Perkara Follow dan Follow Back (Folbek)
Pernah merasakan seperti apa yang saya rasakan, “dipaksa” untuk folbek karena orang tersebut cukup dekat secara hubungan pertemanan dan sudah mem-follow kalian terlebih dahulu? Saya rasa sebagian kalian yang bermain sosial media, seperti Instagram dan atau Twitter, pasti pernah mengalaminya.
Masih agak “mending” kalau yang minta folbek itu orang yang kita kenal. Saya pernah lho diminta untuk folbek oleh orang yang saya tidak kenal. Melihat wajahnya sekalipun saya nggak pernah, namanya nggak pernah saya dengar, prestasinya nggak pernah saya tahu, dan lalu minta folbek? Lau sokap? *lo siapa*
Berdasarkan pengalaman yang saya alami ini (dan mungkin juga kalian alami), saya jadi memiliki banyak pertanyaan dalam kepala ini. Pertama, sebenarnya apa sih esensi dari mem-follow seseorang? Apakah demi hanya mendapatkan folbek?
- Baca juga: Rp 20.000 Membawaku keliling Indonesia?
Bila seperti itu, tandanya kalian orang munafik. Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Ibaratnya itu seperti kalian sudah berbuat baik pada seseorang dan lantas kalian bilang kepada orang tersebut, “Eh, gue udah berbuat baik lho sama lo. Sekarang lo berbuat baik dong ke gue.” Menjijikkan nggak sih orang-orang seperti ini?
Pertanyaan berikutnya yang muncul: Apakah berteman di dunia nyata harus berteman juga di dunia maya? Apakah ketika berteman di dunia nyata dan tak berteman di dunia maya, lantas hubungan pertemanan akan rusak?
Jika jawabannya ya, maka kerdil sekali pemikiran orang-orang seperti ini. Saya bahkan tidak mem-follow mama saya di dunia maya, meskipun ia sudah mem-follow saya terlebih dahulu. Apakah lantas saya menjadi anak yang durhaka dan otomatis mendapatkan 1 kavling di neraka karena tidak melakukan folbek?
Hubungan kami tetap baik-baik saja lho sampai sekarang. Saya tetap menghormati dan menyayanginya sebagai mama saya dan ia tetap menyayangi saya sebagai anaknya. TIdak ada yang berubah dari kami berdua, walaupun saya tidak mem-follow dirinya. Karena yang penting bagi kami itu hubungan di dunia nyata, bukan di dunia maya.
Kenapa Kalian Mem-follow Suatu Akun?
Bila pertanyaan itu ditujukan ke saya, jawabannya sangat simple, yaitu ada hal yang menarik dan atau membuat happy dari akun tersebut. Bila ada hal yang menarik, tanpa perlu disuruh atau diminta follow pun saya akan langsung follow duluan.
Nah, jika kalian punya teman yang feed IG-nya sama sekali tidak menarik, isi story-nya hanya marah-marah atau pamer kekayaan, atau mungkin tidak terlalu aktif di dunia maya, perlu atau haruskah di-follow?
Bagi saya tidak. Karena asas follow bagi saya adalah ketertarikan, bukan pertemanan. Jika berteman di dunia nyata, tapi kehidupan di dunia mayanya tidak menarik atau tidak ada manfaat, buat apa di-follow?
Dunia nyata ini sudah dipenuhi banyak masalah, baik itu masalah pekerjaan, masalah keluarga, percintaan, dan lain-lain. Sosial media seringkali saya gunakan sebagai tempat untuk menghindari sementara masalah-masalah tersebut. Saya mencari kesenangan di sana. Kalau yang saya temukan hanyalah masalah lagi dan lagi dari akun-akun yang tidak menarik dan “terpaksa” saya follow, buat apa?
“Tapi us, nanti kita dibilang sombong karena nggak mau follow dia.”
Mungkin ada yang punya pemikiran seperti itu. Sejak kapan sih kadar kesombongan orang ditentukan dari follow atau folbek? Apakah Vino G. Bastian itu bisa dibilang sombong banget karena yang follow dia ada jutaan akun, tapi yang dia follow hanya istrinya?
Lagi pula apakah kualitas hidupmu jadi berkurang hanya karena dibilang sombong oleh seseorang, yang mana alat pengukuran sombongnya itu tidak jelas? Tidak, kan? Biarlah orang lain menilai sepeti itu, yang penting kalian tetap bahagia. Bukan hanya perasaan teman yang harus dipertimbangkan, tapi kesehatan pikiranmu juga perlu menjadi prioritas.
Kalian memiliki kendali penuh atas tubuh kalian dan apa yang akan kalian lakukan. Kalau kalian rasa tidak perlu follow, ya tidak usah follow. Jika kalian rasa apa yang teman kalian posting tidak baik bagi kesehatan mentalmu, silakan unfollow. Unfollow itu nggak masuk ke dalam kategori dosa lho. Jadi jangan ragu untuk dilakukan bila dirasa perlu.
Tidak perlu sakit hati juga jika teman (dekat) tidak mem-follow balik ketika kamu mem-follow mereka. Berarti memang kehidupanmu di dunia maya tidak cukup menarik bagi dia. Bisa jadi orang tersebut mungkin merasa lebih intim dengan kalian di dunia nyata dibanding di dunia maya.
Perlukah Meminta Folbek?
Haram hukumnya saya meminta folbek. Jika saya dulu pernah melakukannya, saya minta maaf. Mungkin saya khilaf. Sekarang saya sadar kalau follow dan folbek itu tidak bisa dipaksakan dan tidak perlu diminta.
Ketimbang meminta folbek, lebih baik kalian berusaha membuat feed kalian menarik. Dengan postingan yang menarik, orang yang se-frekuensi dengan kalian (Bahkan yang kalian tidak kenal) akan datang dan mem-follow akun kalian dengan sendirinya. Saya yakin Cristiano Ronaldo tidak pernah mengemis folbek untuk bisa dapat followers sebanyak itu. Ia terlalu sibuk membuat prestasi di dunia nyata, sehingga banyak orang yang berlomba untuk mengikuti aktivitasnya juga di dunia maya.
Jadi tidak perlu lagi ya mencantumkan di bio: follow → follow back, unfollow → block. Untuk yang minta folbek, saya cuma mau mengatakan ulang apa yang Pandji Pragiwaksono katakan: LO ALAY. Jika memang kalian berharap memiliki followers yang banyak tanpa membuat isi feed yang menarik, ya tinggal beli aja. Banyak kok sekarang yang jual jasa penambah followers. Kalian bisa beli sebanyak apapun yang kalian mau.
Ingat, kehidupan nyata itu bukan di dunia maya. Jangan terbalik atau mencoba menyamakan.