Sudah Siapkah Kalian untuk Traveling setelah Pandemi Corona Berakhir?
Hai para traveler, bagaimana kabar kalian di tengah pandemi Corona yang sedang menyerang? Semoga tetap sehat ya. Pertanyaan tadi sebenarnya lebih ingin menanyakan kondisi hati kalian, bukan fisik. Terpenjara karena ‘dipaksa’ untuk tidak melakukan hal yang kita suka, dalam hal ini adalah traveling, memang membuat hati ini merana.
Harus diakui, sektor pariwisata merupakan salah satu dari banyak sektor yang dihajar dengan sangat telak oleh virus Corona ini. Sektor ini ‘dibunuh’ perlahan-lahan. Bayangkan saja, berapa banyak pelaku pariwisata, mulai dari hulu hingga hilir, yang ‘mati’ pelan-pelan sebagai dampak dari pemberlakuan lockdown atau social distancing di suatu daerah guna menekan penyebaran virus Corona?
Banyak hotel atau penginapan yang harus tutup karena tidak ada pesawat yang bisa membawa wisatawan ke daerahnya. Penderitaan tidak hanya berhenti sampai di situ, para operator tur perjalanan, penjual kerajinan daerah, pemilik restoran, fotografer, videografer, driver, dll pun banyak yang harus kehilangan pekerjaan mereka (yang mungkin pekerjaan utama dan satu-satunya yang menghidupi mereka).
Sebagai entitas akhir dari rantai dunia traveling, saya masih bersyukur karena saya hanya perlu menahan ego dan menunda untuk jalan-jalan (sambil juga bersedih karena statistik kunjungan ke blog ini yang menurun). Namun bagaimana dengan mereka yang saya sebutkan tadi, yang mengais rezeki dari dunia pariwisata ini? Saya tidak bisa membayangkan bila saya ada di posisi mereka. Semoga mereka bisa menemukan jalan untuk tetap bisa bertahan hidup (sambil berdoa virus Corona ini segera berakhir).
Berbeda dengan manusia yang begitu menderita akibat hadirnya virus Corona ini, alam justru merasakan dampak yang sebaliknya. Alam seolah sedang bersukacita. Ketidakhadiran manusia di tengah-tengah mereka membuat alam sedang menyembuhkan dirinya. Alam yang kerap rusak akibat ulah manusia sekarang sedang berolahraga dan menyehatkan diri mereka.
Sudah mendengar kabar kalau kanal di Venice menjadi lebih bersih sejak ‘ketiadaan manusia’? Tahukah kalian kalau beberapa gambar dari satelit menunjukkan berkurangnya polusi udara di beberapa daerah? Ya, itu tadi beberapa dampak positif Corona terhadap alam. Saya rasa itu pula yang dirasakan oleh alam Indonesia.
Pepohonan di Gunung Merbabu rasanya sedang bertumbuh dan menari di atas sana, ikan-ikan di lautan sekitar Kepulauan Seribu sedang merasakan kedamaian dan sedikit berjemur di permukaan, dan kuda-kuda yang biasa dipakai untuk mengangkut wisatawan sedang asyik beristirahat panjang setelah sekian lama kerap dipaksa mengangkut wisatawan tanpa diberikan istirahat yang cukup.
Suatu kejadian memang selalu membawa 2 dampak: positif dan negatif.
Berimajinasi
Saya sendiri tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Namun satu yang pasti bahwa pandemi ini tentu akan berakhir. Sambil menunggu hal tersebut terjadi, tentunya dengan tetap berusaha menjalankan ketetapan-ketetapan yang telah diberikan oleh pemerintah melalui ahlinya, saya ingin mengajak kalian untuk berandai-andai dan terbang ke titik tersebut, ke titik dimana virus Corona ini benar-benar menghilang. Ketika hal itu terjadi, sudah siapkah kalian untuk traveling lagi?
Pasti banyak yang menjawab ‘sudah siap dong’, ‘Itu sih tidak perlu ditanyakan’, atau jawaban-jawaban serupa yang intinya menyatakan kesiapan untuk traveling lagi. Saya pun percaya sektor ini akan kembali bergairah. Maskapai, hotel, OTA (Online Travel Agent), dan semua pelaku pariwisata akan saling bekerja sama untuk memberikan banyak promo menarik guna mendatangkan kembali minat para wisatawan untuk jalan-jalan.
