Gereja Ayam, Wisata Unik yang dulu Terabaikan
“Ratusan purnama berlalu, namun cinta tak pernah berlalu…..” Begitulah kurang lebih potongan kecil lirik lagu Ratusan Purnama yang dinyanyikan Melly Goeslaw. Lagu itu menjadi salah satu soundtrack dari film Ada Apa Dengan Cinta 2, sebuah film yang melambungkan sebuah destinasi wisata yang sudah eksis sejak lama namun jarang tersentuh keberadaannya yaitu Gereja Ayam atau yang biasa juga disebut dengan Rumah Doa Bukit Rhema.
Dalam film tersebut Rangga mengajak Cinta untuk mengunjungi tempat-tempat asing yang tidak mereka ketahui dan salah satunya adalah Gereja Ayam. Di atas bangunan yang eksotis, misterius dan indah tersebutlah kira-kira mereka berdua menikmati udara yang sangat segar dan menyapa sang matahari serta alam sekitarnya. Sejak potongan adegan dalam film AADC tersebut banyak disaksikan, banyak orang (tak hanya penikmat film) mulai mencari keberadaan bangunan ini.
Laksana Afrika Selatan yang dulu tidak dilirik orang kulit putih karena dianggap daerah yang tidak ada apa-apanya sampai akhirnya ditemukan emas di negara tersebut. Begitu pulalah hal yang terjadi di tempat ini, Desa Gombong menjadi ramai setelah ditemukannya “emas” di daerah ini yaitu Gereja Ayam. Tak perlu waktu lama untuk para wisatawan mengetahui lokasi dan cara menuju ke bangunan yang terletak di Bukit Rhema, Magelang, Jawa Tengah ini. Informasi beredar cepat di internet dan membuat tempat ini menjadi buruan para wisatawan.
Kebanyakan wisatawan yang hadir ke tempat ini karena didorong rasa penasaran akan keunikan bentuk bangunan dan pemandangan yang diberikan dari bagian puncaknya. Bangunan ini memang benar- benar menyerupai seekor ayam, lengkap dengan jambul (mahkota) dan paruhnya serta tidak ketinggalan ekornya.
Gedung ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian kepala, bagian badan, dan bagian ekor. Di bagian badan gedung ini hanyalah aula besar kosong yang sekarang sudah mulai diisi beberapa kursi dan meja agar voyagers yang berkunjung di sini bisa duduk dan beristirahat. Saat Dailyvoyagers berkunjung, bagian ekor sedang mengalami pemugaran, kamipun hanya bisa melihat dari bagian aula tanpa bisa mencoba tangga naik ke bagian atas (bagian ekor).
Bagian yang paling fenomenal yaitu bagian kepala. Untuk mencapai puncak dari bagian ini voyagers haruslah melewati tangga yang kecil di mana ada 4 tingkatan yang harus voyagers lalui sebelum bisa sampai ke puncaknya. Dalam perjalanan menuju bagian kepala (alias jambulnya) voyagers akan melihat banyak mural yang menghiasi dinding-dinding bagian dalam Gereja. Dari bagian paruh Ayam tersebut voyagers sebenarnya sudah bisa melihat pemandangan yang cukup indah. Namun jangan hanya berhenti sampai di situ, karena bagian itu bukan klimaksnya. Berjalanlah terus sampai di bagian puncak, dari sana voyagers dapat melihat pemandangan luar biasa berupa Pegunungan Menoreh, bagian ekor Gereja, Hamparan sawah yang hijau, Gunung Merapi dan yang terakhir adalah bangunan yang paling mempesona yaitu Candi Borobudur.
