Travel Itinerary Tapale’uk Kupang – Soe 8 Hari 7 Malam
Dalam Bahasa (gaul) Kupang, Tapale’uk memiliki arti jalan-jalan. Kegiatan berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya ini memang kerap dilakukan beberapa orang, baik untuk hanya sekedar menghilangkan kepenatan, atau mungkin untuk tujuan yang lebih dalam, menemukan siapa dirinya.
Nah, buat kalian yang ingin Tapale’uk di Kupang dan sekitarnya tapi belum tahu mau kemana saja, berikut ini saya bagikan sedikit itinerary ketika saya menjelajah “Negeri Karang” ini. Kiranya tulisan ini bisa membantu kalian yang ingin atau sedang menyusun rencana jalan-jalan ke Kupang.
Hari Pertama
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
04:10 (WIB) - 09:30 (WITA) | Perjalanan CGK - KOE |
09:30 - 10:00 | Menunggu bagasi dan kedatangan mobil |
10:00 - 10:15 | Perjalanan ke Restoran Aroma untuk sarapan + makan siang |
10:15 - 11:30 | Makan Siang (Se'i) |
11:30 - 14:30 | Perjalanan ke Pantai Kolbano |
14:30 - 15:30 | Main di Pantai Kolbano |
15:30 - 16:30 | Perjalanan dari Pantai Kolbano ke Pantai Oetune |
16:30 - 17:30 | Menghabiskan waktu di Pantai Oetune |
17:30 - 20:00 | Perjalanan kembali ke Kupang |
20:00 | Tiba di Kupang dan beristirahat di daerah Darmaloka (Depan Hotel Swiss-Belinn) |
Setibanya di Kupang pukul 09:30 WITA setelah mengambil penerbangan paling pagi (CGK – SUB – KOE), saya dan Diana segera bergegas mencari makan dengan menggunakan mobil + supir yang sudah kami sewa sebelumnya. Pikiran yang ada di otak saya waktu itu adalah mengisi perut sebelum melakukan perjalanan jauh dari Kupang menuju Pantai Kolbano yang waktu tempuhnya kurang lebih 3 jam menurut Google Maps. Berdasarkan rekomendasi dari sang supir, akhirnya kami berangkat ke Depot Se’i Aroma (Restoran non Halal) dan menuntaskan urusan perut kami di sana.
Puas karena perut sudah terisi penuh oleh makanan khas dari NTT, kami pun langsung tancap gas menuju Pantai Kolbano yang berlokasi di Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan). Alasan kami memilih untuk menggunakan mobil + supir di hari pertama ini adalah untuk menggali informasi tentang tempat wisata di Kabupaten TTS dan melihat medan jalan yang akan kami lalui. Jalan menuju Pantai Kolbano (daerah TTS) inilah yang nantinya akan kami lewati juga kala menuju ke Soe. Terkadang, ada informasi yang tidak ada di internet dan hanya bisa didapatkan dari orang lokal. Beruntungnya, kami mendapat supir dengan kemampuan mengemudi yang handal dan memiliki banyak informasi seputar TTS.
Setelah 3 Jam melewati jalan aspal yang berkelok-kelok tanpa ada kemacetan sedikitpun, akhirnya kami tiba di destinasi wisata pertama kami yaitu Pantai Kolbano. Tidak seperti pantai pada umumnya yang berpasir, Pantai Kolbano ini justru berbatu. Namun yang membuat spesial dari bebatuan di Pantai Kolbano adalah warnanya yang beragam alias warna warni. Ditambah dengan gradasi warna biru dari air laut Kolbano yang begitu nyata, kecantikan pantai ini sungguh indah terpancar.
Di Pantai Kolbano terdapat sebuah batu besar yang berbentuk seperti kepala singa atau warga biasa menyebutnya dengan Fatu Un. Untuk kalian yang ingin menikmati pemandangan cantik Pantai Kolbano dari sudut yang berbeda, kalian bisa memanjat batu ini hingga ke puncaknya. Pemandangan Pantai Kolbano dari ujung hingga ke ujung satunya lagi nampak jelas dari atas batu ini. Sayangnya, Pantai Kolbano ini ombaknya cukup besar sehingga tidak bisa digunakan untuk berenang. Menikmati kecantikan tempat ini dari pinggir pantai atau dari atas Fatu Un merupakan cara terbaik yang bisa dilakukan.
Dari Pantai Kolbano, kami beranjak ke pantai selanjutnya yaitu Pantai Oetune. Jarak Pantai Kolbano ke Pantai Oetune kurang lebih 1 jam dengan menggunakan mobil (tanpa ada macet sama sekali). Dalam bahasa Timor, Oe artinya adalah air sedangkan Tune adalah Belut. Saya tidak tahu kenapa diberi nama air belut, padahal tidak ada belut sama sekali di pantai ini. Mungkin ada latar belakang tersendiri sehingga nama tersebut muncul.
Pantai ini sama spesialnya seperti Pantai Kolbano. Bedanya adalah Pantai Oetune dipenuhi oleh pasir halus berwarna coklat yang membuatnya terlihat seperti padang pasir. Pernah mampir ke Gumuk Pasir di Jogja kan? Nah, kira-kira seperti itulah gundukan pasir yang membentuk bukit-bukit di Pantai Oetune. Guratan-guratan di atas pasir khas padang gurun juga ada di sana yang semakin mentahbiskan pantai ini sebagai “Pantai Padang Pasir”. Saya sendiri kaget melihat ada pantai seperti ini di Pulau Timor.
