Belajar Menulis Cerita Perjalanan Bersama Agustinus Wibowo (2)
Kelas pertama yang diadakan Agustinus Wibowo membawa kesan yang positif, setidaknya bagi saya. Banyak sekali insight baru tentang cara menulis cerita perjalanan yang saya dapatkan dari pria asal Lumajang itu. Tak sabar rasanya menunggu kelas lanjutan mengenai penulisan cerita perjalanan ini, sebab bila ada seri tulisan perjalanan dasar 1 maka akan ada seri tulisan perjalanan dasar berikutnya.
Rasa penasaran kapan kelas lanjutan itu akan diadakan mendorong saya untuk memantau akun instagram Patjarmerah hampir setiap malam. Tak ingin rasanya saya kehabisan kursi ketika kelas lanjutan itu diumumkan. Dan begitu pendaftaran kelas lanjutan itu muncul, tepatnya tanggal 27 Juni 2020, jari-jari ini dengan sigap langsung menekan layar sentuh di smartphone untuk mengamankan 1 kursi di kelas tulisan perjalanan dasar 2 yang kali ini mengambil judul: Menggali Pengetahuan dari Perjalanan.
Pengetahuan macam apa sih yang dimaksud Agustinus Wibowo dalam kelas lanjutannya ini? Jawabannya adalah pengetahuan yang mungkin bisa mengubah cara pandangmu tentang sesuatu, tentang kehidupan. “Ternyata ini nggak begini ya. Ternyata di daerah ini nggak seperti itu ya.” Mudahnya mungkin begitu.
Seperti halnya ketika Agustinus Wibowo yang melakukan perjalanan ke Afghanistan, sebuah negara di Timur Tengah yang terkenal sebagai medan perang dan tempatnya para teroris. Mungkin hal itu ada benarnya, tapi ada banyak kebenaran dan keindahan lainnya yang tidak diungkap.
Afgustinus menemukan bahwa Afghanistan memiliki sisi lain yang indah. Bukan hanya alamnya, tapi juga orangnya, di mana di sana tamu adalah orang yang wajib dijamu dan dilayani dengan baik. Atau keluarga merupakan fondasi utama dalam sebuah kehidupan di Afghanistan. Hal seperti itu belum tentu banyak orang tahu, kan?
Pengetahuan-pengetahuan semacam inilah yang bisa kalian dapatkan ketika kalian berinteraksi dengan manusia saat melakukan perjalanan, bukan hanya sekadar perjalanan yang melibatkan benda mati sebagai objek foto yang tak bisa diajak berdiskusi. Untuk itulah Agustinus mengajak para pejalan untuk menggali pengetahuan dalam sebuah perjalanan dari warga sekitar.
Ya menggali, bukan hanya sekadar mendapatkannya dari internet atau buku. Ada perbedaan besar antara menggali dan mendapatkan. Bagi saya, menggali memiliki usaha yang lebih, melibatkan kerja yang lebih keras di dalamnya.
Dengan cara apa menggalinya? Hiduplah bersama mereka seperti yang Agutinus Wibowo lakukan. Jika tidak punya banyak waktu seperti Agustinus Wibowo, habiskanlah sedikit waktu dari perjalanan kalian untuk mewawancarai mereka, ajak mereka berdiskusi tentang banyak hal, dan tertawalah bersama mereka. Tak jarang dari interaksi yang kalian lakukan dengan warga itulah, kalian akan mendapatkan banyak bahan menarik untuk ditulis dan dibagikan.
Tips Wawancara atau Berinteraksi dengan Warga
Harus diakui, wawancara atau ngobrol-ngobrol ini bukanlah hal yang mudah, khususnya bagi para pejalan yang introvert. Berinteraksi dengan orang baru membutuhkan keberanian dan tenaga yang ekstra.
“Ada beberapa tips yang bisa kalian pakai untuk melakukan wawancara warga sekitar demi menggali informasi yang ingin kalian tahu.” Ucap Agustinus Wibowo dalam kelasnya.
Pertama, ngobrol-ngobrolah. Maksudnya bagaimana? Jangan membuatnya seperti sedang diinterogasi. Kalian jangan langsung mengeluarkan buku dan pulpen untuk mencatat setiap detilnya. Di era yang sudah maju seperti sekarang ini, kalian bisa menggunakan recorder di smartphone sebagai media pencatatannya dan menyalakannya tanpa harus terlihat . Ngobrol santai saja layaknya seorang teman. Mungkin kalian bisa mengawalinya dengan perkenalan dan dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah terlebih dahulu.
Kedua, ketika suasana mulai mencair, baru kalian masuk pelan-pelan. Bridging-nya harus halus. Gunakanlah pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak. Buat orang yang diajak bicara merasa bebas bercerita. Dan ketika ia mulai bercerita, jadilah pendengar yang baik. Ini penting. Banyak sekali orang yang sulit untuk mendengar dan maunya ngomong terus. Fokus mendengar dan memerhatikan apa yang orang lain katakan merupakan bagian yang tak kalah penting.
Ketiga, jangan merasa lebih pintar. Meskipun kenyataannya seperti itu, tekan ego kalian. Buat diri kalian seperti tidak tahu apa-apa. Jangan sampai ketika warga sekitar sedang bercerita, lantas kalian berkata “Kayaknya nggak begitu deh, Pak” atau “Sepertinya ibu salah deh”. Biarkan cerita itu selesai, rekamlah dengan baik, dan lakukan kurasi di luar sana ketika wawancara sudah selesai. Sebab benar dan salah itu sifatnya relatif. Apa yang benar menurut kalian, belum tentu benar bagi orang lain. Apa yang benar di suatu daerah, mungkin bisa jadi sesuatu hal yang salah di daerah lain.
Keempat, fokuslah dengan apa yang orang itu katakan. Maksudnya bagaimana? Buat mereka merasa dihargai. Tatap mata mereka ketika kalian diajak berbicara. jangan sampai ketika seseorang sedang bercerita, kalian malah sibuk dengan smartphone atau malah ngobrol dengan teman kalian yang lain.
Kelima, melakukan riset dan dan mencari jalan masuk untuk bisa berinteraksi dengan warga itu penting, khususnya bila yang ingin kalian ajak bicara memiliki posisi penting di suatu daerah. Tentunya kalian tidak bisa sembarangan bertemu. Mencari tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di suatu daerah mungkin bisa sedikit membantu kalian juga.
******
Itu tadi sedikit tips dari Agustinus Wibowo mengenai cara menggali pengetahuan saat melakukan perjalanan, khususnya dengan cara mewawancarai atau berinteraksi dengan warga sekitar.
Jujur, seringkali cerita yang menarik buat saya bukanlah berisi informasi umum mengenai suatu daerah (seperti: cara ke sana, berapa ketinggianna, objek wisata alam apa saja yang ada di sana, dll), melainkan pengalaman seru apa yang didapatkan di sana. Pengalaman itu sifatnya unik, meskipun tempat yang dikunjungi bisa saja sama dan pengalaman seru yang didapatkan dalam cerita semacam itu 90% melibatkan interaksi dengan warga sekitar.
Tempat yang mungkin tidak ada sama sekali objek wisata alamnya dan atau objek wisata buatannya, sangat bisa menjadi tempat yang baik dan seru untuk dikunjungi. Selama ada manusia di sana, maka akan selalu ada pengalaman untuk dirasakan, pengetahuan untuk didapatkan, dan cerita untuk dibagikan. Karena perjalanan bukan sekadar tempatnya, tapi juga orangnya.
” Travel makes a wise man better but a fool worse.”
– Thomas Fuller