Mampir ke Kabupaten Belu, Kunjungilah Beberapa Tempat Ini (Bagian 2)
Tidak enak kan rasanya diberi informasi setengah-setengah alias tidak tuntas? Nah, guna menuntaskan postingan sebelumnya yang sempat terpotong dan belum selesai, berikut ini lanjutan tempat-tempat yang bisa kalian kunjungi selama kalian berada di Kabupaten Belu.
Katedral Atambua
Apapun agama kalian, kalian boleh berkunjung ke Katedral Atambua, bahkan berdoa di dalamnya menurut agama dan kepercayaan yang kalian yakini. Jadi jangan pernah punya pikiran atau pertanyaan, “saya kan non Katolik. Apa boleh saya masuk ke dalam gereja?” Selama kalian tidak mengganggu umat yang sedang beribadah dan tidak merusak apapun di lingkungan gereja, silakan masuk ke dalamnya.
Letak gereja ini berada di Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Tepat di depannya, kalian bisa melihat sebuah lingkaran dengan monumen adipura di tengahnya. Bila kalian tidak tahu lokasinya, bertanyalah pada warga Atambua. Mereka semua pasti tahu lokasi ini sebab 88% penduduk Belu beragama Katolik dan gereja ini merupakan salah satu gereja tertua di Kabupaten Belu.
Dilihat dari bagian depan, gereja ini sangatlah luas. Pepohonan besar menghiasai area taman gereja. Dari luar, saya bahkan bisa melihat lonceng tua yang diletakkan di samping gereja. Wajah ini langsung tersenyum kala melihat dua patung malaikat yang sedang meniup sangkakala berada di kedua sisi pagarnya. Ketika pagar dibuka, patung Bunda Maria dengan pakian putih biru akan menyambut siapapun yang datang ke sini. Patung ini seolah ingin berkata, “Masuklah.”
Bagian dalam gereja pun tidak kalah cantiknya dengan bagian luarnya. Tepat di bagian pintu masuk, kalian bisa melihat wadah air suci yang berbentuk kerang. Kursi-kursi kayu tua nan kokoh mengisi ruang dalam gereja yang berfungsi sebagai tempat duduk umat. Altar gereja pun jauh dari kesan mewah, dengan Yesus di atas kayu salib sebagai latarnya.
Karena waktu itu saya datang pada pagi hari, tepat ketika sinar matahari menembus masuk ke dalam gereja, saya bisa melihat kaca patri warna-warni di bagian kiri, kanan, dan depan saya berpendar dengan begitu cantiknya. Cahaya kemilaunya masuk melalui kaca tersebut dan membuat gereja ini begitu berwarna.
Untuk kalian yang ingin berkunjung ke gereja dengan nama resmi Gereja Santa Maria Immaculata Atambua ini, saran saya datanglah pada sabtu pagi. Pada momen tersebut biasanya kalian bisa menjumpai banyak anak-anak sedang latihan paduan suara di dalamnya. Kurang enak bagaimana coba kalau bisa menikmati gereja sambil ditemani alunan suara nan merdu dari anak-anak Atambua 🙂
Hindari datang pada minggu pagi karena gereja pasti digunakan untuk misa
Air Terjun Mauhalek
Beralih ke destinasi selanjutnya, kira-kira 33 km ke arah timur Belu dari kota Atambua, atau lebih tepatnya di Dusun Fatumuti, Desa Raiulun, Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu, maka kalian bisa melihat air terjun memesona yang bernama Air Terjun Mauhalek. Saya menyebut tempat ini sebagai surga di batas negeri.
Tak sulit untuk menuju ke tempat ini dari kota Atambua. Kalian hanya perlu menyewa kendaraan, menyalakan aplikasi penunjuk arah dan ikuti saja jalannya. Gerbang masuknya akan terlihat jelas di sebelah kanan Jalan Utama Atambua-Weluli. Saat memarkirkan kendaraan, kalian akan melihat tulisan “I ♥ Mauhalek Waterfall” yang terpasang di pagar pembatas dengan pemandangan perbukitan yang begitu memesona. Puaskanlah waktu mata kalian dengan pemandangan indah tersebut sebelum masuk ke atraksi utama, Air Terjun Mauhalek.
Dari tempat dimana tulisan “I ♥ Mauhalek Waterfall” berada, suara gemericik air sudah jelas terdengar. Dengan mengikuti suara tersebut dan menuruni anak tangga yang jumlahnya lebih dari 50 anak tangga, kalian akan tiba tepat di depan air terjun tersebut. Siapkan tenaga kalian dan hati-hati ya karena tangga turunnya agak curam.
