Surat untukmu: Tidakkah Kamu Rindu Berjalan Bersama?
Jakarta, 25 Mei 2020
Untukmu teman perjalananku,
Hai kamu, bagaimana kabarnya? Saya yakin fisikmu pasti sangat sehat. Terus dijaga ya. Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, terus berkreasi dan tetap patuhi perintah pemerintah untuk tidak bepergian kalau tidak ada kegiatan yang sangat penting.
Kalau bicara soal fisik mungkin baik-baik saja, tapi bagaimana kalau saya singgung soal hati? Sebagai seorang pejalan yang sudah hampir 3 bulan tidak bepergian pastinya hatimu cukup menderita, kan? Dirimu dan jalan-jalan itu bagaikan Michael Jordan dengan basket-nya atau seperti Roni Patinasarani dengan sepak bolanya, sangat sulit untuk dipisahkan. Setiap kali melakukan sebuah perjalanan, saya selalu melihat hatimu ada di sana.
Saya percaya hati dan jiwamu yang terpenjara sudah mulai meronta, begitu pun dengan saya. Hatimu pasti sudah mulai bertanya kapan Corona ini akan hilang. Rasa bosan sudah tak lagi tertahankan, dahaga akan melakukan sebuah perjalanan ingin segera dituntaskan. Ingin sekali rasanya kembali mendapatkan pelajaran yang tak akan terlupakan dari orang-orang baru dan alam di luar sana.
Saya pun rindu untuk melakukan perjalanan bersamamu. Sudah lama sekali tubuh ini tak dipeluk dan dibelai oleh hembusan angin di atas gunung sana. Kaki ini sudah rindu dengan sentuhan pasir putih nan halus dari pantai-pantai indah yang ada di belahan timur Indonesia. Mata ini ingin sekali disegarkan dengan pemandangan bawah laut yang begitu memesona. Lidah ini sudah ingin mengecap nikmatnya kuliner nusantara. Tangan ini pun sudah tak lagi sabar untuk menggenggam tanganmu dan bersama-sama kita menempuh perjalanan yang penuh dengan suka duka.
Pandemi Corona ini memang menyulitkan kita semua, bukan hanya kamu dan saya saja. Semua lini terdampak. Sambil menunggu Corona sirna dan kita bisa kembali melihat indahnya dunia, terlebih khusus Indonesia, bagaimana kalau saya mengajakmu untuk berimajinasi, kita berandai-andai.
Jikalau nanti Corona sudah tiada, atau paling tidak tubuh semua manusia sudah mulai bisa menahan serangannya, kamu ingin pergi kemana? Kalau saya sudah punya beberapa destinasi yang ingin saya sambangi, bersyukur sekali kalau perjalanan itu bisa kita lakukan bersama.
Agar kamu tidak bertanya-tanya, berikut ini adalah beberapa tempat yang ingin saya kunjungi usai pandemi Corona ini berakhir:
Staycation di Jakarta
Tidak perlu jauh-jauh. Pertama kali yang ingin saya lakukan adalah kembali melihat gemerlapnya Jakarta. Saya ini memang memiliki hubungan “benci rindu” yang unik dengan ibu kota Indonesia ini. Di satu sisi ada hal yang membuat saya benci dengannya (seperti kemacetan), tapi di sisi lain saya juga rindu dengan banyak hal lainnya. Ada sebuah kalimat yang berbunyi ‘Bukan Jakarta namanya kalau tidak macet”. Sebuah pernyataan yang sulit dibantah.
Pertengahan April 2020 kemarin, saat sudah diperlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Jakarta oleh Pemprov DKI, saya sempat ditugaskan untuk pergi ke kantor di bilangan Thamrin. Ketika melewati Bundaran HI, saya sempat kagum sekaligus tertegun karena kawasan ini sepi sekali, tidak seperti biasanya. Pusat perbelanjaan tutup, trotoar sepi dari pedestrian, tidak banyak kendaraan yang melintas di jalanan, dan beberapa hotel ternama pun menutup layanannya. Saking sepinya, saya bisa mendengar pancuran air yang menari di Bundaran HI.
