Itinerary Pelesir Lombok 8 Hari 7 Malam (Bagian 1)
Pelesir memiliki arti bersenang-senang atau mencari kesukaan. Ya, itulah yang saya lakukan saat libur lebaran kemarin, ketika kasus Covid sudah mulai berkurang dan pemerintah pun sudah mengizinkan warganya untuk bisa mudik dan atau berjalan-jalan (dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan). Bersama 4 orang teman yang setia menemani saya berkeliling Indonesia, berikut ini adalah rincian perjalananan pelesir Lombok yang kami lakukan selama kurang lebih 8 hari 7 malam
Pelesir Lombok Hari Pertama
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
17:00 - 17:15 | Tiba di Lombok dan menunggu jemputan |
17:15 - 18:00 | Perjalanan ke Loka Lombok di daerah Kuta |
18:00 - 20:00 | Workout |
20:00 - 21:00 | Perjalanan ke Sate H. Hajat |
21:00 - 22:00 | Makan sate |
22:00 - 22:30 | Perjalanan ke penginapan di Ampenan dan Istirahat |
Itinerary pelesir Lombok di hari pertama ini dimulai dengan saya melakukan perjalanan seorang diri. Keempat teman saya baru menyusul keesokan harinya. Sebenarnya di hari pertama ini saya tidak ingin melakukan kegiatan apa-apa. Sudah sengaja memilih penerbangan paling sore agar tiba di Lombok malam hari, tapi beberapa hari sebelum keberangkatan ternyata penerbangan saya di reschedule oleh maskapai ke jam 13:20 WIB dari Jakarta. Alhasil saya pun harus memikirkan sebuah tempat untuk saya tuju di hari pertama ini (selain penginapan tentunya).
Tidak ingin nyolong start dengan melakukan perjalanan terlebih dahulu, saya pun meminta diantar oleh Denny (guide saya selama di Lombok) ke Loka Lombok di daerah Kuta Mandalika. Buat kalian yang mungkin suka olahraga Cross Training atau HIIT seperti saya, Loka Lombok merupakan tempat yang paling tepat untuk melakukannya.
Mengusung konsep Gym and Restaurant, Loka Lombok menawarkan tempat latihan yang cukup nyaman dengan peralatan yang terbilang cukup lengkap. Tidak hanya tempat latihan, Loka Lombok pun menyediakan sauna dan ice bath untuk recovery pasca latihan. Restorannya sendiri menjual banyak jenis makanan sehat. Tempat olahraga dan makanan sehat merupakan kombinasi yang bagus banget, kan? Untuk lebih detilnya, kalian bisa langsung periksa Instagramnya DI SINI.
Selesai berlatih, saya memilih untuk tidak makan di Loka. Dari Lombok Selatan, saya dibonceng Denny membelah aspal jalan menuju Sate H. Hajat di pinggir kota Mataram. Sate H. Hajat ini cukup enak dan sate kambingnya tidak bau sama sekali. Saya pun mengisi tenaga di tempat ini sebelum akhirnya berangkat ke Ampenan untuk menginap di rumah seorang teman.
