Face Recognition Boarding KAI: Selamat Tinggal Tiket Fisik dan Titip KTP
Sudah terlalu lama rasanya saya tidak jalan-jalan dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Gambir. Dan ketika kembali menggunakan moda transportasi tersebut untuk berangkat ke Semarang, saya langsung dikejutkan dengan kehadiran sesuatu yang baru, sesuatu yang saya tidak menyangka akan hadir dan diterapkan di Jakarta, apalagi di stasiun kereta. Adalah Face Recognition, sebuah sistem yang bersanding dengan teknologi kekinian, yang berhasil dihadirkan oleh KAI di Gate Selatan Stasiun Gambir. “KAI terus berbenah. KAI keren.” Itulah kalimat yang pertama kali terucap saat saya melihat dan mencoba langsung sistem Face Recognition ini.
Apa itu Face Recognition?
Buat kalian para pengguna telepon pintar, khususnya iPhone, saya yakin sudah tidak asing dengan teknologi Face Recognition ini. Kalian sudah menggunakannya sejak lama untuk membuka telepon genggam yang terkunci dan atau menggantikan proses memasukkan password untuk membuka aplikasi. Dengan Face Recognition ini telepon genggam kalian tidak lagi bisa diutak-atik oleh orang lain dengan sembarangan. Hasilnya kalian akan merasa lebih aman, bahkan ketika telepon genggam kalian dicuri sekalipun.
Rasa aman itulah yang saya yakin ingin dihadirkan oleh KAI. Dengan memanfaatkan sistem Face Recognition yang sama seperti di telepon genggam milik kalian, sebuah sistem yang memanfaatkan teknologi untuk mencocokkan wajah manusia dari gambar digital atau video dengan database wajah, KAI ingin membuat para penumpang (dan tentunya mereka sendiri) merasa aman, Bekerja sama dengan Kemendagri melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai yang “mempunyai” database wajah dan sidik jari dari seluruh penduduk di Indonesia, KAI sukses menghadirkan sistem pengenalan wajah di ruang publik.
Bagaimana Cara Menggunakannya?
Untuk bisa menggunakan sistem Face Recognition ini, kalian hanya perlu mendatangi counter petugas yang terletak persis di sebelah mesin pencetak tiket (sampai tulisan ini dirilis sih masih di sana ya posisinya). Di sana kalian harus melakukan proses inisialisasi dengan menyerahkan KTP Elektronik kalian kepada petugas. Lantas petugas akan menempelkan KTP Elektronik kalian ke mesin pemindai (bentuknya seperti mesin EDC) dan meminta kalian untuk menempelkan jari kalian di mesin tersebut.Prosesnya sangat cepat. Tidak sampai 3 menit. Bila data di KTP Elektronik dan sidik jari kalian sesuai, maka proses inisialisasi selesai.
- Baca Juga: Cara Membuar Paspor Online
Lalu bagaimana kalau belum punya KTP Elektronik? *memangnya ada ya yang belum punya KTP Elektronik?*
Untuk yang tidak punya KTP Elektronik (entah itu hilang atau belum buat) atau KTP Elektroniknya bermasalah seperti yang terjadi pada saya (chip KTP Elektronik saya tidak terbaca), kalian bisa langsung ke “counter masalah” yang lokasinya bersebelahan persis. Petugas nanti akan meminta KTP kalian untuk didaftarkan secara manual dan wajah kalian akan difoto untuk dimasukkan ke dalam database sebagai data pembanding.
Bila proses inisialisasi selesai, kalian hanya perlu melenggang ke gerbang masuk untuk menuju ke ruang tunggu kereta. Di gerbang masuk akan ada kamera dengan tampilan layar yang akan menangkap wajah kalian. Bila wajah kalian sesuai dengan data di database penumpang pada hari tersebut, maka gerbang akan mengeluarkan warna hijau dan terbuka. Bila wajah kalian tidak cocok atau terdaftar, jangan harap kalian bisa melewati gerbang. Tidak ada lagi proses scan qrcode untuk membuka gerbang. Wajah kalianlah kunci untuk membuka gerbang tersebut.
Dan proses insialisasi hanya perlu dilakukan 1x saja lho. Bila di kemudian hari kalian ingin jalan-jalan kembali menggunakan kereta api ini, kalian tidak perlu mendaftar lagi. Sebagai catatan tambahan, proses inisialisasi ini tidak bisa diwakilkan ya. Sang pemilik identitas harus datang sendiri ke counter-nya.
Konsekuensi
Lantas apa konsekuensi dari diberlakukannya sistem ini? Ada 2 hal penting yang bisa saya rasakan. Pertama adalah meminimalisasi penumpang gelap yang biasa mengelabuhi mata para petugas penjaga gerbang. Bila dulu seorang petugas harus mencocokkan wajah penumpang dengan foto di KTP secara manual sebelum bisa masuk ke dalam gerbang, sekarang tidak lagi. Semua sudah dilakukan oleh sistem. Gerbang tidak akan terbuka ketika proses pengenalan wajah yang dilakukan gagal.
Seseorang tidak lagi bisa menjadi orang lain. Rudi tidak bisa menjadi Tono karena Rudi adalah doppleganger-nya Tono. Siska tidak lagi bisa menjadi Asri karena mereka adik berkakak dan wajahnya mirip. Kalimat “lo pake aja nih tiket gue daripada hangus. Nanti lo tinggal bawa KTP gue aja. Wajah kita tipis-tipislah bedanya” tidak lagi bisa kalian gunakan. Mata manusia bisa kalian kelabuhi, tapi “mata” komputer sulit untuk dibohongi.
Konsekuensi kedua adalah proses identifikasi penumpang menjadi lebih cepat dan nyaman. Sudah aman dan kini ditambah lagi dengan cepat dan nyaman. Kurang enak apalagi? Kalian tidak lagi perlu repot-repot cetak tiket fisik dengan QR Code yang nantinya (hanya) akan digunakan untuk membuka gerbang (yang ujung-ujungnya tiket itu akan jadi sampah dan dibuang). TIdak perlu lagi tuh keluar masukin KTP untuk mencocokkan wajah. Pernah lihat kan orang yang bikin macet gerbang karena lama banget ngeluarin KTP dari kantong celananya yang super ketat atau dari dompetnya yang lupa diletakkan di mana? Itu tidak akan terjadi lagi.
Setibanya di dalam kereta, petugas tidak lagi akan pusing untuk memeriksa tiket kalian karena bisa dipastikan orang yang naik adalah orang yang sesuai.
Honest Review
Jujur saya senang sekali dan tidak menyangka sistem Face Recognition ini diberlakukan oleh PT KAI. Proses antri di gerbang yang tadinya sangat lama dan menyebalkan bisa dipangkas oleh sistem baru ini. Sistemnya memang belum sempurna sampai nantinya semua stasiun memberlakukan sistem yang sama. Namun saya sangat mengapresisasi PT KAI yang mau tumbuh dan berkembang bersama jaman. PT KAI sangat adaptif dan tidak mau ketinggalan teknologi. Semoga ada terobosan baru lagi yang bisa menunjang keamanan dan kenyamanan para penumpang setia kereta api di Indonesia.