah. Pantas saja rasanya menu Le Truffle diberi mahkota kehormatan, sekaligus menjadi burger yang paling mahal di Byurger Bintaro ini.
- Baca Juga: Santap Siang Cantik di Medja Restaurant
Le Truffle datang dengan balutan daging sapi yang sudah digiling halus, truffle aioli (saos mayo dengan rasa truffle dan bawang putih), truffle duxelles (jamur yang dimasak perlahan dan menjadi kombinasi yang pas dengan daging), truffle oil (minyak zaitun berkualitas tinggi yang kaya akan truffle), beef bacon, dan ditutup dengan bawang bombay yang terbalut bumbu karamel.
Bagaimana? Sudah cukup ngiler membaca definisi dari 3 burger yang saya perkenalkan? Tunggu sampai saya saya mendeskripsikan rasanya. Namun sebelum itu, saya mau memperkenalkan kalian dengan minuman yang saya pesan sebagai teman untuk menikmati burger-burger tadi.
Adalah Badak yang dapat menjadi pilihan untuk beverage. Itu lho, minuman soda sarsaparilla asal Siantar yang umumnya hanya saya temukan di Lapo Batak. Namun dengan sangat mengejutkan, Byurger Bintaro menghadirkannya dan menyandingkannya sebagai teman untuk menikmat burger. Suatu hal yang tidak umum dan menurut saya keren.
Setelah menunggu beberapa menit, ketiga burger itu pun hadir dihadapan saya. Masing-masing terbungkus oleh kertas putih bertuliskan “Byurger fight Covid 19” berwarna hijau. Untuk tampilan, tentunya tidak cantik seperti makanan-makanan yang instagramable. Lagi pula saya bukanlah tipe pemakan yang mementingkan tampilan. Saya lebih memenitngkan rasa. Buat apa tampilan cantik tapi rasanya hanya bisa membuat mulut ini menghardik?
Untuk Sexyback ribs, short ribs-nya hadir dengan potongan yang besar dan tampilan yang tegas. Meskipun besar, namun dagingnya ini mudah untuk dikunyah. Rasa barbeque-nya pun cukup terasa di mulut. Untuk chi chi, dagingnya begitu gurih dan lumeran saus aiolinya benar-benar menambah kesempurnaan. Dan yang terakhir alias si pamungkas tanpa Bambang, sekaligus yang paling enak, apalagi kalau bukan Le Truffle. Untuk Le Truffle ini, saya hanya bisa berkomentar “Mau Meninggal”. Rasanya kalimat itu sudah sanggup mendefinisikan betapa enaknya burger itu.
Selain ketiga burger yang saya pesan tadi, masih ada beberapa pilihan menu lainnya. Ada Damn Basic, K-Pop Sensation, The Samurai, Uncle Phil, Crackhead, Herbivore, dan Fancy Free. Keren-keren namanya, kan? Seperti apa rasanya dan apa saja komposisinya? Silakan datang langsung ke Byurger Bintaro.
Mungkin ada yang bertanya, “Bagaimana kalau saya ingin tambahan patty pada Sexyback Rib yang saya pesan?”
Jawabannya adalah bisa banget. Jangankan hanya menambahkan patty ke dalam menu yang sudah disediakan, kustomisasi pun bisa. Ya, salah satu keistimewaan dari Byurger Bintaro adalah you can create your own burger. Kalian bisa memilih saus apa yang ingin kalian gunakan, jenis daging yang kalian mau, ada tambahan telur atau tidak, dll. Asyik banget, kan?
Kesimpulan soal rasa, setelah menyantap 3 hidangan burger di Byurger Bintaro ini, adalah ENAK BANGET. Secara ukuran, semua hampir sama, pas digenggaman tangan saya. Jadi bisa dibilang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar juga.
Skups
Tidak ada yang lebih lebih menggembirakan selain menutup makan berat dengan dessert dalam wujud gelato. Saya rasa tidak ada orang di dunia ini yang tidak suka gelato, kan?
Jika di lantai 1 ada Dua Coffe, maka di lantai 2 (berada di lantai yang sama dengan Byurger Bintaro) ada yang namanya Skups. Untuk yang belum tahu, Skups merupakan usaha kuliner milik Dewi Sandra yang memadukan gelato klasik Italia dengan cita rasa yang modern. Semuanya dibuat sendiri alias homemade. Di era seperti ini (khususnya saat pandemi), kolaborasi antar usaha untuk saling memajukan memang sangat diperlukan.
- Baca Juga: Lezatnya Babi Kuah Pasar Gede
Saya pun langsung memesan 1 cup Skups yang berisi 2 scoop gelato: choco milk dan stracatela. Rasanya itu enak banget. Dalam waktu kurang dari 2 menit, cup itu langsung kosong. Proses transfer gelato dari cup menuju ke dalam perut berlangsung dengan cepat. Saking enaknya, saya pun memesan lagi, tapi kali ini menggunakan cone agar bisa saya lahap habis semuanya. Di pesanan kedua, saya memilih rasa choco cake dan apple pie.
*****
Itu tadi sedikit pengalaman saya saat menghabiskan waktu dan mencicipi burger di Byurger Bintaro. Buat kalian yang ingin sekadar ngobrol dengan teman, meeting dengan klien, atau menghabiskan waktu sendiri, saya sangat merekomendasikan tempat ini.
Info Tambahan:
- Di lantai ketiga, tersedia ruang sholat bagi teman-teman muslim. Jadi untuk kalian yang beragama Islam, tetap bisa nongkrong tanpa meninggalkan sholat.
- Saat tulisan ini dirilis, lantai 3 sedang dalam proses pembangunan untuk area restoran yang lebih luas.
- Selama pandemi, protokol kesehatan seperti pengecekan suhu dan cuci tangan sebelum masuk, pembayaran dengan cashless, serta jaga jarak di dalam restoran juga diberlakukan.
- Harga burger berkisar antara Rp 28.000 – Rp 88.000 (Untuk yang sesuai di menu, bukan hasil kustomisasi)
- Toilet berada di luar area makan, atau berseberangan dengan pintu masuk.
I always say, ‘Eat clean to stay fit; have a burger to stay sane.’
–Gigi Hadid