Tanya Jawab Seputar Perjalanan ke Way Kambas
Puji Tuhan, setelah sekian lama hanya mendengar soal Taman Nasional Way Kambas (mungkin sudah sejak jaman masih SD), akhirnya pada Desember 2018 kemarin saya bisa melakukan perjalanan ke Way Kambas (untuk mempermudah pembaca, saya akan menyingkat “Taman Nasional Way Kambas” menjadi “Way Kambas” saja) dan menjejakkan kaki di taman nasional yang menjadi salah satu rumah bagi para Gajah Sumatera di Indonesia ini *iya, saya tahu tulisan ini dibuatnya terlalu lama setelah keberangkatan saya itu*.
Senang sekali rasanya bisa melihat gajah secara langsung di habitatnya dan juga bermain bersama mereka. Saya yakin dan percaya ada banyak juga voyagers di sini yang ingin melakukan perjalanan ke Way Kambas seperti yang sudah saya lakukan, tapi mungkin masih bingung bagaimana cara untuk bisa ke sana dan persiapan apa saja yang perlu dilakukan.
Saya pun awalnya seperti itu. Berangkat dari informasi yang kurang jelas di internet, saya bersama Billy, rekan perjalanan saya, “nekat” melakukan perjalanan ke Way Kambas. Untungnya, setibanya saya di Lampung, saya dan Billy bertemu dengan Bang Indra, blogger hits dan juga “penguasa” Lampung, yang menuntun saya untuk bisa melakukan perjalanan ke Way Kambas.
Tidak ingin informasi itu hilang begitu saja setelah pulang kembali ke Jakarta dan juga agar bisa membantu kalian yang ingin melakukan perjalanan ke Way Kambas, berikut ini sedikit informasi mengenai perjalanan tersebut yang saya rangkum ke dalam format tanya jawab.
Selamat membaca ya 🙂
*Catatan: Tulisan ini dibuat untuk membantu perjalanan kalian dari Bandar Lampung ya. Untuk info mengenai cara menuju ke Bandar Lampung dari kota asal, silakan googling sendiri.
Way Kambas itu Ada Dimana?
Untuk kalian yang belum tahu, Way Kambas itu terletak di Kabupaten Lampung Timur, Lampung, atau kurang lebih sekitar 2-3 jam dari Bandar Lampung via jalur darat. Untuk melihat seberapa jauh jaraknya, silakan buka google maps ya.
Memangnya Untuk Mencapai Way Kambas itu Harus dari Bandar Lampung?
Tidak juga. Namun karena waktu itu saya pergi ke Lampung dengan menggunakan kereta dari Palembang, maka saya tibanya di Bandar Lampung dan melakukan perjalanan dari sana. Untuk yang pergi ke Lampung dengan moda transportasi pesawat pun akan memulai titik keberangkatan dari Bandar Lampung.
Jika kalian menuju ke Lampung dengan menggunakan kapal laut dari Bakauheni, kalian pun bisa menuju ke Way Kambas dari sana tanpa harus ke Bandar Lampung terlebih dahulu. Jalur yang kalian lewati nantinya adalah Lampung Timur. Ada Bus DAMRI kok yang menuju ke sana dari Bakauheni.
Untuk Melakukan Perjalanan ke Way Kambas, Enaknya Naik Apa?
Ada banyak cara di era yang sudah begitu maju ini. Untuk kalian yang memiliki berkat lebih dan tidak ingin repot, kalian bisa menyewa mobil + supir untuk mengantar kalian ke sana, atau juga bisa menggunakan taksi online. Dengan cara ini, kalian hanya perlu duduk manis sambil sesekali tertidur ketika mobil melaju ke sana.
Namun karena saya adalah tipe orang yang lebih suka membaur dengan masyarakat umum (dibaca: tipe yang menghemat pengeluaran alias #sobatMisqueen), saya lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum untuk melakukan perjalanan ke Way Kambas.
Oh, Ada Angkutan Umum, ya? Bisa Dijelaskan Jenis dan Rutenya?
Oh, tentu bisa dong. Saya pergi dengan menggunakan angkutan umum jenis bus, lebih tepatnya Bus DAMRI. Busnya pun cukup nyaman karena ber-AC, persis seperti Bus Trans Jakarta. Kalian bisa naik Bus DAMRI ini dari Terminal Rajabasa. Ada 2 jam keberangkatan menuju ke arah Way Kambas, yaitu pukul 07:00 WIB dan pukul 14:30 WIB. Jalurnya pun sudah mulus, jauh lebih mulus bila dibandingkan dengan rute menuju Kiluan. Tarifnya kurang lebih Rp 30.000/orang sekali jalan dan terminal busnya pun cukup besar dan nyaman.