Pelesir Lombok Hari Kedua
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
08:50 - 09:00 | Berangkat ke Nasi Campur Bu Suta |
09:00 - 09:15 | Berangkat ke Sate Mertayoga untuk membeli Sate Babi |
09:15 - 10:00 | Perjalanan menjemput teman-teman di bandara |
10:00 - 11:40 | Perjalanan menuju air terjun Benang Kelambu |
11:40 - 11:50 | Trekking ke air terjun Benang Kelambu |
11:50 - 13:30 | Main di air terjun Benang Kelambu dan makan siang |
13:30 - 13:45 | Trekking ke air terjun Seseri |
13:45 - 14:30 | Main di air Terjun Seseri |
14:30 - 14:40 | Trekking ke air terjun Kliwun |
14:40 - 15:00 | Main di air terjun Kliwun |
15:00 - 15:30 | Trekking kembali ke parkiran dan berganti pakaian |
15:30 - 16:50 | Perjalanan ke Pasar ACC Mataram |
16:50 - 17:00 | Belanja di Pasar ACC Mataram |
17:00 - 17:10 | Perjalanan ke Lafa dan membeli makanan lainnya |
17:10 - 17:15 | Perjalanan ke Taliwang Ifa |
18:13 - 19:30 | Makan malam di Taliwang Ifa |
19:30 - 21:00 | Belanja ke supermarket yang dilanjutkan dengan perjalanan ke Vila Mataano untuk beristirahat |
Inilah hari sebenarnya pelesir Lombok dimulai. Sekitar pukul 09:00 WITA, saya dan Denny berangkat menuju bandara LOP untuk menjemput teman-teman lainnya. Dari bandara, kami akan langsung berangkat ke tujuan wisata alam yang pertama.
Namun karena saat itu masih bulan puasa dan takut tidak ada yang menjual makanan saat meng-explore wisata alam yang ada di Lombok, maka kami memutuskan untuk membungkus makanan yang lokasinya berada di kota Mataram.
Makanan apa yang kami bungkus? jawabannya adalah babi. Meskipun mayoritas warga Lombok beragama Islam dan pulau ini pun mendapatkan julukan pulau 1000 masjid, tetap ada kok makanan non-halal-nya. Jadi buat kalian yang suka makan babi, kalian tidak perlu khawatir tidak menemukannya di Lombok ini.
Terletak di daerah komplek Hindu Bali di Mataram Barat, kami bergegas menuju ke warung Bu Suta. Di warung ini ia menjual nasi campur yang enak banget, khususnya babi gulingnya. Usai membungkus beberapa nasi untuk bekal makan siang, kami berpindah ke Warung Sate Mertayoga untuk memburu sate babi, seperti sate lilit dan sate kulit lainnya, yang disajikan dengan sambal matah.
Sebenarnya di tempat Bu Suta pun ada satenya juga, hanya saja masih kurang enak bila dibandingkan dengan sate yang dijual di Warung Sate Mertayoga (menurut pendapat pribadi saya setelah mencobanya).
Setelah makanan terbungkus dengan rapi, mobil langsung diarahkan ke bandara untuk menjemput keempat teman saya. Dari bandara, kami langsung berangkat menuju Air Terjun Benang Kelambu.
Untuk mencapai Air Terjun Benang Kelambu di Desa Aik Berik, Lombok Tengah, kami harus berkendara selama kurang lebih 1 jam 30 menit dari bandara. Ada 2 cara untuk mengunjungi air terjun ini yaitu lewat jalur depan dan yang kedua lewat jalur belakang. Kami lebih memilih lewat jalur belakang. Kenapa?
Jalur depan memang lebih cepat sampai bagi kendaraan dan bisa bertemu dengan air terjun lainnya (Benang Stokel) ketika trekking. Hanya saja trekking-nya akan sedikit lebih panjang. Sedangkan lewat jalur belakang, kendaraan yang digunakan akan sedikit bersusah payah terlebih dahulu, tapi trekking-nya menjadi jauh lebih cepat dan mudah. Sayangnya, jika melewati jalur belakang ini, kalian tidak akan bertemu dengan Air Terjun Benang Stokel.
Begitu sampai di lokasi parkir jalur belakang, kami pun langsung berganti alas kaki dan segera trekking ke air terjun Benang Kelambu (tentunya dengan membawa nasi yang sudah dibungkus tadi).
Tidak perlu waktu lama, setelah 10 menit berjalan menuruni area bukit dan melewati sebuah jembatan kayu, kami langsung tiba di salah stau air terjun paling cantik yang ada di Lombok.