- Baca Juga: Kehadiranmu Mengubah Cara Travelingku
Namun pertanyaan siap atau tidaknya ini sebenarnya lebih mengarah ke segi mental. Kalau dari segi fisik dan finansial sih tidak perlu ragu, kalian pasti siap. Tapi apa benar mental kalian sudah siap untuk traveling lagi?
Di benak kalian pasti sekarang sudah membayangkan nikmatnya leyeh-leyeh di pinggir Pantai Namalatu, serunya memandang keindahan Ranu Kumbolo ketika keluar dari tenda, atau mungkin piknik di Farm House bersama keluarga kecil kalian. Itu sangatlah wajar dan tidak ada yang salah dengan itu.
Perlu diingat bahwa yang akan traveling lagi nantinya bukan hanya kalian, tapi ada jutaan atau mungkin puluhan juta orang lainnya yang juga sudah ‘terkurung’ sekian lama. Jadi nanti jangan kesal kalau kalian tidak mendapatkan tiket pesawat atau kereta di hari dimana kalian ingin merencanakan untuk liburan karena traffic-nya pasti padat, jangan bingung kalau semua hotel akan fully booked, dan jangan marah kalau nantinya tempat wisata populer yang ingin kalian kunjungi itu ramai oleh lautan manusia sehingga kalian tidak bisa melihat bentang alam seperti apa yang sudah kalian bayangkan.
Sangat bisa dibayangkan betapa ‘kisruhnya’ pariwisata ini di awal pasca virus Corona menghilang bersama dengan trauma yang ada. Saya tidak tahu analogi apa yang tepat untuk menggambarkan jiwa-jiwa yang terkungkung ini dan kemudian terlepas bebas tanpa ada batasan yang jelas.
Selain beberapa kekhawatiran yang sudah saya jelaskan tadi, saya pun mengkhawatirkan soal alam. Sekarang ini alam sedang menyembuhkan dirinya, mempersiapkan yang terbaik dari diri mereka agar ketika nanti masanya tiba, alam bisa menyambut manusia yang sudah sangat rindu dengan mereka. Akankah alam kembali dilukai oleh manusia?
Relasi alam dan manusia ini memang agak unik. Alam kerap memberikan yang terbaik tapi manusia sebagai pasangannya tidak jarang melakukan tindakan yang abbusive. Alam sudah memberikan keindahan yang kita butuhkan, tapi kita sebagai mahluk yang harusnya menyayangi mereka justru sering berbuat kasar terhadap mereka dengan meninggalkan sampah, berbuat aksi vandalisme, atau tindakan yang merusak lainnya. Apakah seperti itu hubungan yang sehat?
*****
Itu tadi hanya perkiraan saya saja. Semoga apa yang saya perkirakan itu semua salah. Semoga nantinya ketika pemberlakuan social distancing dan lockdown ini berakhir dan traveling kembali bisa dilakukan, kita semua hadir menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab, lebih peduli, dan lebih menyayangi alam. Sudah kalian rasakan sendiri kan betapa sakitnya dipisahkan dan jauh dengan alam?
- Baca Juga: Contoh Kecurangan pada Kuis Instagram
Buat kalian yang belum ingin langsung traveling dan lebih ingin melakukan hal lain terlebih dahulu, silakan. Buat kalian yang mau langsung traveling ketika pandemi Corona ini berakhir dan situasinya sudah benar-benar aman pun silakan, tapi pastikan kalian sudah mempersiapkan diri dengan baik.
Bagi saya mengalah itu bukan berarti kalah. Tidak langsung jalan-jalan pasca pandemi Corona berakhir bukan berarti ketinggalan dari mereka yang langsung traveling. Banyak hal yang bisa dilakukan setelah pandemi ini berakhir. Kontrol diri benar-benar diperlukan dalam hal traveling ini.
Jadi sudah (benar-benar) siapkah kalian untuk traveling lagi nanti?
Wherever you go, go with all your heart
–Confucius