Dulu memang ada rute DAMRI Bandar Lampung – Way Kambas, tapi sekarang rute ini sudah hilang entah kemana. Itulah kenapa saya menulisnya “… keberangkaran menuju ke arah Way Kambas”. Kalau melihat beberapa tulisan di internet, kalian akan diarahkan menuju Pasar Tridatu dan dilanjutkan dengan ojek untuk masuk ke kawasan Way Kambas. Namun saya tidak melakukan hal tersebut. Alih-alih turun di Pasar Tridatu, saya malah turun di Plangkawati, lebih tepatnya di depan SD Negeri 1 Labuhan Ratu VII. Lama perjalanan kurang lebih 2-3 jam (tergantung kondisi jalan).
Oh ya, dari Bakauheni pun ada bus langsung menuju ke arah Way kambas, hanya saya rutenya berbeda dengan yang dari Bandar Lampung dan saya pun tidak tahu berapa tarif serta lama perjalanannya.
Sampai di Plangkawati, Lalu Harus Kemana dan Naik Apa?
Sampai di Plangkawati, saya dan Billy langsung dijemput oleh Mas Sunandar. Mas Sunandar ini merupakan warga Desa Labuhan Ratu Tujuh, Dusun Margahayu, Kabupaten Lampung Timur, yang rumahnya berbatasan langsung dengan salah satu “dinding” Way Kambas. Kepleset sedikit, langsung masuk deh ke wilayah Hutan Way Kambas. Dengan berbonceng 3 layaknya cabe-cabean, saya dan Billy dibawa oleh Mas Nandar menuju rumahnya untuk istirahat sekaligus makan siang.
Menjelang sore, barulah saya masuk ke Way Kambas untuk melihat para gajah di Way Kambas, lagi-lagi berbonceng 3 dengan menggunakan sepeda motor. Perjalanan dari rumah Mas Nandar ke Way Kambas lewat pintu masuknya (bukan lewat hutan di sebelah rumahnya), tidak sampai 15 menit. Oh ya, saya mendapat info mengenai Mas Sunandar ini dari Bang Indra. Dialah yang menjadi guide dan penjaga kami selama di Way Kambas.
Sebagai info, Way Kambas ini memiliki 3 SPTN (Seksi Pengelolaan Taman Nasional) yaitu SPTN I Way Kanan, SPTN II Bungur, dan SPTN III Kuala Penet. Nah, jalur Pasar Tridatu itu umumnya akan membawa kalian menuju pintu masuk Plang Ijo (Labuhan Ratu IX) yang merupakan bagian dari SPTN I Way Kanan. Sedangkan dari tempat Mas Nandar, kalian akan dibawa masuk melalui Gerbang Margahayu (Labuhan Ratu VII) yang merupakan bagian dari SPTN III Kuala Penet.
Jika lewat Pasar Tridatu, jarak menuju Plang Ijo (gerbang masuk) adalah ±7 km dan ke arah PLG sejauh ±11 km. Sedangkan lewat Desa Labuhan Ratu VII, jarak yang ditempuh untuk masuk Margahayu (pintu masuk) adalah ±3 km dan dilanjutkan ke arah PLG sejauh ±2 km. Kedua jalur tersebut bisa dilewati dengan mobil dan atau motor.
Apa Saja yang Bisa Dilakukan di Way Kambas?
Di Way Kambas itu ada yang namanya PLG alias Pusat Latihan Gajah, di sinilah biasanya pengunjung akan datang dan melihat gajah-gajah dengan berbagai ukuran secara langsung. Di PLG ini ada kandang yang berukuran sangat besar dan terlihat lebih alami bila dibandingkan dengan kandang gajah yang ada di kebun binatang. Di kandang tersebut kalian bisa melihat gajah main, ngobrol dan makan. Bahkan kalian bisa main bersama mereka dan memberi mereka makan.
Terdapat pula area untuk melatih para gajah dan di sana kalian bisa menunggangi gajah itu. Saya sih tidak menyarankan untuk naik gajah. Nikmatilah gajah dengan cara tidak menungganginya. Biarkanlah hanya pawang yang boleh menungganginya untuk tujuan-tujuan tertentu.