Air terjunnya sendiri cukup unik karena areanya cukup luas dan jatuhnya air melewati lebatnya tanaman hijau yang menyelimuti bebatuan. Terdapat kurang lebih 4 tingkatan air terjun sebelum akhirnya air tersebut bermuara di sebuah kolam buatan yang bisa digunakan pengunjung untuk berendam.
Sebelum bermain air di sana, kami makan siang terlebih dahulu supaya mainnya lebih bertenaga. Waktu untuk bermain air lebih banyak kami habiskan di kolam, sedangkan di area curahan airnya kami hanya menghabiskan waktu sebentar untuk berfoto.
Puas bermain di Benang Kelambu, kami kembali ke jembatan kayu tadi. Bukan untuk kembali ke lokasi parkir, melainkan turun ke bawah jembatan untuk trekking menuju air terjun selanjutnya, yaitu air terjun Seseri.
Sumpah, jalur menuju AIr Terjun Seseri ini adventurous banget. Kami harus melewati aliran sungai, tanah yang lembab, pohon-pohon yang berdiri rapat, serta pipa besar yang dipasang untuk mengalirkan air ke desa-desa setempat. Perlu hati-hati saat trekking di sini karena takutnya ada pacet alias lintah yang menempel di anggota tubuh seperti yang saya dapatkan ketika tiba di air terjun Seseri.
Air terjunnya sendiri terbilang biasa saja, hanya ada 2 jalur curahan air (besar dan kecil) yang jatuhnya pun dari tempat yang tidak terlalu tinggi. Debit airnya cukup besar dan terdapat kolam dangkal di tempat jatuhnya air. Terdapat 1 batu besar di depan kolam yang seolah hadir untuk tempat duduk bagi pengunjung yang mau berfoto di depan air terjun ini.
Kenyang dengan pemandangan indah dari Air Terjun Seseri, kami melanjutkan trekking ke air terjun berikutnya yaitu AIr Terjun Kliwun (bukan Kliwon ya). Letaknya lebih di atas dari air terjun Seseri dan jalurnya juga masih cukup seru.
Terdapat 2 tebing tinggi di kiri dan kanan jalan yang akan menyambut kalian jika memang berniat bermain ke air terjun ini. Dari ketiga air terjun (Benang Kelambu, Seseri, dan Kliwun), debit air paling deras mungkin ada di air terjun ini. Benang Kelambu memang memiliki banyak curahan, hanya saja tiap curahan airnya tidak ada yang sebesar dan sederas di Kliwun ini.
Kami tidak bermain terlalu lama di sini karena hari pun mulai beranjak gelap. Selesai memenuhi media penyimpanan di telepon genggam dengan gambar-gambar di Air Terjun Kliwun, kami langsung trekking kembali menuju ke parkiran, dengan melewati jalur yang sama seperti ketika kami berangkat ke Kliwun ini.
Bermain air di air terjun itu menyenangkan sekaligus melelahkan. Oleh sebab itu, dari area parkir Air Terjun Benang Kelambu kami langsung kembali ke kota Mataram untuk berburu takjil dan menu berbuka puasa. Ya, kami datang di akhir-akhir bulan Ramadhan (hanya 2 hari menjelang lebaran) dan ada salah satu di antara kami yang juga sedang menunaikan ibadah puasa.
Dari air terjun Benang Kelambu mobil dipacu cepat menuju pasar ACC Mataram. Di pasar tradisional inilah kami berbelanja makanan-makanan kecil khas Lombok seperti Sarimuka, Abok, Sui, dan kacang hijau. Tidak jauh dari Pasar ACC Mataram, kami mampir ke sebuah ruko milik keluarga keturunan arab yang menjual jus kurma dan martabak Arab. letak pasar dan toko bernama Lafa ini tidaklah terlalu jauh.
Hasil semua jajanan tersebut lantas kami bawa ke Warung Makan Taliwang Ifa. Menurut penuturan Denny, warung Taliwang inilah yang paling enak di Mataram. Terletak di ujung Jl. Selaparang, tepat di sebelah Pura Mayura, di sanalahkami duduk dan memesan ayam Taliwang sebagai menu berbuka puasa.