Waktu yang baik untuk menuju Pantai Oetune adalah siang menjelang sore. Pada saat itulah cahaya matahari tepat menghajar pasir yang membuatnya berkilau keemasan. Pantai ini juga cukup berangin, jadi pastikan kalian melindungi mata kalian ketika menjelajahinya. Oh ya, pengambilan sudut foto yang tepat di Pantai Oetune akan membuat kalian seolah sedang berada di Timur Tengah lho.
Tanpa disadari, senja memanggil kami untuk pulang. Pantai Oetune menjadi kunjungan terakhir kami hari itu. Perjalanan 3 jam ke Kupang pun kami habiskan dengan terlelap di dalam mobil. Setibanya di Kupang, mobil langsung mengarah ke daerah Darmaloka, rumah tempat Paman saya tinggal. Di sanalah saya dan Diana menginap selama tinggal di Kupang.
CATATAN:
- Pantai Oetune dan Pantai Kolbano sama-sama berada di wilayah TTS bagian Selatan. Untuk mencapainya, cukup ketikkan “Pantai Oetune” atau “Pantai Kolbano di Google Maps dan kalian akan diarahkan langsung ke destinasi tersebut.
Hari Kedua
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07:30 - 08:30 | Bangun tidur, Mandi, Sarapan |
08:30 - 09:00 | Perjalanan ke Pelabuhan Bolok |
09:00 - 09:15 | Perjalanan dari Pelabuhan Bolok ke Pelabuhan Tenau |
09:30 - 10:10 | Perjalanan dari Pelabuhan Tenau ke Dermaga Hansisi di Pulau Semau |
10:10 - 11:00 | Perjalanan dari Dermaga Hansisi ke Pantai Otan |
11:00 - 11:45 | Menikmati Pantai Otan |
11:45 - 12:00 | Perjalanan dari Pantai Otan ke Pantai Uimake |
12:00 - 12:45 | Bermain di Pantai Uimake |
12:45 - 13:00 | Perjalanan ke Pantai Uinian |
13:00 - 13:35 | Menikmati Suasana Pantai Uinian |
13:35 - 14:30 | Perjalanan dari Pantai Uinian ke Pantai Liman |
14:30 - 15:00 | Menghabiskan Waktu di Pantai Liman |
15:00 - 15:15 | Perjalanan dari Pantai Liman ke Pantai Uitiuhtuan |
15:15 - 15:45 | Foto-foto di Pantai Uitiuhtuan |
15:45 - 17:00 | Perjalanan kembali ke Dermaga Hansisi |
17:00 - 17:45 | Menyeberang dari DErmaga Hansisi ke Pelabuhan Tenau |
17:45 - 18:15 | Perjalanan kembali ke Kupang |
18:15 - 19:15 | Makan malam |
19:15 - 23:00 | Acara Bebas |
23:00 | Istirahat |
Pagi itu saya dan Diana bangun cukup pagi. Setelah selesai mandi dan sarapan, kami pun memeriksa kembali ‘peralatan tempur’ yang sudah kami letakkan dalam sebuah drybag pada malam sebelumnya. Kami ingin memastikan kalau tidak ada barang yang tertinggal untuk acara kami hari ini. Usai semua siap, kami pun langsung bertolak menuju Pelabuhan Bolok dengan menggunakan sepeda motor milik saudara sepupu saya. Daerah yang menjadi tujuan utama kami adalah Pulau Semau.
Pulau Semau merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat kota Kupang. Untuk bisa mencapai pulau tersebut, kalian harus menyeberang dari Pelabuhan Tenau. Karena kami salah mendapatkan informasi, setibanya di Pelabuhan Bolok, kami langsung memacu si kuda besi menuju Pelabuhan Tenau. Untung saja jarak antara Pelabuhan Tenau dan Pelabuhan Bolok tidak terlalu jauh.
Sesampainya di Pelabuhan Tenau, beberapa orang rupanya sudah menunggu kedatangan kami. Mereka adalah warga lokal yang menyediakan jasa untuk menyeberangkan kami ke Pulau Semau dengan kapal kayu. Perbincangan soal ongkos kapal pun segera terjadi. Setelah mencapai kesepakatan, saya, Diana dan motor yang kami bawa pun segera diangkut ke atas kapal kayu yang tidak cukup besar. Dibutuhkan waktu kurang lebih 30-40 menit untuk menyeberang dari Pelabuhan Tenau ke Dermaga Hansisi di Pulau Semau.
Masalah langsung muncul ketika kami tiba di Pulau Semau. Kami sudah memiliki daftar pantai yang ingin kami kunjungi, hanya saja tidak tahu dimana pantai-pantai tersebut berada. Keadaan diperparah dengan tidak adanya sinyal internet setelah keluar dari dermaga. Tidak ingin tersasar di pulau besar yang benar-benar baru bagi kami, Diana pun lekas bertanya rute kepada salah seorang warga yang terlihat sedang duduk di depan rumahnya. Bukannya memberi tahu arah jalan, pria yang bernama Pak Hes itu justru menawarkan jasa untuk mengantar kami berkeliling Pulau Semau. Tak ingin melewatkan kesempatan Tapale’uk Pulau Semau, kami pun mengiyakan tawaran tersebut.