Air Terjun Mauhalek ini bentuknya terbilang unik. Tidak seperti Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang yang langsung terjun bebas ke bawah dari ketinggian, air terjun ini tidak terlalu tinggi (mungkin hanya 10 meter) dan airnya turun mengikuti bentuk bebatuan yang berundak dan berlumut. Hal tersebut mengakibatkan air jatuh dan terpecah membentuk tirai-tirai yang cantik. Kecepatan airnya pun terbilang tidak begitu cepat sehingga cukup aman untuk pengunjung yang bermain langsung di bawah pancuran air tersebut.
Keindahan lokasi wisata yang dikelola oleh Pokdarwis Lakumarin ini bisa dibilang tergantung pada musim. Bila sedang memasuki musim hujan, maka debit air di Air Terjun Mauhalek akan lebih banyak dan tirai yang terbentuk pun akan semakin cantik. Namun bila musim kemarau sedang berkunjung, debit airnya akan sedikit mengecil dan tirai yang terbentuk pun tidak segagah ketika debit air sedang besar.
Beberapa fasilitas juga hadir untuk membuat pengunjung lebih nyaman seperti lopo-lopo untuk bersantai dan dan juga toilet untuk berganti pakaian. Hanya saja tingkat kebersihan dan kelayakan toiletnya perlu lebih ditingkatkan.
https://www.instagram.com/p/Bnp94ksAR5d/?igshid=1i40khnhnvmgu
Fulan Fehan
Jikalau Sumatera Barat memiliki Padang Rumput Mangateh yang cantiknya melebihi padang rumput di Swiss, NTT juga punya tempat yang seperti itu. Di Belu, lebih tepatnya di bawah Kaki Gunung Lakaan, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, terdapat sebuah lembah dengan padang sabana yang menghampar luas bernama Fulan Fehan. Bedanya, kalau di Sumatera Barat padang rumputnya dipenuhi oleh sapi, di Fulan Fehan ini padang rumputnya dipenuhi oleh kuda poni.
Perjalanan menuju Fulan Fehan bukanlah perjalanan yang mudah. Untuk sampai ke tempat ini, kalian harus berkendara selama kurang lebih 30 km dari Kota Atambua atau 11 km dari Air Terjun Mauhalek. Jalur beraspal akan menjadi teman akrab kalian selama perjalanan dari Atambua hingga Desa Weluli. Namun ketika kalian memasuki Desa Dirun Dari Desa Weluli, jalur aspal tadi berubah menjadi jalur penuh batu yang besar dan meliuk-liuk bak tubuh ular.
Tapi perjuangan menuju Fulan Fehan akan terbayar ketika kalian tiba di tempat ini. Padang hijau yang luas dengan latar Gunung Lakaan akan menjadi pemandangan indah yang tidak akan kamu lupakan. Puluhan kuda poni bisa berlari bebas di tempat ini sesuka hati mereka. Sayangnya, kuda poni ini kuda liar yang sulit didekati, jadi untuk mendapatkan gambar mereka, kalian harus membawa lensa tele di sini.
Karena letaknya yang berada di lembah, dengan tidak banyak pepohonan tinggi yang tumbuh di sini, menyebabkan suhu di sini sangat dingin. Bahkan menurut saya, suhu di Fulan Fehan lebih dingin bila dibandingkan dengan Soe. Jadi jangan lupa membawa jaket tebal ya bila berkunjung ke sini.
Selain padang rumput, yang membuat unik Fulan Fehan adalah tumbuhnya pohon kaktus di lembah ini. Kalau biasanya kalian melihat kaktus di padang gurun, ternyata dia bisa juga lho tumbuh di tempat dingin seperti di Fulan Fehan ini. Kaktus-kaktus tersebut letaknya tidak merata di padang rumput ini.
Tidak jauh dari padang rumpuut yang menghampar luas di Fulan Fehan, terdapat sebuah benteng yang ditutupi oleh rimbunnya pepohonan. Benteng tersebut bernama Benteng Ranu Hitu atau biasa dikenal dengan Benteng 7 Lapis. Benteng ini dulunya konon dijadikan sebagai tempat berkumpulnya raja-raja di Belu.
Di bagian tengah benteng 7 lapis ini terdapat termpat melingkar sebagai tempat untuk para raja duduk. di tengahnya terdapat batu yang katanya dulu digunakan sebagai tempat memenggal kepala musuh. Tidak jauh dari lingkaran tempat raja-raja tadi berkumpul, terdapat sebuah makam yang ternyata merupakan makam raja pertama dari Kerajaan Dirun, Raja Dasi Manu Loeq.