Rasa ayam Taliwang ini memang juara. Dagingnya renyah, pelecing kangkungnya gurih, sambalnya manis pedas dan terong bakarnya juga tidak boleh terlewat. Dengan perut kenyang dan hati senang, kami pulang ke penginapan Vila Mataano di daerah Senggigi.
Catatan:
- Waktu kami berkunjung ke Benang Kelambu via jalur belakang, kami tidak bayar karena tidak ada yang jaga.
- Untuk trekking di air terjun ini disarankan menggunakan sandal gunung.
Hari Ketiga
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
08:50 - 09:20 | Berangkat ke Kota Tua Ampenan untuk Sarapan |
09:20 - 09:50 | Makan Nasi Kuning di Kota Tua Ampenan |
09:50 - 10.55 | Perjalanan ke Kuta Mandalika |
10:55 - 12:00 | Menikmati Bukit Seger |
12:00 - 12:15 | Perjalanan ke Goa Sumur |
12:15 - 13:05 | Main di dalam Goa Sumur |
13:05 - 13:15 | Perjalanan ke Siwa untuk makan siang |
13:15 - 14:40 | Makan siang di Siwa |
14:40 - 15:00 | Perjalanan ke Pantai Mawun |
15:00 - 15:30 | Santai di Pantai Mawun |
15:30 - 15:45 | Perjalanan ke Pantai Selong Belanak |
15:45 - 18:30 | Bersantai dan menikmati Sunset di Pantai Selong Belanak |
18:30 - 20:30 | Perjalanan ke Mataram |
20:30 - 21:30 | Makan malam di Warung Hongkong |
21:30 | Kembali ke penginapan dan beristirahat |
Kami memulai Pelesir Lombok hari ketiga masih dengan cukup santai. Berangkat jam 09:00 dari daerah Senggigi, kami mampir sebentar ke daerah Kota Tua Ampenan untuk sarapan. Seperti namanya, Kota Tua Ampenan ini merupakan sebuah area dengan bangunan-bangunan tua yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Salah satu menu sarapan yang spesial di sini adalah nasi kuning.
Apa yang membedakan nasi kuning di sini dengan nasi kuning yang ada di Jakarta? ‘Asesoris’ pendampingnya. Di sini kalian wajib makan nasi kuning dengan Olah-olah. Buat yang belum tahu olah-olah, itu merupakan kumpulan sayuran seperti: Pakis, Rebung, Sawi Putih dan juga Kangkung, yang direbus dan disajikan dengan menggunakan santan. Rasanya sungguh enak banget.
Begitu tenaga terisi, dari Ampenan, kami bertolak menuju kawasan Kuta Mandalika. Kemeriahan event perdana MotoGP yang dilaksanakan pada bulan Maret 2022 di Indonesia membuat kami tidak ingin melewatkan kunjungan ke arena balap paling bagus di Indonesia ini.
Perjalanan berjalan sangat lancar menuju Kuta Mandalika. Area perbukitan yang membentang dari bandara hingga ke Kuta dibelah dengan rapi oleh pemerintah dan dibangun jalan aspal yang solid dan lurus. Area sirkuit begitu luas dan masih terlihat pembangunan di setiap sisinya (belum rampung 100%).
Demi bisa menikmati pemandangan terbaik sirkuit ini dari area luar (karena perlu izin khusus kalau mau masuk ketika sedang tidak ada event), kami memilih untuk mendaki Bukit Seger. Dari atas bukit ini, kami bisa melihat salah satu sudut terbaik dari sirkuit balap ini, di mana terpampang jelas tulisan besar Pertamina dan juga bukit 360.