Lalu Bagaimana sejarahnya bangunan ini dapat berdiri ? dan apakah benar bangunan ini menyerupai ayam ?. Menurut penjaga yang memungut tarif masuk di Gereja Ayam ini, bangunan ini dibangun sejak tahun 1991 oleh seseorang bernama Daniel Alamsjah. Sekitar tahun 2000an, pembangungan gedung gereja ini harus mandek karena kurangnya biaya (sampai sekarang pun bangunan belum selesai dan masih dalam proses pengerjaan). Menurut Daniel, bangunan ini sebenarnya bukanlah menyerupai seekor ayam melainkan seekor Merpati. Yang menjadikan lucunya lagi adalah warga sekitar mengganggapnya sebagai angsa yang sedang mengeram atau biasa mereka sebut Banyak Angrem. Bangunan ini bukanlah gereja melainkan rumah doa bagi semua umat, siapapun boleh beribadah di tempat ini. Namun entah kenapa nama “Gereja Ayam” begitu melekat di tempat ini.
Berdasarkan informasi yang dailyvoyagers dapat, sejak kemunculan Gereja Ayam di AADC 2 dan banyaknya media asing yang memberitakan tempat wisata unik ini, jumlah pengunjung yang datang melonjak dari 80-100 orang per hari menjadi 200-300 orang per hari, bahkan bisa mencapai 500-600 orang per hari kalau sedang akhir pekan atau masa liburan. (sumber: wargajogja)
Hasil tersebut memberi dampak baik bagi perekonomian warga sekitar dan juga proses perapihan gedung. Tarif masuk gedung sebesar Rp 10.000/orang inilah yang digunakan Daniel untuk melanjutkan kembali proses pengerjaan gedung ini, sedangkan tarif parkir yang dibebankan kepada voyagers yang membawa kendaraan digunakan sepenuhnya untuk warga desa (untuk mem-beton jalan salah satunya). Keuntungan lainnya bagi warga adalah mendapatkan lapangan pekerjaan baru. Banyak warga yang kini berjualan makanan dan minuman di sekitar objek wisata ini.
Proses kelanjutan pembangunan Gereja Ayam ini begitu terlihat, sekarang Gereja Ayam sudah jauh beda dengan saat terakhir kali ditinggalkan. Tembok-tembok sudah mulai dirapikan, dinding-dinding mulai dihiasi lukisan, dan bagian depan gereja sudah mulai terlihat patung-patung cantik yang diletakkan.
Begitulah memang seharusnya media sosial digunakan, untuk saling membantu bukan membenci, untuk mengabarkan kabar baik bukan berita kebencian. Terima kasih untuk voyagers yang sudah berkunjung ke tempat ini dan melakukan “promosi” terhadap Gereja Ayam ini melalui media sosial sehingga proses pembangunan bisa kembali dilanjutkan.
Buat voyagers yang belum mampir ke tempat ini, silahkan mampir dengan membawa pacar, kekasih atau suami/istri dan rasakan sensasinya menjadi Rangga dan Cinta di atas Gereja Ayam. Jangan datang sendirian, takutnya nanti cuma bisa mupeng melihat pasangan yang lagi asyik berduaan. hehehe…
Happy Traveling Guys dan jaga terus tempat wisata apapun yang kamu kunjungi 🙂
Rute menuju Gereja Ayam
Dari Candi Borobudur, voyagers hanya perlu melewati Jl. Borobudur – Salaman selama ±15 menit. ada petunjuk jelas yang akan mengarahkan voyagers menuju Gerbang masuk Bukit Rhema. Dari sana, voyagers akan diarahkan untuk memarkirkan kendaraan di tempat yang sudah disediakan.
*Jangan ragu untuk menyalakan aplikasi penunjuk arah (Map) agar voyagers bisa langsung diarahkan ke Gereja Ayam.
Tiket
Untuk wisatawan lokal, harga tiketnya adalah Rp 10.000/orang dan untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 15.000/orang.
Jam Buka
Untuk hari Senin − Jumat buka jam 06:00 – 17.00 WIB. Sedangkan untuk hari Sabtu − Minggu buka jam 05:00 – 17:00 WIB. (Batas penjualan tiket masuk hanya sampai jam 16:30 WIB)
I love you when you bow in your mosque, kneel in your temple, pray in your church. For you and I are sons of one religion, and it is the spirit.
— Khalil Gibran