Pasar Senggol Alun-alun Kota Atambua
Ingin bersantai malam hari di kota Atambua sambil menikmati makanan yang ada di sana? Kalau jawabanya ingin, berarti kalian harus mampir ke Pasar Senggol Kota Atambua. Jangan membayangkan pasar senggol di sini seperti pasar di Jakarta yang pengunjungnya harus berdesak-desakkan atau bersenggolan, pasar senggol di sini merupakan sentra kuliner dimana kalian bisa mencicipi banyak makanan, termasuk makanan khas Belu.
Di sini terdapat banyak sekali makanan mulai dari makanan yang kekinian hingga makanan tradisional, mulai dari makanan yang mengandung babi dan juga makanan yang tidak mengandung babi. Martabak, Bakso, Nasi Goreng, Babi Rica, Kue Cucur, semua tersedia di pasar senggol ini.
Tapi kalau kalian mau mencicipi makanan khas Belu (100% halal), kalian wajib mampir ke Pojok Lokal Mak Ona. Mak Ona, panggila akrab Ona Matutina, pemilik Pojok Lokal Mak Ona, merupakan seorang pensiunan yang terus berusaha melestarikan makanan khas Belu. Di tempat Mak ona ini kalian bisa mencicipi Jagung Boseh yang dipadukan dengan teri dan juga sayur bunga pepaya. Kalian juga bisa mencicipi ubi kukus berisi gula merah yang dibakar di atas anglo.
Bila ingin membawa yang sesuatu yang khas dari sini, kalian bisa membeli Sambal Luat buatan Mak Ona. Sambal Luat merupakan sambal yang dibuat dari olahan cabe rawit. Untuk bisa mampir ke pasar Senggol ini, kalian hanya perlu berjalan kaki dari Tugu Pancasila selama kurang lebih 5 menit. Pasar Senggol ini terletak di sebelah Taman Kota Atambua dan tidak jauh dari Polres Belu.
Sebagai pengingat, pasar ini hanya buka di malam hari ya, dari pukul 18:00 WITA sampai sekitar pukul 23:00 WITA. Namun biasanya makanan sudah ludes pada jam 21:00 WITA.
Fronteira Garden
Bersantai di Kota Atambua tidak lengkap bila belum mampir ke Fronteira Garden. Taman ini merupakan taman yang menjadi salah satu ikon kota Atambua dan kerap dipakai, baik oleh orang Atambua sendiri atau turis, untuk bersantai, berkreasi, berkumpul dan bercengkerama.
Terdapat lapangan luas bertuliskan “Fronteira Garden” di tengah taman dengan lopo-lopo di sebelah kiri yang bisa kalian gunakan untuk santai-santai sambil makan dan arena bermain anak di sebelah kanannya. Arena bermain sendiri terdiri dari ayunan, jungkat-jungkit, perosotan dan beberapa asesoris pelengkap lainnya.
Beberapa pepohonan dan bunga-bungan nan cantik diletakkan di taman ini guna memberikan suasana nyaman dan sejuk di tempat ini. Menikmati matahari terbit dan tenggelam di taman ini merupakan aktivitas yang bisa kalian coba.
Taman ini beroperasi selama 24 jam dan berlokasi di Jl. A. A. Bere Talo No.4, Beirafu, Atambua Barat, Kabupaten Belu, atau 1,5 km dari Gereja Katedral Atambua. Kabar baiknya adalah tidak ada pungutan biaya untuk masuk ke taman ini dan jam oeprasinya adalah 24 jam.
*****
Itu tadi beberapa tempat (lanjutan) yang bisa kalian kunjungi selama di Kabupaten Belu. Akhirnya, lengkap sudah tulisan mengenai tempat-tempat yang bisa kalian kunjungi di Belu. Sebenarnya masih ada 1 tempat lagi yang bisa kalian kunjungi, namanya Desa Adat Kewar. Tapi karena saya belum pernah berkunjung ke sana, maka saya tidak menuliskan tempat tersebut. Saya tidak ingin asal comot tulisan orang dan berpura-pura pernah ke sana. Mungkin kalian yang sudah pernah ke Desa Adat Kewar bisa berbagi info di kolom komentar.
Jika kalian merasa terbantu dengan tulisan ini, jangan lupa di-share di sosial media kalian ya agar orang lain juga bisa membaca tulisan ini. Selamat jalan-jalan dan menikmati Kabupaten Belu.
Tuhan berkati 🙂
Life is abundant, and life is beautiful. And it’s a good place that we’re all in, you know, on this earth, if we take care of it.
–Alice Walker