Ada juga kolam mandi gajah, jadi setiap sore kalian bisa melihat pawang memandikan para gajah di kolam ini. Tidak jauh dari kolam, ada juga Rumah Sakit Gajah. Di sinilah gajah-gajah yang cedera akan dirawat. Rumah Sakit Gajah di Way Kambas ini yang terbesar lho di Asia Tenggara. Salah satu gajah yang pernah menghuni rumah sakit ini adalah Erin. Kalian bisa membaca kisah Erin DI SINI.
Salah satu hal yang paling saya suka di Way Kambas dan tidak banyak orang yang tahu adalah menikmati sunset. Pemandangan matahari terbenam di Way Kambas ini cantik banget. Sayang kalau datang ke sini tapi tidak bisa menikmati sunset-nya.
Sebagai info tambahan, di Way Kambas itu ada 2 jenis gajah. Saya menyebutnya gajah yang akrab dengan manusia dan gajah yang tidak akrab dengan manusia. Gajah yang akrab dengan manusia ini ada di PLG Way Kambas, sedangkan yang tidak akrab atau kita sebut saja liar, tersebar di area hutan Way Kambas yang luasnya mencapai 1.300 km².
Apakah Ada Penginapan di Way Kambas atau Harus Pulang Pergi?
Untuk yang tidak punya waktu banyak, kalian bisa pulang pergi dengan cara datang pagi dan pulang saat sore hari. Namun bila ingin menginap di Way Kambas, bisa juga kok. Terdapat penginapan yang bernama Mahout Guest House, letaknya persis di sebelah kandang gajah dan di depan kolam. Mahout itu sebutan untuk pawang. Tarif menginapnya kalau tidak salah adalah Rp 250.000 per malam.
Saya sendiri sudah melihat langsung penginapan tersebut. Penginapannya cukup bagus dan tersedia beberapa kamar yang besar. Di dalam kamar ada 2 kasur, kipas angin, meja, kursi dan loker. Ya, xoxo lah. Ada juga dapur komunal yang bisa digunakan bersama-sama. Untuk membaca review mengenai penginapan di Way Kambas alias Mahout Guest House, silakan baca tulisan saya DI SINI ya.
Adakah Penginapan di Luar Way Kambas tapi Tidak Jauh Dari Sana?
Ada. Kalau tidak salah namanya adalah Satwa Sumatera Elephant Eco Lodge yang harga menginap per malamnya adalah ±Rp 600.000. Saya sih lebih memilih menginap di rumah Mas Sunandar. Seperti yang saya bilang tadi, Mas Nandar ini rumahnya di Dusun Margahayu, Desa Labuhan Ratu Tujuh, salah satu desa penyangga Way Kambas. Tinggal dan hidup di rumah warga selama 2 malam merupakan pengalaman yang tidak bisa saya tolak. Daripada tidur di penginapan yang ada di Way Kambas, lebih baik bercampur dengan penduduk setempat. Ya, kan?
Dari Tadi Bicara tentang Mas Sunandar, Siapa Sih Dia dan Apa Kelebihan Bila Menginap dan Diajak Keliling oleh Dia?
Mas Nandar merupakan seorang warga Desa Labuhan Ratu VII, Lampung Timur, yang tergabung dalam sebuah Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) bernama Gerbang Way Kambas. Sedari kecil, Mas Nandar ini sudah akrab sekali dengan gajah, terutama dengan gajah di Way Kambas. Dia sudah tahu rasanya menjaga sawah yang “diserang” oleh gajah, serunya menghalau gajah yang masuk desa, “mencekamnya” suasana saat gajah persis berada di belakang rumahnya dan melahap pohon pisang yang ada di kebunnya dan masih banyak pengalaman lainnya bersama gajah.
Bersama beberapa warga yang tergabung dalam Pokdarwis Gerbang Way Kambas, Mas Nandar mengembangkan pariwisata berbasis ekowisata (ecotourism) dan ia membuka rumahnya untuk dijadikan sebagai tempat menginap. Ia sadar kalau gajah-gajah ini tidak hanya mendatangkan keburukan bagi dirinya, tapi bila dilihat secara jeli, gajah-gajah ini pun mendatangkan keuntungan bagi dirinya.
Selain membuka rumahnya sebagai tempat menginap, Mas Nandar pun menjual jasa untuk mendampingi tamu berkeliling Way Kambas. Pengalamannya dalam menghadapi gajah tidak perlu diragukan lagi.
