Basoeki Abdullah dan Museumnya
Di salah satu bilangan Cilandak, lebih tepatnya di kawasan Komplek Keuangan, berdirilah sebuah museum diantara deretan rumah megah yang berjajar rapi. Saya pun awalnya tidak menyangka kalau ada museum di komplek tersebut. Kalau bukan karena ajakan dari Deddy Huang, Michael dan Bernadeta, mungkin saya tidak pernah tahu kalau ada museum di sana. Itulah Museum Basoeki Abdullah, sebuah museum peninggalan dari salah satu maestro lukis ternama Indonesia.
Nama Museum Basoeki Abdullah memang tidak setenar nama Museum Fatahillah atau Museum Gajah, tapi percayalah ketika kamu berkunjung ke sana, maka kamu akan disuguhkan dengan berbagai macam kisah dan akan kagum dengan koleksinya yang indah.
Siapa Basoeki Abdullah
Banyak orang yang tahu tentang Basoeki Abdullah, namun banyak juga yang tidak (terutama yang lahir tahun 90an ke atas dan tidak suka membaca sejarah). Basoeki Abdullah merupakan salah satu “pahlawan” Indonesia yang berjuang bukan dengan senjata api, melainkan menggunakan kuas dan kanvas.
Pria kelahiran 27 Januari 1915 bernama lengkap Fransiskus Xaverius Basoeki Abdullah merupakan cucu dari tokoh pergerakan nasional, Wahidin Sudirohusodo. Sejak kecil, anak dari pasangan R. Abdullah Suryosubroto dan Raden Nganten Ngadisah ini sudah pandai melukis. Bakatnya mulai terlihat ketika umurnya 10 tahun. Saat itu Basoeki sudah mampu melukis Mahatma Gandhi dengan sangat baik menggunakan pensil.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, rasanya peribahasa itu benar adanya. Bakat melukisnya ia warisi dari sang ayah yang juga merupakan seorang pelukis. Tahun 1935, dengan bantuan dari Pastur Koch SJ., Basoeki mendapat beasiswa di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beldeende Kunsten) di Den Haag, Belanda. Melalui akademi itulah kemampuan Basoeki semakin terasah.
Tahun 1948, Basoeki Abdullah memenangkan sayembara lukis dalam rangka penobatan Ratu Juliana. Siapa sangka seorang anak Indonesia mampu mengalahkan 87 pelukis Eropa. Saat itu juga daratan Eropa semakin mengenal Basoeki Abdullah dan Indonesia, sebagai pribadi dan negara yang berbudaya dan berseni tinggi.
Karya Potret Basoeki Abdullah
Di luar lukisan bentangan alam, mitos & spiritualitas, kebangsaan, dan figur manusia, bisa dibilang lukisan potret adalah lukisan yang Basoeki Abdullah banget. Goresan-goresan kuasnya menghasilkan karya yang begitu nyata. Ia seperti punya kemampuan untuk memindahkan wajah asli ke atas kanvas.
Berbagai tokoh, baik itu dalam maupun luar negeri, pernah merasakan wajahnya dilukis ulang oleh sang maestro. Sebut saja presiden Soekarno, salah satu tokoh nasional favoritnya selain kakeknya sendiri. Ada juga Bung Hatta, Soeharto dan Ibu Tien dan masih banyak lagi. Oleh Bung Karno, Basoeki diangkat sebagai “Kerabat Istana Kepresidenan”.
Salah satu presiden negara tetangga yang beruntung pernah dilukis oleh Basoeki adalah Presiden Filipina 2 periode, Ferdinand Marcos. Pemimpin negara lainnya yang pernah diabadikan wajahnya adalah Raja Bhumibol. Karena kemampuan melukisnya ini, Raja Bhumibol pun mengangkat Basoeki menjadi Pelukis Istana Kerajaan Thailand. Hebat kan?
Namun dari sekian banyak lukisan potret yang pernah dibuat Basoeki, lukisan favorit saya adalah lukisan Pangeran Diponegoro. Kisah dibalik pembuatan dan makna di dalamnya yang membuat saya menyukai lukisan ini. Sebelum melukis Diponegoro, Basoeki terlebih dahulu membaca buku-buku yang berkaitan dengan perjuangan Diponegoro. Dari informasi yang dia dapat itulah dia mengimajinasikan Diponegoro dalam pikirannya dan mengeksekusinya dengan cemerlang di atas kanvas.
Sejarah Museum Basoeki Abdullah
5 November 1993, merupakan tanggal terakhir dimana Basoeki Abdullah bisa melihat dunia. Di usianya yang ke 78 tahun itu ia pamit untuk selama-lamanya. Basoeki meninggal dengan cara yang tidak diduga yaitu dibunuh.
Suatu malam, Basoeki Abdullah sedang hendak berdoa di kamarnya. Ia memang seorang pria Katolik yang taat. Selain menjadikan kamarnya sebagai tempat untuk mendapatkan inspirasi dalam melukis, Basoeki juga kerap menggunakan kamarnya untuk berkomunikasi dengan sang Tuhan.