Saya percaya Jakarta akan kembali ramai pasca pandemi Corona berakhir. Semua hotel di Jakarta akan kembali beroperasi normal dan menawarkan banyak promo, warga akan kembali memadati jalan yang ada, dan pusat perbelanjaan akan hadir dengan berbagai macam diskon yang akan mengundang pengunjung untuk datang.
Untuk merayakan hal tersebut, saya ingin staycation di Hotel Indonesia saat akhir pekan. Saya tahu hotel ini mungkin tidak masuk kategori hotel dengan friendly budget, tapi saya yakin akan ada promo menarik yang ditawarkan dan tidak akan datang dua kali. Selain karena posisinya yang strategis, berada di jantung kota Jakarta, juga karena sejarahnya yang membuat saya ingin menginap di hotel bintang 5 pertama yang ada di Jakarta dan digagas oleh presiden pertama Indonesia, Presiden Soekarno. Rasanya 1 kali dalam seumur hidup saya harus merasakan sensasi menginap di sana.
Pasti seru memandang Jakarta yang kembali hidup dari jendela hotel ini. Malam minggu saya bisa melihat gemerlap Jakarta di malam hari dan keesokan harinya saya bisa melihat ratusan wajah penuh rasa sukacita pada momen CFD (Car Free Day). Duh, saya sampai tersenyum sendiri membayangkannya 🙂
Menatap Indahnya Merapi dan Bernostalgia di Jogja
Masih di daratan Pulau Jawa. Dari Jakarta saya akan pergi untuk melihat gunung paling aktif di dunia, yaitu Gunung Merapi. Salah satu tempat terbaik untuk melihat Gunung Merapi yang saya tahu adalah dari puncak Gunung Merbabu. Merapi terlihat utuh dari atas sana tanpa ada yang menghalanginya.
Saya sudah pernah melakukannya, inilah mengapa saya menuliskannya kembali, karena perjalanan menuju puncak Merbabu sangat seru dan pemandangan dari puncaknya tiada duanya. Saya ingin mengulang pengalaman indah itu, tapi kali ini saya ingin agar bisa menggapai puncak Merbabu bersamamu.
Kamu tahu tidak, saat menuliskan ini sebenarnya jiwa saya sudah terbang liar menuju Puncak Triangulasi, titik tertinggi yang ada di Merbabu, setelah sebelumnya singgah sebentar di Puncak Syarif? Usai Corona ini berakhir, saya ingin sekali menyatukan raga ini dengan jiwa yang sudah terlebih dahulu tertinggal di sana agar semuanya menjadi sempurna. Jika kita bisa berjalan bersama, pasti perjalanan ini akan menyenangkan.
Dari Merapi, saya ingin mampir dan istirahat sejenak di Jogja. Pendakian yang melelahkan tentunya membutuhkan tempat yang nyaman untuk mengembalikan fisik ke kondisi prima. Bagi saya, Jogja merupakan pilihan yang paling dekat dan paling tepat. Banyak sekali hotel murah di Jogja, bahkan ada yang letaknya berdampingan dengan pemukiman warga. Tak sulit rasanya untuk mencari tempat peristirahatan di sana.
Jogja adalah kota paling romantis yang ada di Indonesia versi saya. Keramahtamahan orang Jogja berhasil menyentuh saya tepat di hati ini. Nada bicara orang Jogja itu seperti nada orang yang sedang merayu dan sulit untuk menolak rayuan tersebut. Berinteraksi dengan orang-orang Jogja saya rasa bisa mengembalikan energai saya, tentunya ditambah dengan harga kulinernya yang murah dan rasanya yang enak.
Menikmati malam di Jogja sambil menyeruput Kopi Joss, ditambah dengan menyantap Mie Nyemek, merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Itulah beberapa alasan yang membuat saya tak pernah bosan untuk kembali ke Jogja.
Menyelami Keindahan Raja Ampat
Ada sebuah quote yang berbunyi, “Once a year, go somewhere you’ve never been before.”