Apa poin lebih dari jasa Mas Nandar ini? Yang pertama adalah cerita. Buat saya, perjalanan bukan hanya melihat suatu objek, tapi saya juga harus tahu cerita dibalik objek tersebut dan Mas Nandar ini memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang gajah dan Way Kambas. Tidak hanya itu, Mas Nandar pun pencerita yang baik. Selama saya berada di sana, saya mendapat banyak insight dari dia.
Kedua, masakan istrinya enak banget. Selama saya di sana, saya bisa request masakan rumahan yang saya mau. Rumahnya Mas Nandar pun nyaman. Ada kelambu di atas tempat tidur dan listrik pun tersedia dengan baik.
Ketiga adalah bonding. Menginap di penginapan itu berbeda rasanya dengan menginap di rumah warga. Nuansa kekeluargaan begitu terasa di rumah Mas Nandar dan juga di lingkungan sekitarnya (tetangganya). Aroma pedesaan masih sangat kental di Desa Labuhan Ratu VII ini.
Yang paling pamungkas adalah adanya paket wisata untuk berkunjung ke ERU (Elephant Response Unit). ERU merupakan salah satu unit yang masuk ke dalam bagian Taman Nasional Way Kambas. Letaknya jauh dari PLG dan untuk mencapainya harus berjalan kaki dari rumah Mas Nandar (disinilah serunya). Dalam perjalanan ke ERU kalian bisa merasakan asyiknya masuk hutan, melewati sungai, berjalan di lumpur, melihat gajah liar (gajah yang tidak akrab dengan manusia) dan fauna-fauna lainnya yang ada di Way Kambas, memandikan gajah, dan mendapatkan cerita mengenai apa itu fungsi ERU. Cerita soal ERU ini akan saya tulis secara terpisah karena memang seru banget.
Kalau Saya Tertarik Untuk Menggunakan Jasa Mas Nandar, Adakah Biayanya dan Bagaimana Cara Menghubunginya?
Oh, tentu saja ada biaya yang harus kalian keluarkan. Desember 2018 kemarin, biaya yang saya keluarkan selama 3 hari 2 malam untuk menginap dan menggunakan jasa Mas Nandar bisa kalian lihat DI SINI. Yang perlu diingat, biaya ini bisa berubah sewaktu-waktu ya. Dan info tambahan yang perlu kalian tahu juga, sudah banyak orang asing atau artis yang menggunakan jasa Mas Nandar ini ketika ingin bermain ke Way Kambas. Soal pelayanan, Mas nandar ini TOP banget.
Untuk menghubungi Mas Nandar, silakan DM ke IG-nya DI SINI atau kalian bisa menghubungi via telp & WA di nomor 081274251354
Apakah Jam Keberangkatan Bus Dari Way Kambas Menuju Bandar Lampung itu Sama seperti Jam Keberangkatan dari Bandar Lampung ke Way Kambas?
Kalau ini saya kurang tahu. Namun waktu itu saya pulang jam 08:00 WIB dengan menggunaka Bus DAMRI dari Plangkawati. Saya diantar langsung oleh Mas Nandar ke tempat penjualan loket busnya.
Okay, Terima Kasih Ya Infonya.
Sama-sama. Kalau dirasakan masih ada info yang kurang, silakan bertanya di kolom komentar ya.
******
Itu tadi sedikit sharing seputar pengalaman saya dan Billy ketika melakuka perjalanan ke Way Kambas. Ingat ya, wisata yang ditawarkan oleh Mas Nandar ini berbasis ekowisata yang tujuannya memberikan wawasan seputar lingkungan (dalam hal ini hutan, warga dan gajah), melihat alam lebih dekat, menikmati keasliannya dan membuat kalian jatuh cinta dengan alam. Akomodasi dan fasilitas lainnya dalam ekowisata umumnya tidaklah glamor atau mewah seperti paket wisata pada umumnya.
Jika kalian datang ke rumah Mas Nandar dalam jumlah banyak dan menggunakan kendaraan umum, kalian tidak perlu khawatir, Mas Nandar bisa memanggil teman-temannya sebagai jasa ojek untuk mengantar kalian. Kalau bawa mobil pribadi, malah lebih bagus 🙂
How do you think we can preserve the environment and culture while traveling? What steps will you take to reduce your wear on nature and local cultures?
–unknown