Karena dikira sudah terlelap, masuklah seorang pencuri ke dalam rumahnya yang ingin mencuri koleksi jam tangan milik Basoeki Abdullah. Tidak berapa lama, pencuri tersebut lantas kepergok oleh Basoeki. Ia pun berusaha untuk menghentikan pencuri tersebut. Saat itulah pencuri tersebut mengambil salah satu senjata milik Basoeki dan memukul kepalanya dengan menggunakan bagian popor. Basoeki yang sudah renta pun jatuh tertelungkup dan dari kepalanya keluar banyak darah. Saat ditemukan oleh pembantunya, Basoeki Abdullah sudah tidak bernyawa.
Sebelum meninggal, Basoeki ternyata sudah berwasiat. Ia ingin agar semua lukisan dan koleksi barang-barang pribadinya, serta rumahnya diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia. 5 tahun setelah kematiannya, pada tahun 1998, melalui anak pertamanya, Saraswati dan Cicilia Sidhawati serta istrinya, Nattaya Narerat, rumah di Cilandak tersebut diserahkan kepada negara melalui kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rumah inilah yang secara resmi dijadikan sebagai Museum Basoeki Abdullah pada tahun 2001.
Tahun 2014, terjadilah perluasan museum guna menampung lukisan dan koleksi Basoeki yang sangat banyak. Gedung berkonsep minimalis dengan 3 lantai dibangun tepat di sebelah rumah Basoeki Abdullah. 2 tahun lamanya proses pembagunan, akhirnya tahun 2016 bangunan tersebut rampung dan diresmikan. Kini Museum Basoeki Abdullah memiliki 2 bangunan utama.
Isi Museum Basoeki Abdullah
Suatu pengalaman menyenangkan bisa masuk dan melihat karya-karya serta koleksi beberapa barang mewah milik Basoeki Abdullah. Untuk mempermudah penjelasan, saya akan membagi museum menjadi 2 wilayah yaitu wilayah gedung baru dan rumah Basoeki Abdullah:
Gedung Baru
Gedung yang diresmikan tahun 2016 ini merupakan gerbang masuk untuk melihat karya dan koleksi Basoeki Abdullah. Sesaat setelah memasuki pintu masuk, pengunjung akan disambut oleh petugas museum. Di bagian resepsionis ini, para pengunjung bisa menitipkan barang bawaan agar mempermudah proses eksplorasi museum.
Lantai satu hanya berisi tembok dengan papan warna-warni tanpa ada lukisan atau barang koleksi Basoeki Abdullah. Jika sedang tidak ada kegiatan, ruangan di lantai 1 ini memang dibiarkan kosong. Para penggiat seni, komunitas, atau siapapun boleh menggunakan lantai 1 ini sebagai gedung pameran, karena memang untuk itulah lantai 1 ini dipersiapkan. Bagaimana cara menggelar pameran di sini? Silahkan langsung menghubungi pihak museum ya.
Bertolak ke lantai 2, persiapkanlah mata dan kamera untuk mengabadikan lukisan Basoeki Abdullah. Adalah sebuah ruang Pameran Tema Alam yang langsung akan menyambut kedatangan pengunjung di lantai ini. Bermacam lukisan berbahan cat minyak tergantung rapi di dinding sebuah ruangan berbentuk persegi panjang. Sebagai seorang pelukis beraliran Mooi Indie, lukisan pemandangan alam memang menjadi ciri utama.
Tepat di sebelah ruang Pameran Tema Alam, terdapat ruang Koleksi Patung dan Topeng. Sebagai seorang seniman, Basoeki Abdullah kerap membeli patung-patung unik dari setiap negara yang dikunjunginya. Di dalam negeri sendiri, Basoeki juga suka mengumpulan topeng dari berbagai daerah. Topeng dan patung ini diletakkan dengan sangat rapi di dalam sebuah lemari kaca.
Di seberang koleksi patung, terdapat sebuah mural dengan gambar para tokoh yang pernah dilukis oleh Basoeki Abdullah. Kehadiran mural ini sangat memberikan nuansa “kekinian” pada museum ini. Dalam mural tersebut terselip sebuah tulisan “Kenangan yang membahagiakan bukan hanya bersumber dari peristiwa yang membuat saya tertawa, tetapi juga dari peristiwa yang membuat saya mencucurkan air mata” yang merupakan salah satu petikan dari ucapan Basoeki.
Lantai 3 sendiri sampai sejauh ini masih difungsikan sebagai ruang serba guna. Saat saya berkunjung ke museum ini, lantai 3 sedang digunakan untuk rapat.
Rumah Basoeki Abdullah
Dari gedung baru, kini berlanjut ke Rumah Basoeki Abdullah. Terdapat sebuah lorong yang menghubungkan antara gedung baru dengan rumah Basoeki. Melalui lorong inilah pengunjung dapat tiba di rumah Basoeki Abdullah tanpa harus keluar dan masuk melalui pintu rumah bagian depan.