Kunjungan ke Pulau Semau diawali dengan mampir ke Pantai Otan. Puas bermain di pantai berpasir putih tersebut, saya, Diana dan Pak Hes langsung berjalan menuju ke Pantai berikutnya yaitu Pantai Uimake. Pantai ini sedikit berbeda dari Pantai Otan karena letaknya ada di pinggir tebing. Untuk bisa menikmatinya, kalian harus menuruni tebing (yang tidak terlalu curam) terlebih dahulu. Dari Pantai Uimake, kami memacu kendaraan kami menuju pantai berikutnya yaitu Pantai Uinian. Jarak antara Pantai Uimake dengan Pantai Uinian dekat saja, kurang lebih hanya 15 menit.
Berpacu dengan waktu dan tidak ingin terlena dengan keindahan Pantai Uinian, Pak Hes mengajak kami untuk menuju ke pantai yang berada di barat Pulau Semau, Pantai Liman. Buat saya, Pantai Liman merupakan pantai paling indah yang kami kunjungi di Pulau Semau. Di sebelah Pantai Liman ini terdapat sebuah Bukit yang bernama Bukit Liman. Dari atas bukit inilah kalian bisa menikmati panorama 2 pantai sekaligus yaitu panorama Pantai Liman di sebelah kanan dan Pantai Bukit Liman di sebelah kiri.
Sebelum kembali ke Dermaga Hansisi, kami mampir ke pantai terakhir yaitu Pantai Uitiuhtuan. Sebenarnya pantai ini kami lewati saat ingin menuju ke Pantai Bukit Liman, hanya saja kami lebih memilih untuk mampir ke Pantai Bukit Liman terlebih dahulu baru ke pantai ini. Pantai Uitiuhtuan memiliki garis pantai yang paling melengkung diantara pantai lainnya yang kami kunjungi. Di pantai ini juga terdapat tempat pembuatan garam tradisional.
Perjalanan seru hari itu ditutup dengan sunset cantik saat kami sedang menyeberang kembali ke Pelabuhan Tenau. Karena sudah lelah dan waktu sudah memasuki malam, dari Pelabuhan Tenau, saya langsung kembali ke tempat kami menginap di Darmaloka.
CATATAN:
- Jalan di Pulau Semau bisa dikategorikan cukup rusak. Untuk itu, kemampuan mengendarai motor yang baik sangat diperlukan di sini.
- Lebih baik bila menjelajah dengan menggunakan motor besar. Jangan menggunakan motor matic.
- Sebelum menyeberang, belilah air minum yang banyak dan bekal makan siang di Kupang. Di pulau ini jarang sekali ada warung (yang saya tahu hanya di dekat dermaga).
- Jika tidak memiliki kendaraan untuk menjelajah Pulau Semau, kalian bisa menyewanya di dermaga dengan biaya kurang lebih Rp 100.000/motor.
- Waktu yang aman untuk kembali ke Pelabuhan Tenau adalah sebelum pukul 17:00 WITA. Di atas jam tersebut, umumnya angin dan ombak mulai kencang.
- Untuk menjelajah Pulu Semau, sempatkanlah waktu khusus 1 hari tanpa mengunjungi destinasi lain.
Hari Ketiga
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07:30 - 08:30 | Bangun pagi dan mandi |
08:30 - 08:45 | Perjalanan ke Restoran Mutiara Indah |
08:45 - 09:45 | Sarapan di Mutiara Indah |
09:45 - 10:15 | Perjalanan ke Pelabuhan Tenau |
10:30 - 12:30 | Perjalanan ke Desa Tesbatan |
12:30 - 12:45 | Jalan ke Air Terjun Tesbatan |
12:45 - 13:00 | Tracking dari Parkiran Air Terjun ke lokasi Air Terjun Tesbatan berada |
13:00 - 15:00 | Main di Air Terjun Tesbatan |
15:00 - 15:15 | Lanjut ke persawahan di Desa Tesbatan |
15:15 - 15:45 | Foto-foto di Sawah |
15:45 - 16:00 | Kembali ke Desa Tesbatan untuk makan siang |
16:00 - 17:00 | Makan Siang yang kesorean |
17:00 - 19:00 | Perjalanan kembali ke Kupang |
19:00 - 20:00 | Makan Malam di Kota Kupang |
20:00 - 23:00 | Acara Bebas |
23:00 | Istirahat |
Sebenarnya, selama 2 hari kemarin, kami sedang menunggu kepastian mengenai keberangkatan kapal dari Kupang menuju Pulau Sabu. Kami memang memiliki rencana untuk plesiran ke pulau yang bertetangga dengan Pulau Rote tersebut. Namun karena kondisi ombak yang kurang baik, kepastian tersebut belum bisa diberikan oleh pihak kapal. Daripada terus menunggu, usai sarapan di Rumah Makan Mutiara Indah, kami pun berinisiatif untuk pergi ke Pelabuhan Tenau dan menanyakannya langsung.
Setibanya di Pelabuhan Tenau, ternyata jawabannya sedikit berbeda namun dengan nuansa yang masih sama, ketidakpastian. Pihak kapal bilang kalau mereka baru bisa memberi kabar besok pagi mengenai keberangkatan Kapal Fungka. Sepertinya kapal bisa berangkat besok *sepertinya*
Tidak ingin berada dalam ketidakpastian dan ingin mencari hal yang pasti, kami pun memutuskan untuk berangkat ke Desa Tesbatan di daerah Amarasi. Desa Tesbatan merupakan kampung halaman dari papa saya. Menurut (alm) papa, di kampungnya ada air terjun cantik bernaman Air Terjun Tesbatan. Untuk melihat dan membuktikannya, saya dan Diana berangkat ke sana.