Di Bukit Seger yang bisa didaki kurang dari 15 menit ini pula kami bisa menikmati pemandangan birunya laut Lombok yang memesona, tepat di sebelah sirkuit Mandalika. Bersisian dengan Bukit Seger, terdapat pula bukit kecil lainnya yang diberi nama Bukit Marquez. Nama itu diberikan setelah pembalap Moto GP asal Spanyol itu sering mendaki dan melakukan selfie ketika tiba di Lombok ini. Jika mau, kalian pun bisa mendaki Bukit Marquez ini.
Selesai dimanjakan dengan pemandangan indah Sirkuit Mandalika dan sudah tak tahan juga dengan terjangan sinar matahari yang mendekap kulit tanpa ada halangan, kami pun bergerak menuju desa Prabu. Sekitar pukul 12:00 – 14:00 WITA merupakan waktu terbaik untuk mampir ke salah satu destinasi terbaik di desa ini, yaitu Goa Sumur atau dikenal juga dengan nama Mystical Cave atau Goa Kelelawar.
Diberi nama Goa Sumur karena memang bentuknya seperti sumur. Lubang untuk masuk ke dalam goa berada di atas dan goanya tepat berada di bagian bawah. Apa yang kami lakukan di sini? Berburu cahaya. Itu alasan mengapa saya bilang waktu terbaik untuk mengunjungi tempat ini adalah pukul 12:00 – 14:00 WITA. Karena dalam rentang waktu tersebut cahaya akan masuk dari mulut goa hingga masuk ke dasar goa. Saat itulah waktu terbaik untuk berfoto di dalam goa.
Bagi kalian yang takut akan ketinggian, mungkin harus sedikit berhati-hati karena kalian perlu menuruni tangga yang cukup panjang dan curam sebelum tiba di dasar goa. Selain itu goa ini merupakan rumahnya para kelelawar. Jadi jangan heran kalau goa ini akan sangat bau karena kalian akan menemukan banyak kotoran kelelawar di sini.
Sudah puas dengan pengalaman yang didapat di Goa Sumur, kami pun kembali ke parkiran dan beranjak ke Siwa Cliffs, sebuah restoran yang berlokasi di pinggir tebing dan masih di area desa Prabu. Makan siang dengan pemandangan daerah Kuta dari restoran ini merupakan pilihan yang tepat. Meskipun harga makanan dan minuman agak sedikit mahal di tempat ini, tapi itu semua terbayar dengan tempatnya yang nyaman dan pemandangannya yang luar biasa indah. Toiletnya pun sangat bersih.
Bagi kalian para sosialita, saya berani jamin kalian tidak boleh melewatkan Siwa Cliffs ini sebagai tempat yang harus dikunjungi. Kapasitas tempat ini pun cukup besar, jadi jangan takut tempat ini akan penuh.
Bertolak dari Siwa Cliffs, kunjungan kami berikutnya adalah rangkaian pantai. Total ada 3 pantai yang akan kami kunjungi hingga matahari terbenam. Pantai pertama yang kami kunjungi setelah makan siang adalah Pantai Mawun yang terletak di Selatan Lombok.
Pantai dengan pasir putih halus dan biru air lautnya ini memang sudah lama ingin saya kunjungi. Melengkung indah membentuk huruf C bila dilihat dari atas, dengan dilindungi 2 perbukitan nan gagah di sisi kiri dan kanannnya, menjadikan Pantai Mawun memiliki ombak yang cukup tenang dengan pemandangan yang memanjakan mata.
Apa yang kami lakukan di Pantai Mawun ini? Hanya duduk-duduk saja menikmati alunan musik dari deburan ombaknya dan belaian angin yang membelai lembut. Di belakang pantai ini, terdapat area persawahan yang tak kalah cantik dengan bukit-bukit yang tersebar acak namun memberikan pesona yang menawan.
Tak ingin hanya menghabiskan waktu di Pantai Mawun, kami pun segera berpindah ke Pantai Semeti. Namun dalam perjalanan hujan turun dengan derasnya. Medan Pantai Semeti yang lumayan berat akibat terjangan hujan membuat kami batal mengunjungi Pantai Semeti ini dan mengubah haluan langsung ke Pantai Selong Belanak. Di pantai inilah kami menghabiskan waktu hingga sunset.