Kalau hal tersebut dilakukan, pasti banyak pelajaran hidup yang bisa didapat. Kalimat itulah yang menjadi salah satu alasan saya ingin sekali berkunjung ke Raja Ampat. Saya belum pernah sama sekali mengunjungi tempat yang katanya menjadi surganya para wisatawan.
Keindahannya sudah merebak ke seluruh penjuru dunia, berbagai terstimoni positif sudah terlontar dari wisatawan mancanegara, rasanya saya harus pergi ke sana agar semua testimoni itu tidak hanya sekadar ‘katanya’.
Pasti asyik bisa melihat pulau-pulau kecil yang mencuat dan berjajar dengan formasi khusus di atas laut dengan warna gradasi airnya yang memesona di Pianemo. Tidak hanya itu, pasti akan menjadi pengalaman yang luar biasa kalau bisa berenang bersama black tip shark di salah satu sudut pantai di Wayag.
Menurut situs dive in, Raja Ampat melalui Cape Kri-nya merupakan salah satu dari 20 tempat menyelam terbaik di dunia. Di spot penyelaman itu kabarnya ada 374 jenis ikan yang berbeda, diantaranya seperti Manta Rays, Barrakuda dan Giant Trevallie. Kehidupan bawah lautnya begitu kaya.
Jika ingin merasakan ketenangan dengan melihat aktivitas biota laut yang membuatmu terperanjat, saya rasa tidak ada tempat yang lebih baik dari Cape Kri ini. Live on Boat alias tinggal di atas kapal selama beberapa hari menjadi salah satu pilihan untuk melengkapi kenikmatan penyelaman tersebut.
Bersantai di Pulau Adranan
Mungkin kamu bertanya-tanya dimana letak Pulau Adranan. Pulau cantik dan tak berpenghuni ini ada timur Indonesia, tepatnya di Pulau Kei, Maluku Tenggara. Sekitar tahun 2018, saya mengunjungi pulau ini saat singgah di Pulau Kei. Sebelum kembali ke Ambon dan meneruskan perjalanan kembali ke Jakarta, saya meninggalkan potongan hati saya di pulau tersebut.
Ukuran pulaunya sendiri tidak terlalu besar, mungkin hanya seluas 2x lapangan futsal. Namun keindahan dari kombinasi pasir putih dan biru air lautnya mampu membuat saya terpikat. Gambar akan keindahan pulau ini tetap tersimpan di dalam pikiran ini meskipun sudah 2 tahun berselang.
Bila Corona sudah berakhir, ingin sekali rasanya kembali ke sana dan mengambil kembali potongan hati yang sengaja saya tinggalkan di sana. Bersantai di pinggir pantainya sambil menyantap semangkuk papeda merupakan hal yang paling ingin saya lakukan saat kembali ke sana. Sudah pernahkah kamu menyantap Papeda di pinggir pantai yang cantik?
*****
Itu tadi beberapa destinasi pilihan saya beserta aktivitas yang ingin saya lakukan. Bagaimana? Ada yang cocok denganmu? Kalau pandemi ini sudah berakhir, saya berharap kita bisa jalan bersama lagi.
Setiap malam saya selalu berdoa dan merenung. Dalam perenungan itu juga biasa saya memutar sebuah lagu dari Michael Jackson yang berjudul Heal The World. Dalam lagu itu sang maestro berkata:
“Heal the world
Make it a better place
For you and for me
And the entire human race”
Ya, sekarang memang kita dan beberapa orang lainnya sedang berduka dan menderita. Mungkin alam pun merasakan yang sama dan sedang ‘menyembuhkan diri’ dengan caranya sendiri. Namun aku percaya, ada sukacita yang menunggu di depan sana untuk kita semua. Sambil menunggu itu, yuk tetap bantu mereka para tenaga medis yang sedang berjuang di luar sana dengan tetap #diRumahAja.
Terus berusaha dan berdoa ya. Sampai jumpa lagi nanti 🙂
Salam rindu,
Darius Go Reinnamah
Pergilah ke suatu tempat agar nantinya kamu bisa menceritakan sesuatu, bukan hanya sekadar memamerkan kamu pernah ke sana.
–Unknown