Perjalanan ke Desa Tesbatan memakan waktu 2 jam dengan kondisi jalan yang sudah rapi (aspal). Ketika tiba, saya pun mampir sejenak ke rumah nenek untuk minta bantuan salah seorang saudara. Saya minta untuk diantarkan ke Air Terjun Tesbatan. Tak disangka, jarak menuju air terjun dari rumah nenek hanyalah 15 menit saja. Selama perjalanan menuju air terjun, kami melewati daerah persawahan yang cantik sekali.
Dari parkiran motor, suara deburan air sudah bisa terdengar, meskipun masih sedikit samar-samar. Rupanya, dari parkiran ini kami masih harus tracking selama 15 menit untuk benar-benar sampai di lokasi air terjun. Sesampainya di sana, rombongan anak muda sudah terlihat asyik bermain air di tingkatan pertama air terjun. Airnya yang berwarna biru tosca memang sudah memanggil-manggil saya untuk nyemplung, tapi keinginan itu saya tahan demi mengeksplor air terjun ini.
Air Terjun Tesbatan memiliki 4 tingkatan. Di tingkatan pertama (paling atas) inilah orang umumnya bermain air. Dengan perlahan saya melewati rombongan anak-anak yang terlihat asyik bermain guna melihat seperti apa sih rupa dari tingkatan-tingkatan selanjutnya. Wajah cantik Air Terjun Tesbatan semakin terlihat ketika kami tiba di tingkatan 3 dan 4. suasana di sini pun lebih tenang karena hanya 1-2 orang saja yang bermain di sini.
Secara keseluruhan, air terjun ini sangat cantik. Saya sendiri tidak menyangka kalau air terjun sebagus ini ada di dekat rumah nenek. Airnya sagat jernih dan alirannya cukup deras. Menurut nenek, aliran air terjun ini juga dipakai untuk kesejahteraan penduduk Tesbatan. Sebagian airnya didistribusikan ke rumah warga dengan menggunakan pipa guna keperluan sehari-hari seperti mandi, masak, dll. Tak lupa juga air ini dialirkan ke sawah-sawah guna menjaga padi-padi yang ditanam agar tumbuh subur.
Puas bermain di air terjun, kami berniat kembali ke rumah nenek untuk ngobrol-ngobrol. Namun godaan dari sawah cantik saat perjalanan pulang sangat sulit untuk ditolak. Akhirnya, saya dan Diana pun berhenti sebentar untuk berfoto di daerah sawah ini. Sinar mentari yang menghujam sawah membuat padi di sawah terlihat warna-warni. Inilah pertama kalinya saya tahu kalau ada sawah cantik di Kupang.
Sawah Tesbatan menjadi daerah kunjungan terakhir kami hati itu. Sebenarnya ada satu tempat lagi yaitu Bukit Batu Fatuleu, hanya saja jaraknya yang agak jauh dan hari yang sudah mulai gelap membuat kami mengurungkan niat tersebut. Usai berbincang-bincang dengan nenek di rumahnya, saya & Diana pun kembali ke Kupang dengan sepeda motor yang sudah menemani kami sedari kemarin. Hari itu pun saya tutup dengan makan malam. Perjalanan Kupang – Tesbatan – Kupang yang memakan waktu 4 jam membuat kami butuh banyak asupan makanan.
Hari Keempat
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 09:00 | Bangun Pagi, Mandi, Sarapan, dan Packing. |
09:00 - 12:00 | Perjalanan Kupang - Soe |
12:00 - 12:15 | Check in di Dena Hotel dan meletakkan beberapa barang |
12:15 - 14:00 | Makan siang dan menunggu hujan reda |
14:00 - 14:30 | Perjalanan dari kota Soe ke Air Terjun Oehala |
14:30 - 16:30 | Main Air dan foto-foto di Air Terjun Oehala |
16:30 - 17:00 | Perjalanan kembali ke kota Soe |
17:00 - 18:00 | Makan Malam |
18:00 - 18:15 | Perjalanan kembali ke Hotel |
18:15 | Istirahat |
Pukul 06:30 WITA, kami mendapat kabar melalui pesan singkat kalau kapal ke Sabu belum bisa berangkat sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Kondisi Laut Sabu sepertinya sedang kurang baik. 3 hari ini di Kupang pun angin sedang kencang-kencangnya. Sesudah mendapat kabar itu, kami pun langsung mengubah rencana, yang harusnya pergi ke Sabu lalu kami ubah ke Soe. Jarak Kupang – Soe kurang lebih 119 KM menurut mbah Google Maps. Karena sudah tahu sedikit jalur yang harus kami lewati seperti apa, berbekal sedikit pengetahuan di hari pertama, saya pun memutuskan untuk motoran ke Soe.
119 KM adalah jarak terjauh yang pernah saya tempuh dengan motoran. Beratnya perjalanan semakin terasa karena harus membonceng orang. Tangan keram, kaki pegal, pantat mengeras, itulah yang saya rasakan sesampainya di Soe. Untung saja pemandangan sekitar selama perjalanan ke Soe luar biasa bagus, kondisi jalanannya pun mulus, meskipun jalurnya agak menanjak dan meliuk bak ular yang tak bisa lari lurus.