Kami sangat beruntung mengajak Denny sebagai guide, sebab kami dibawanya memasuki Pantai Selong Belanak via Laut Biru Restaurant & Bar di kawasan Sempiak Villas, jadi tidak menggunakan jalur umum yang digunakan para wisatawan. Di Laut Biru Restaurant inilah kami duduk, memesan makan, dan menikmati pemandangan Pantai Selong Belanak sambil menunggu hujan reda.
Laut Biru Restaurant ini cukup luas dan nyaman. Terdapat area indoor dan juga outdoor. Makanannya cukup variatif dan letaknya langsung di depan Pantai Selong Belanak. Keberadaan restoran ini menjadi poin tambah untuk Pantai Selong Belanak sibandingkan Pantai Mawun. DI Pantai Mawun, tidak ada restoran seperti ini. Yang ramai adalah anak-anak penjual gelang yang menawarkan dagangannya dengan paksa.
Jika dilihat sekilas, Pantai Mawun dan Pantai Selong Belanak ini sangat mirip. pasirnya sama-sama putih, memiliki garis pantai melengkung dan ‘dijaga’ oleh 2 bukit di sisi kiri dan kanannya, serta memiliki air laut yang biru. Hanya saja ombak di Pantai Selong Belanak ini sedikit lebih besar dan lebih banyak perahu nelayan yang terlihat di pantai ini.
Selama hampir 3 jam kami bersantai di pantai ini. Berharap akan melihat matahari terbenam sambil menikmati gigitan pizza buatan Laut Biru Restaurant, tapi ternyata alam berkehendak lain. Di ufuk barat sana, awan tebal berkumpul menutupi proses sang penguasa langit untuk beristirahat. Semburat jingga yang kami harap bisa terlihat di langit pun tak muncul. Dengan sedikit kecewa, kami pulang dari Pantai Selong Belanak tepat pukul 18.30 WITA.
Kami lupa kalau hari ini adalah hari terakhir berpuasa dan malam harinya warga Lombok, yang mayoritas muslim, akan melakukan pawai keliling kota menyambut hari kemenangan di esok harinya. Perjalanan kembali ke Kota Mataram pun macet total. Banyak jalur yang ditutup dan polisi terpaksa melakukan pengalihan jalur.
Tidak hanya itu, restoran pun banyak sekali yang tutup. Rencana kami untuk makan malam di Sate Rembiga Ibu Sinaseh pun gagal. Terlalu lama terjebak macet di jalan, Sate Rembiga Ibu Sinaseh sudah habis diborong pembeli lainnya.
Untung saja masih ada satu restoran makanan Cina yang buka saat kami tiba di Mataram setelah terjebak macet. Tak ingin gambling lagi mencari restoran lain, kami pun berhenti di warung makan yang bernama Warung Hongkong tersebut. Dan benar saja, ketika kami sudah memesan makanan, itu menjadi last order di restoran tersebut. What a lucky us!
Pulang dari makan malam di Warung Hongkong, kami masih harus berjibaku dengan kemacetan kota Mataram hingga ke Senggigi. Perjalanan menuju Vila Mataano yang harusnya bisa ditempuh dalam waktu 30 menit harus molor hingga 90 menit karena adanya pawai. Namun kami tetap bersyukur karena bisa tiba di penginapan sebelum tengah malam.