Di ujung lorong, usai membuka pintu, pengunjung akan dihadapkan dengan koleksi seni lain milik Basoeki. Ia ternyata juga menyukai seni pewayangan. Satu set pakaian dan asesoris untuk menjadi tokoh Hanoman tersaji di dalam sebuah lemari kaca.
Tepat di belakang dari lemari Hanoman merupakan ruangan Keluarga Abdullah. Wajah -wajah para seniman bisa dilihat di sini. Ada wajah sang ayah, ibu, kakek dan keluarga Abdullah lainnya. Keluarga merupakan elemen penting dari terbentuknya pribadi seorang Basoeki Abdullah.
Di sebelah ruang keluarga, wajah para tokoh GNB (Gerakan Non-Blok) dan tokoh dunia lainnya terlukis dengan sangat rapi di ketiga sisi dinding.
Seperti yang sudah saya kemukakan, Basoeki merupakan pecinta seni pewayangan. Di bagian depan pintu tadi hanyalah “pemanasan” saja. Koleksi seni pewayangan lainnya, dalam hal ini wayang kulit, ternyata ada di sebelah ruangan dari lukisan wajah para tokoh GNB. Dalam lemari kaca, pengunjung bisa melihat tokoh-tokoh wayang populer seperti Semar, Petruk, Gareng dan tokoh-tokoh lainnya.
Apakah hanya itu koleksi di lantai 2 dari bangunan rumah Basoeki Abdullah? Tentu tidak. Di seberang ruang Keluarga Abdullah, terdapat ruang pameran Lukisan Kehidupan dan Keindahan. Di ruangan ini Basoeki mencoba untuk menunjukkan sisi romantik dari dirinya melalui karya lukisannya. Nama-nama lukisannya pun cukup unik dan yang paling menarik perhatian adalah Lukisan Topeng Sebagai Sandiwara Kehidupan. Dalam lukisan tersebut digambarkan seorang penari yang sedang menari dengan didampingi oleh tokoh yang menyerupai sesosok mahluk gaib.
Dari lantai 2, pengunjung selanjutnya akan diajak turun ke lantai 1 untuk melihat koleksi lainnya. Di lantai 1 ini terdapat ruangan koleksi senjata milik Basoeki. Pengunjung dapat melihat berbagai model senjata mulai dari senapan angin hingga revolver, keris dan juga panah.
Semasa hidupnya, Basoeki dikenal sebagai pria yang sangat memperhatikan penampilannya. Menurut Basoeki, penampilan menunjukkan identitas seseorang. Maka tidak heran kalau di rumah Basoeki ini dipajang juga koleksi perhiasan mewah miliknya (kalung dan arloji) dan juga beberapa pakaian Basoeki Abdullah.
Di antara sekian banyak ruangan di Museum Basoeki Abdullah, yang paling memikat saya adalah ruangan perpustakaan dan kamar tidur pribadi Basoeki.
Selain melukis, ternyata Basoeki juga gemar membaca. Di perpustakaan miliknya, terdapat ribuan buku yang diatur dengan apik ke dalam rak. Buku bacaan mulai dari bidang biologi, sejarah, pariwisata, geografi, semua ada di dalam perpustakaan ini. Basoeki memang acap kali membaca sejarah seseorang sebelum ia mulai melukis potret wajahnya. Dengan membaca, Basoeki bisa melibatkan emosi ke dalam lukisannya yang membuat lukisannya terlihat benar-benar hidup.
Selanjutnya yang menarik adalah kamar Basoeki Abdullah. Aura berbeda akan terasa saat pengunjung memasuki ruangan ini. Wajar saja, kamar ini merupakan saksi bisu dari kematian Basoeki. Di kamar inilah ia tewas. Sejak kematiannya, desain ruangan kamarnya dibiarkan sesuai dengan aslinya.
Terlihat dua lukisan Yesus menempel di dinding dekat kasurnya. Salib besar besar pun menggantung di tembok sebelah tempat tidurnya. Basoeki memang rajin melakukan doa malam di kamarnya ini. Sayangnya pengunjung tidak bisa masuk hingga bagian dalam, hanya sebatas sampai di depan pintu kamar mandinya saja.
Di bagian akhir, pengunjung bisa melihat ruang tamu yang komposisinya dibiarkan tetap sama seperti ketika Basoeki masih hidup. Beberapa lukisan potret karya Basoeki terlihat hadir menyemarakkan suasana ruang tamu yang seolah rindu akan belaian dari seorang Basoeki Abdullah.
Jam Operasional
Selasa – Jumat pukul 08:00 – 16:00 WIB
Sabtu – Minggu pukul 09:00 – 15:00 WIB.
Tutup pada hari Senin dan hari libur nasional.
Untuk tiket masuknya sendiri, dewasa dikenakan biaya Rp 2.000/orang dan anak-anak Rp 1.000/orang.
Kontak
Website : museumbasoekiabdullah.or.id
Email: [email protected]
Telepon: +6221 7698926
Tekun dan harus mengikuti perkembangan jaman merupakan syarat untuk menjadi pelukis yang baik dan terkenal.
— Basoeki Abdullah