Kondisi cuaca yang kurang baik saat kami tiba di Soe membuat kami memutuskan untuk ke penginapan terlebih dahulu. Selama 3 malam di Soe, kami menginap di Dena Hotel yang kami pesan lewat aplikasi Traveloka. Alasan kami memilih Dena Hotel sebagai tempat menginap adalah selain murah dan nyaman (berdasarkan review di Tripadvisor), penginapan ini lokasinya dekat dengan Pasar Inpres Soe. Dekat dengan pasar berarti saya bisa belanja beberapa kebutuhan dengan mudah. Itulah mengapa kami memilih Dena Hotel.
Melihat kondisi langit yang mulai terang, kami pun bergegas keluar hotel untuk mulai menjelajah TTS. Tak lupa, sebelum berangkat, kami makan siang dulu di Warung Bakso dekat hotel. Di Soe ini ternyata banyak sekali orang Jawa yang merantau lho dan rata-rata berwiraswasta dengan membuka rumah makan. Cuaca bagus, perut sudah terurus, kini waktunya kami cus. Karena hari sudah sore, kami memutuskan untuk mampir ke 1 tempat saja yang tidak jauh dari penginapan. Tempat tersebut adalah Air Terjun Oehala.
Untuk menuju Air Terjun Oehala dari Kota Soe sangatlah mudah. Papan penunjuk jalannya jelas dan jalannya sudah aspal. Kalau tanpa ingin bertanya dan hanya mengikuti apa kata Google Mapspun bisa. Kalian akah diarahkan langsung menuju ke parkirannya tanpa drama tersasar terlebih dahulu.
Setibanya di parkiran, kalian akan diminta biaya tiket masuk sebesar Rp 3.500/orang. Dari situ kalian masih harus menuruni beberapa anak tangga untuk tiba di Air Terjun Oehala. Saat pertama kali tiba, mulut saya hanya menganga lebar sebagai wujud kekaguman. Air terjun ini cantik banget, paling cantik di NTT menurut saya.
Air Terjun Oehala adalah air terjun dengan 7 tingkat yang memiliki air berwarna biru dan aliran yang cukup deras. Warna biru yang ada di Air Terjun Oehala ini mirip seperti yang ada di Air Terjun Tesbatan, hanya saja warna birun di Oehala ini lebih dominan. Kalau menurut saya, efek warna biru yang ada pada air terjun di NTT ini diperoleh dari warna batu yang menjadi wadah bagi si air. Saking bagusnya, saya dan Diana pun betah berlama-lama di Air Terjun ini. Bukan untuk main air, tapi foto-foto 🙂
Jika saja tidak ada waktu yang namanya “malam”, mungkin kami tidak akan beranjak dari tempat ini. Sayangnya malam itu nyata dan membuat kami harus berpisah dengan Air Terjun Oehala hari itu. Sebelum kembali ke hotel, kami menyempatkan untuk makan di salah satu warung nasi goreng dekat penginapan.
CATATAN:
- Soe itu dingin sekali, suhu di siang hari saja berkisar antara 17-18°C. Jadi pastikan kalian membawa jaket tebal dan celana panjang kalau bermain ke Soe.
- Saat mengunjungi Air Terjun Oehala, sempatkanlah untuk membeli buah atau jajanan yang ditawarkan di sekitar tempat parkir guna membantu mereka (warga lokal).
Hari Kelima
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 09:00 | Bangun Pagi, Mandi, Sarapan |
09:00 - 09:30 | Perjalanan ke Air Love |
09:30 - 09:45 | Menikmati Air Love |
10:00 - 10:15 | Perjalanan dari Air Love ke Air Tagepe |
10:15 - 11:00 | Main air di Air Tagepe |
11:00 - 14:00 | Perjalanan ke Fatumnasi |
14:00 - 15:30 | Menikmati Gunung Fatumnasi dan Jalan-jalan di Cagar Alam Mutis |
15:30 - 16:30 | Perjalanan menuju Bentang Alam Bolapalelo |
16:30 - 17:30 | Menghabiskan sore di Bolapalelo |
17:30 - 18:30 | Kembali ke Soe |
18:30 - 19:30 | Makan Malam di Cafe Beta Pung, Soe. |
19:30 - 19:45 | Kembali ke Dena Hotel |
19:45 | Mandi dan kemudian Istirahat |
Hari kelima atau hari kedua saya di Soe merupakan hari yang sangat panjang dan berkesan. Usai sarapan, kami langsung mengambil perlengkapan yang diperlukan dan berangkat untuk menjelajah TTS bagian utara. Tujuan pertama kami adalah Air Love. Tempat ini sejatinya adalah air terjun, tapi yang membuatnya spesial adalah bentuk hati yang tercipta pada lubang di antara batu. Di dalam lubang tersebut kalian bisa bermain air karena sebagian air yang jatuh dari atas akan tertampung di sini.
Tidak ingin terlalu lama di Air Love yang agak tak terawat, kami segera beranjak ke tujuan berikutnya yang letaknya tidak begitu jauh yaitu Air Tagepe. Dalam bahasa Indonesia, Tagepe itu artinya terjepit. Terjepit apa airnya? Terjepit oleh dinding tebing. Ya air Tagepe merupakan sebuah aliran sungai yang diapit oleh 2 tebing. Keistimewaan dari Air Tagepe ini adalah airnya yang sangat biru, mirip air di Air Terjun Oehala.