Pelesir Lombok Hari Keempat
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 06:15 | Perjalanan Menuju Islamic Center |
06:15 - 08:00 | Menunggu Shalat Ied di Islamic Center |
08:00 - 08:05 | Perjalanan ke Rumah Makan Ayu Luwih |
08:05 - 08:50 | Sarapan |
08:50 - 11:00 | perjalanan ke Buwun Mas di Sekotong |
11:15 - 13:20 | Trekking menuju Pantai Urang Bukal |
13:20 - 14:30 | Makan siang dan main di Urang Bukal |
14:30 - 15:30 | Trekking kembali ke parkiran |
15:45 - 17:00 | Perjalanan kembali ke Mataram |
17:00 - 18:30 | Main di Monumen Mataram Metro dan Gerbang Tudung Saji |
18:30 - 19:00 | Perjalanan ke Warung Sate Rembiga Ibu Sinaseh |
19:00 - 20:30 | Makan Malam |
20:30 | Perjalanan ke Penginapan di Ampenan dan Istirahat |
Hari keempat ini merupakan hari di mana kami berangkat paling pagi dari penginapan. Jam 05:00 WITA kami sudah bangun dan jam 06:00 WITA tepat kami sudah berangkat. Tujuan Pelesir Lombok pertama hari ini adalah adalah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center Mataram, sebuah masjid dengan 4 pilar di bagian utama gedungnya dan 1 pilar di bagian gerbangnya.
Tepat hari ini adalah hari raya Idul Fitri dan kami mengantarkan salah seorang teman kami, Billy, untuk melakukan sholat Ied. Senang sekali bisa mampir ke salah satu masjid terbesar di Lombok ini dan merasakan nuansa Idul Fitri di pulau ini. Rombongan orang tak henti-hentinya datang dan memenuhi masjid ini hingga barisannya mengular ke luar gedung. Di sebuah gazebo, di area luar masjid, kami menunggu hingga sholat ied selesai.
Begitu sholat ied selesai, kami langsung bergegas menuju ke Rumah Makan Ayu Luwih. Tempat ini merupakan rumah makan halal di sebuah rumah milik warga Hindu Bali. Kami langsung memesan nasi campur dan menyantapnya hingga bersih. Inilah sarapan pertama kami bersama Billy setelah beberapa hari sebelumnya Billy hanya bisa melihat saja karena menunaikan ibadah puasa.
Dari tempat sarapan, mobil yang kami tumpangi dibawa berpindah ke Kecamatan Sekotong, lebih tepatnya tidak jauh dari Buwun Mas. Di sana kami akan mengunjungi sebuah tempat bernama Pantai Orong Bukal.
Bisa dibilang perjalanan kali ini merupakan salah satu perjalanan dengan rute terberat. Begitu tiba di lokasi parkirnya, kami langsung berganti menggunakan sepatu trekking. Perjalanan dimulai dengan menyusuri sawah milik warga dan dilanjutkan dengan pemandangan laut yang indah di sisi kiri jalan. Kami diberi angin segar di awal, seolah perjalanan akan selalu diliputi oleh pemandangan indah.
Namun secara perlahan jalurnya semakin menyempit. Rerumputan dan tanaman semakin rapat dan membuat kami harus sangat hati-hati dalam melangkah. Beberapa momen bahkan kami harus sangat berhati-hati karena di salah satu sisi kami adalah jurang dan juga kami harus melewati pohon-pohon dengan ranting yang berduri kecil nan tajam.
Setengah jalan sebelum tiba di Urang Bukal, ada sebuah check point di mana kalian bsa melihat Pantai Piling dengan bebatuannya yang memesona. Di sini kalian bisa beristirahat dan berfoto dengan latar yang mungkin kalian tidak akan temukan di tempat lain.
Bersenang-senanglah di spot ini, karena setelahnya kalian harus melewati medan yang tak kalah berat. Rappeling menjadi salah satu opsi buat kalian yang tak mahir menuruni jalan tanah berbatu yang sempit. Tali sudah terpasang dan kalian hanya perlu memanfaatkannya untuk sampai di Pantai Orong Bukal.