Di sini kalian bisa berenang atau sekedar bermain air. Waktu terbaik untuk ke Air Tagepe menurut saya adalah di pagi hari. Sebelum siang, airnya sangat biru dan baik digunakan untuk berfoto. Selama perjalanan menuju Air Tagepe ini pun kalian akan dimanjakan oleh pemandangan dari perbukitan di daerah ini. Beberapa sapi akan terlihat berlalu-lalang di tempat ini. Sejuk dan sangat menyegarkan jiwa.
Puas bermain air, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini langsung ke tujuan yang paling jauh yaitu Cagar Alam Mutis. Jalan untuk menuju Mutis bisa dibilang sangat parah. Aspal bagus hanya ada diawal perjalanan, sisanya adalah jalan menanjak yang berbatu dan berlumpur. Kemampuan mengemudikan motor dengan handal sangat diperlukan untuk bisa menuju Mutis.
Di Cagar Alam Mutis ini suasana sangat tenang. Hewan-hewan seperti Kuda Poni, sapi, rusa, anjing, jalan dengan bebasnya. Pohon-pohon besar pun tumbuh dengan indahnya di Mutis ini. Lucunya, meskipun statusnya cagar alam, siapapun boleh masuk ke tempat ini, bahkan dengan motor atau mobil sekalipun. Cagar Alam Mutis ini juga merupakan salah satu jalan untuk menuju ke Nenas, salah satu desa yang ada di balik Cagar Alam ini.
Dari Mutis, kami mundur sedikit ke daerah Fatumnasi. Dalam bahasa Indonesia, Fatu artinya Batu. Jadi kalau ada daerah di Timor yang berawalan dengan kata Fatu, sudah pasti daerah tersebut berbatu. Ada apa di Fatumnasi? Ada sebuah Gunung Batu. Sebenarnya gunung ini bisa dipanjat hingga ke puncak, hanya saja kami memutuskan untuk tidak naik dan membiarkan drone kami yang naik hingga puncak.
Selesai berfoto di Fatumnasi, daerah tersebut mendadak gelap dan ditutupi kabut. Kabutnya pun sangat tebal, sampai-sampai kami tidak bisa melihat jalan. Akibat peristiwa tersebut, kami tidak jadi ke Danau Fatunausus dan memilih untuk langsung kembali ke Soe saja. Saat perjalanan pulang dan kabut sudah mulai hilang, kami melihat sebuah bukit dengan pemandangan yang memesona. Berhentilah kami disitu. Ternyata nama tempat itu adalah Bentang Alam Bolapalelo.
Pemandangan dari atas bukit ini benar-benar indah. Bukit-bukit di depannya berbaris cantik dan sang mentari berada tepat di atasnya waktu kami datang. Kami pun diam sejenak di atas bentang alam tersebut sembari mengabadikan momen matahari yang mulai tenggelam. Tak ingin jalan terlalu gelap akibat sudah tidak adanya sinar matahari, kami segera melanjutkan perjalanan kembali ke Soe. Jangan berharap ada lampu jalan di sini. Kondisi jalannya saja masih cukup rusak, bagaimana mau ada lampu jalan?
Bosan dengan makanan yang itu-itu saja, setibanya di Soe kami pun mencari restoran yang cukup hits. Setelah berkeliling-keliling kota Soe yang tidakbegitu besar, kami dapatilah sebuah rumah makan yang bernuansa anak muda dan kekinian. Tempat itu adalah Cafe Beta Pung. Menu makanan di tempat ini sangat variatif. Ada ayam Geprek, Chicken Katsu, Mocktail, Kopi-kopi dengan tampilan cantik, pokoknya kekinian deh. Di sini disediakan pula sebuah tempat dengan backdrop-backdrop cantik untuk kalian yang hobi berfoto.
Ketika perut sudah kenyang, kami pun kembali ke Dena Hotel untuk meregangkan otot-otot yang kencang selama perjalanan tadi dan kemudian tidur lebih cepat karena sudah terlalu lelah.
CATATAN:
- Air Love dan Air Tagepe ini letaknya tidak jauh dari Air Terjun Oehala. Kalau memang waktu dan cuacanya memungkinkan, kalian bisa mengunjungi tempat ini dalam satu hari.
- Kalau mau foto-foto hewan yang ada di Cagar Alam Mutis, usahakan menggunakan lensa tele karena hewan-hewan di sini masih liar dan takut dengan manusia.
- Mau tahu sekejam apa jalur menuju Mutis? Motor yang saya tumpangi, bautnya perlahan-lahan lepas sendiri dan beberapa bagian motor ada yang copot dan retak. Kebayangkan betapa bergejolak dan bergelombangnya jalur ke Mutis?
- Jangan pernah menggunakan sepeda motor matic ke Mutis.
- Seandainya ingin menggunakan mobil menuju Mutis, gunakanlah mobil 4×4.
- Bila ingin ke Mutis atau Fatumnasi, belilah air minum dan makanan terlebih dahulu untuk dikonsumsi setibanya di sana.
- Dalam perjalanan menuju atau dari Mutis/Fatumnasi, tidak ada signal internet sama sekali. Jadi lebih baik download Google Maps offlline untuk memudahkan perjalananmu.