Ada 2 spot di Urang Bukal ini, sisi kiri dan kanan. Sisi kanan jauh lebih ringan dari yang sebelah kiri. Untuk bisa menikmati keindahan di sisi kiri, kalian harus melakukan rapeling tambahan. Sedangkan di sisi kanan ini, kalian hanya harus menapaki bebatuan granit yang besar, sebelum akhirnya tiba di sebuah sisi batu yang menghadap langsung ke laut lepas, dengan sebuah kolam kecil alami tepat di bawahnya. Di sisi kanan inilah kami menyantap makan siang dan beristirahat sejenak.
2 jam bukanlah waktu yang sebentar untuk trekking ke Pantai Orong Bukal. Oleh sebab itu, kami sedikit berlama-lama di sini. Berendam sembari menikmati deburan ombak yang menyapu pinggiran pantai bukan lagi sebuah pilihan, melainkan keharusan.
Kami tak sempat menikmati keindahan Orong Bukal yang terletak di sisi kiri. Puas menikmati view di sisi kanan, kami langsung kembali ke parkiran untuk pulang. Tak ada perhentian sama sekali dalam perjalanan pulang kami ke parkiran ini. Langsung tancap gas agar lekas sampai.
Kurang dari 1,5 jam, kami tiba kembali di parkiran. Makanan yang disantap di Pantai Orong Bukal langsung terkonversi menjadi tenaga yang habis kami pakai untuk sampai ke tempat mobil kami beristirahat.
Awalnya kami ingin mampir ke Buwun mas untuk menikmati proses matahari terbenam. Rencana itu tercetus tepat sebelum melakukan trekking ke Orong Bukal. Namun setelah kunjungan kami ke Orong Bukal, rencana untuk mampir ke Buwun Mas gagal total. Alhasil kami langsung menuju ke Mataram dan menghabiskan sore di sana.
Di mana kami menghabiskan waktu untuk menikmati semburat jingga yang menyeruak di langit Lombok? Tepat di gerbang masuk kota Mataram, di mana terdapat Gerbang Tudung Saji dan Monumen Metro kota Mataram yang posisinya satu garis lurus.
Gerbang Tudung Saji atau yang dikenal dengan Tembolak ini merupakan ikon baru kota Mataram sejak tahun 2019. Tudung saji yang diambil sebagai ikon ini mengilustrasikan jaminan kepada warga masyarakat atau setiap orang yang hidup di kota mataram untuk hidup aman dan kenyang. Sedangkan warna-warni melambangkan keberagaman atau heterogenitas penduduk kota Mataram yang mampu hidup harmonis dalam keberagaman.
Sedangkan Monumen Metro, yang terletak di Kelurahan Jempong Baru ini, dibangun sebagai pengingat bahwa Lombok merupakan daerah penghasil mutiara air laut dan air tawar terbaik di Indonesia. Hal itu ditandai dengan hadirnya patung mutirara di bagian puncaknya. Keberadaan sawah nan hijau di kiri dan kanan kedua ikon kota ini mempercantik keberadaan mereka.
Begitu matahari sudah kembali beristirahat, kami menuntaskan dendam kami semalam akibat kehabisan Sate Rembiga. Kami pun kembali mengunjungi Sate Rembiga Bu Sinaseh, yang untungnya kali ini kami masih kebagian jatah daging. Di sinilah kami menghabiskan >120 tusuk sate. Ukuran Sate Rembiga ini cenderung kecil bila dibandingkan sate sapi lainnya dan juga sedikit lebih pedas. Mungkin itu juga yang membuat kami kalap melahap salah satu olahan makanan populer di Lombok ini.
Dan tak terasa, itulah agenda terakhir kami di pelesir Lombok hari keempat. Dari Sate Rembiga Ibu Sinaseh, kami bertolak ke Ampenan untuk menginap di rumah salah seorang teman.
Catatan:
- Untuk trekking ke Orong Bukal ini disarankan menggunakan sepatu gunung.
- Saat trekking, kami didampingi lagi oleh guide lokal di sana (tidak gratis)
******
Kontak Pelesir Lombok
- Denny Tirta Wijaya (Travel Guide) – 0878 6434 0429