- Jangan malu untuk bertanya kepada warga sekitar karena memang tidak ada petunjuk jelas untuk menuju tempat-tempat wisata di sini.
- Masih ada beberapa tempat wisata cantik lainnya seperti Marmer Tunua, Bentang Alam Usapikolen, dan Pesona Alam Tomenas.
- Di Cagar Alam Mutis, terdapat sebuah gunung bernama Gunung Mutis yang bisa kalian daki. Lama perjalanan dari kaki gunung hingga puncak kurang lebih 6 jam. Untuk kamu yang berniat mendaki, terdapat sebuah Homestay di Mutis yang bisa kalian gunakan untuk bermalam sebelum melakukan pendakian.
Hari Keenam
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 09:00 | Bangun Pagi, Mandi, Sarapan |
09:00 - 11:00 | Kerja (online) sebentar |
11:00 - 11:30 | Perjalanan ke Air Terjun Oeklofo |
11:30 - 14:00 | Perjalanan dari Parkiran ke Air Terjun Oeklofo (tersesat) |
14:00 - 15:00 | Main di Air Terjun Oeklofo |
15:00 - 15:30 | Perjalanan kembali ke Parkiran Motor |
15:30 - 16:45 | Perjalanan ke Benteng None |
16:45 - 17:30 | Menikmati Benteng None |
17:30 - 18:00 | Kembali ke kota Soe |
18:00 - 19:30 | Makan Malam di Cafe Beta Pung |
19:30 - 19:45 | Kembali ke Dena Hotel |
19:45 | Mandi dan kemudian Istirahat |
Sebagai budak korporat, kami tidak bisa menghindar dari yang namanya kerjaan kantor. Untuk itulah, usai sarapan, kami bekerja sebentar guna menjaga kursi kami di kantor tetap aman.
Hari sudah agak siang saat kami menyelesaikan pekerjaan, tapi hal tersebut tidak menyurutkan niat kami untuk pergi jalan-jalan. Tujuan pertama kami hari itu adalah Air Terjun Oeklofo. Setelah berkendara selama kurang lebih 15 menit, kami tiba di sebuah daerah tambak ikan yang menjadi titik awal sebelum kami masuk ke wilayah air terjun. Di depan sebuah rumah yang ada di dekat tambak ikan inilah saya memarkirkan motor saya.
Untuk bisa sampai ke Air Terjun Oeklofo, kalian harus menyusuri area persawahan warga dan mencari letak aliran sungai. Nah, untuk menuju aliran sungainya itu sendiri, jalurnya agak curam karena sungai terletak di bagian bawah. Setelah bertemu dengan sungai, susuri saja terus hingga bertemu dengan air terjun yang menjadi titik awal keluarnya air.
Sayangnya, beberapa waktu lalu baru saja terjadi longsor di wilayah Oeklofo ini yang membuat aliran air terjun sedikit tertutup. Hal tersebut mengakibatkan debit airnya menjadi kecil dan airnya agak keruh. Padahal menurut salah seorang anak yang sedang bermain air ketika saya temui, aliran air terjun ini sebenarnya jernih sekali. Kini warga harus merapikan longsoran tersebut guna mengembalikan wujud Air terjun Oeklofo seperti dahulu.
Di Oeklofo ini ada 3 air terjun, 2 menempel dan 1 terpisah. Untuk mendapati 1 air terjun yang terpisah ini, kalian perlu dibantu warga karena medan menuju ke sana sangatlah berat. Usai bermain air, kami pun kembali ke rumah dimana kami memarkirkan kendaraan kami. Rupanya sang penjaga rumah sudah menunggu dan memberikan kami pepaya matang untuk dimakan. Luar biasa baik penduduk di daerah TTS ini.
Karena udah selesai, kami pun pamit kepada bapak penjaga rumah dan meneruskan perjalanan ke Benteng None yang berada di wilayah Amanuban Barat. Benteng None merupakan benteng sisa perang jaman dahulu yang sudah dirawat oleh 10 generasi. Sayangnya, ketika saya datang ke sini, tidak ada seorang pun di sana. Kondisinya tidak terawat. Bahkan ada 2 Ume Kbubu (Rumah Bulat) yang baru saja terbakar ketika kami datang.
Tak banyak yang bisa kami lakukan di sini kecuali membeli kain tenun khas Soe yang dijual oleh seorang nenek yang tinggal tidak jauh dari sana. Setelah membeli kain tenun tersebut, kami pun langsung kembali ke kota Soe untuk beristirahat. Sepanjang perjalanan menuju Soe, kami ditemani oleh pemandangan matahari yang perlahan-lahan mulai terbenam. Sinarnya tepat hilang saat kami tiba di penginapan. Sungguh cantik.
Menjadi malam terakhir di kota Soe, kami tidak ingin hanya mendekam di dalam kamar. Segera setelah mandi dan beristirahat sejenak, kami kembali pergi ke Cafe Beta Pung untuk menghabiskan malam di sana. Terima kasih Soe.
CATATAN:
- Kalau memang merasa perlu untuk diantar oleh warga sekitar ketika berkunjung ke air terjun Oeklofo, lebih baik minta diantar. Bayarlah dengan seikhlasnya namun masih dalam batas wajar.
- Jika tidak sedang musim liburan, sepertinya kondisi Benteng None sangat sepi. Yang ada hanyalah anak-anak lokal yang memang suka bermain di sana.
Hari Ketujuh
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 10:00 | Bangun Pagi, Mandi, Sarapan, Packing |
10:00 - 11:00 | Servis Motor |
11:00 - 12:30 | Perjalanan ke Air Terjun Oesusu |
12:30 - 13:00 | Tiba di Parkiran Air Terjun Taplel, Oesusu yang dilanjutkan dengan berjalan kaki ke Lokasi |
13:00 - 14:00 | Menikmati Panorama Air Terjun Taplel Oesusu |
14:00 - 14:30 | Perjalanan kembali ke parkiran |
14:30 - 16:30 | Perjalanan jauh untuk kembali ke Kupang |
16:30 - 17:30 | Taruh barang + Istirahat sebentar |
17:30 - 17:45 | Perjalanan ke Sentra Oleh-oleh Bu Soekiran |
17:45 - 18:30 | Belanja oleh-oleh |
18:30 - 18:45 | Perjalanan ke Lippo Plaza Kupang |
18:45 - 19:45 | Makan Malam di Lippo Plaza |
19:45 - 20:00 | Perjalanan kembali ke Darmaloka (tempat menginap) |
20:00 | Istirahat |
Karena sudah berkendara super jauh dengan medan yang cukup berat selama beberapa hari kemarin, saya pun menyempatkan diri ke bengkel untuk melakukan service ringan pada motor saya. Saya tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat perjalanan pulang ke Kupang nanti dan sembari motor tersebut di service, kami pun melakukan packing. Sekembalinya saya ke bengkel, sang montir pun langsung memberikan senyuman terbaiknya yang berarti motor saya sudah sehat dan siap untuk dibawa kembali ke Kupang.
Dalam perjalanan kembali ke Kupang, kami melihat sebuah papan penanda bertuliskan “Lokasi Wisata Alam Air Terjun Oesusu“. Tidak ingin menyianyiakan kesempatan itu, kami pun mampir ke lokasi air terjun tersebut. Dari parkiran, air terjun ini hanya berjarak kurang lebih 30 menit melewati jalan yang sedikit menanjak dan lebih banyak menurun.
Seperti layaknya air terjun lainnya di Pulau Timor, Air Terjun Taplel Oesusu ini sama cantiknya. Air di bagian kolamnya pun berwarna biru sekali. Sayangnya, saya tidak sempat nyebur di air terjun ini karena harus kembali ke Kupang. Akirnya, selama di sana saya hanya sibuk foto-foto sambil sesekali mencelupkan kaki ke airnya. Lucunya, untuk bisa masuk ke air terjun ini, kalian tidak akan dipungut biaya sepeser pun. Sebagai gantinya, kalian hanya perlu menjaga kebersihan tempat ini.
Puas menikmati keindahan alam yang satu ini, kami kembali berjalan ke parkiran untuk melanjutkan perjalanan ke Kupang. Perjalanan Kupang – Soe memakan waktu yang cukup lama, untuk itu kalian harus pintar-pintar mengatur mood agar tidak bete sepanjang perjalanan. Sesekali berhenti untuk mengendurkan pantat juga perlu dilakukan.
Hari sudah agak sore ketika kami sampai di Kupang dan hari ini adalah hari terakhir liburan kami. Sebelum benar-benar beristirahat, kami mampir dulu ke Sentra Oleh-oleh Bu Soekiran. Di sini kami membeli oleh-oleh berupa makanan untuk orang-orang yang kami sayang. Kalian tidak perlu khawatir karena makanan yag di jual oleh Bu Soekiran semuanya halal. Untuk kalian yang ingin membeli Se’i, di sini tersedia Se’i sapi dan Se’i ikan. Spesialnya lagi, makanan yang dijual di sini tidak menggunakan MSG sama sekali lho.
Dari Bu Soekiran, kami langsung berkendara ke Darmaloka untuk beristirahat. Tak terasa ternyata liburan sudah akan berakhir dan keesokan harinya kami harus pulang.
Hari Kedelapan
PULANGGGGG!!!!!
Terima kasih Kupang – Soe untuk liburannya yang luar biasa. Sampai bertemu di kesempatan berikutnya 🙂
CATATAN PERJALANAN:
- Selama di Kupang, saya menginap di rumah saudara. Untuk itu, tidak ada biaya menginap yang saya keluarkan.
- Perjalanan ini hanya dilakukan oleh dua orang.
- Perjalanan Kupang – Soe dilakukan dengan Sepeda Motor, begitu pula selama menjelajah daerah TTS dari Soe.
- Kalau ingin menggunakan motor, gunakanlah motor trail, jangan motor matic.
- Kupang – Soe itu sangat aman dan orangnya ramah-ramah. Jika perlu bantuan, jangan ragu untuk memintanya kepada warga sekitar
Rincian Biaya Bisa Dilihat DI SINI
SARAN
Selama di Kupang, kalian juga bisa mengunjungi Air Terjun Oenesu di Kupang Barat dan Goa Kristal di Bolok. Lokasi kedua temat tersebut tidaklah terlalu jauh dan bisa kalian kunjungi dalam 1 hari.
KONTAK
- Sewa Motor Kupang → 081337772292
- Sewa Mobil + Supir Kupang → 082266572081
- Guide Semau (Pak Hes) → 085338445124
Enjoy the journey and try to get better every day. And don’t lose the passion and the love for what you do.
— Nadia Comaneci