Prosedur Keselamatan dalam Melakukan Freediving
Beberapa tahun belakangan ini olah raga Freediving mulai digemari di Jakarta, beberapa kolam renang pada akhir pekan sering kali dipenuhi para freediver untuk latihan, sebut saja kolam renang Senayan, Cikini atau Cilandak. Tidak hanya itu, efek dari mulai banyaknya orang-orang yang mulai menyukai olahraga menyelam ini maka hadir pula beberapa kelompok atau komunitas freedive sebagai wadah untuk saling belajar dan saling berbagi pengetahuan seperti Freedive Jakarta dan Satu Nafas.
Namun sebelum kita membahas freedive lebih jauh, voyagers perlu tahu dulu apa itu Freediving. Pengertian mudah dari Freediving adalah kegiatan menyelam yang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu pernapasan dan tanpa meninggalkan efek apapun pada lingkungan di sekitar. Untuk mencapai hal tersebut maka freediver harus belajar teknik-teknik menahan nafas untuk melakukan penyelaman dalam satu kali tarikan nafas. Kalau voyagers sekalian pernah menahan nafas dalam beberapa waktu ketika berenang, maka voyagers sudah sedikit merasakan seperti apa itu freediving.
Freediving sebenarnya sudah sejak dulu ada di Indonesia mengingat Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan luas laut kurang lebih 3.544.743,9 km² dengan rincian luas laut teritorial sebesar 284.210,90 km², Luas Zona Ekonomi Eksklusif sebesar 2.981.211,00 km² dan Luas Laut 12 Mil sebesar 279.322,00 km² menurut UNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea).
Kegiatan Freediving telah dilakukan sejak dulu oleh nelayan-nelayan tradisional di Indonesia baik untuk berburu ikan dengan tombak, memasang perangkap ikan atau untuk melakukan budidaya kerang mutiara. Memang dengan luas laut sebesar itu sayang rasanya bila kita tidak mencoba melakukan freediving di negara kita Indonesia tercinta ini. Mengingat juga memang banyak pemandangan indah dan “harta karun” di bawah sana.
Olah raga freediving memang berbahaya apalagi bila dilakukan dengan pengetahuan yang sangat minim. Kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan saat melakukan freediving dapat berakibat fatal baik pada saat kompetisi, saat latihan, dan terutama bagi mereka yang belum pernah mengambil kursus menyelam.
Bahaya utama adalah menderita kekurangan oksigen yang mana bisa mengakibatkan kehilangan kontrol terhadap saraf motorik kita atau bahkan sampai kondisi blackout. Blackout disini adalah kondisi dimana pandangan mulai gelap dan kita kehilangan kendali atas tubuh kita (pingsan).
Blackout bisa terjadi baik di dalam air atau saat kita berada di permukaan. Jangan melakukan hyperventilating atau memaksakan penyelaman melebihi batas tubuh kita karena kita bisa menderita blackout yang biasa disebut dengan shallow water blackout. Shallow water blackout adalah kondisi dimana kita mulai kehilangan tekanan ketika kita memasuki kedalaman tertentu yang mengakibatkan oksigen meninggalkan darah & otak kita dan kembali ke dalam paru-paru. Kita menjadi pingsan → kehilangan udara → tenggelam dan kemudian meninggal.
Untuk mengurangi resiko-resiko tersebut maka pengetahuan yang cukup terhadap olah raga freediving sangat diperlukan. Berikut ini sedikit ringkasan mengenai aturan dasar keselamatan (prosedur keselamatan) saat melakukan kegiatan freediving:
- Jangan memaksakan diri tanpa edukasi yang cukup
Freediving jauh lebih rumit dari olah raga Scuba Diving. Dalam freediving, tubuh dan pikiran kitalah yang memutuskan batas kemampuan kita. Hal tersebut berarti kita berada di tingkatan yang lebih tinggi dan harus memiliki lebih banyak pengalaman dan pengetahuan Sebuah kursus singkat akan sangat membantu kita untuk menyelam dengan cara yang aman. - Menyelamlah dibawah pengamatan langsung dari teman menyelam kita. Katakan padanya apa yang ingin kita lakukan.
Kalo bahasa kerennya sih “Never freedive alone”. Ini adalah aturan utama. Banyak orang yang meninggal karena mengabaikan peraturan yang satu ini. Banyak freediver yang meninggal saat melakukan kegiatan latihan rutin dan bisa dibilang sederhana ketika sedang sendirian atau berada disebelah orang yang kurang mengerti freediving. Pengamatan langsung berarti ada seseorang yang mengamati kita secara khusus dari kejauhan. Pastikan teman yang mengamati kita adalah yang benar-benar mengerti freedive. Kita harus memberi tahu apa yang ingin kita lakukan agar dia tetap waspada terhadap apa yang kita lakukan. - Jangan melakukan Hiperventilasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan blackout tanpa adanya peringatan sebelumnya.
Hiperventilasi adalah melakukan lebih dari 2-3 tarikan nafas yang dalam dan cepat dalam satu waktu (bernafas dengan lebih laju) sebelum menyelam. Hiperventilasi adalah nafas yang berlebih, bukan berarti 2-3 tarikan napas yang dalam dan cepat saja, napas yang perlahan dan panjang pun bisa merupakan hyperventilation, karena napas yang berlebih itu sangat tergantung dari aktifitas kita. Pada umumnya begitu kita mulai “memanipulasi” napas kita, kemungkinannya kita sudah melakukan hyperventilation. — Koreksi dari Yoshua Surjo.
Aturan ini telah banyak dilanggar oleh orang yang sekarang sudah tidak ada lagi. Penambahan nafas di atas pernafasan normal tubuh kita akan menurunkan tingkat Karbondioksida dalam darah & otak dan desakan untuk bernafas mungkin datang setelah kita pingsan akibat oksigen yang rendah. Ingat, prinsip dasar Freedive itu mengambil SATU TARIKAN nafas saja sebelum mulai menyelam. - Jangan menyelam terlalu dalam apabila kita merasakan tekanan pada gendang telinga. Lakukan equalizing disetiap waktu.
Seorang pemula akan berpikir kalau mereka dapat melakukan equalizing saat mereka merasakan tekanan pada gendang telinga mereka. Hal tersebut SALAH BESAR. Seorang profesional saja tidak pernah merasakan tekanan pada gendang telinga mereka baru melakukan equalizing.
Equalizing. Equalize lah sebelum terasa sakit, bukan berarti sebelum ada tekanan, yang paling baik (bahkan untuk professional) adalah untuk merasakan tekanan tersebut, begitu tekanan mulai terasa, equalize lah, namun equalize sebelum tekanan terasa terlalu besar. Teknik yang baik dan relaksasi sangat mempengaruhi kemampuan seorang penyelam untuk melakukan equalization. — Koreksi oleh Yoshua Surjo. - Jika terjadi masalah, jangan ragu untuk melepas pemberat.
Hal ini tidak banyak dilakukan, banyak orang yang lebih memilih tenggelam dari pada melakukan hal ini. Melepaskan pemberat dapat membantu kita untuk lebih cepat kembali ke permukaan. Yang bisa dilakukan lainnya adalah lepaskan pemberat dan genggam dengan tangan anda, bila kita menderita SWB (Shallow Water Blackout) maka kita akan melepaskan pemberat tersebut dan bukannya kehilangan semua udara di dalam paru-paru kita kemudian tenggelam. Kita mungkin akan melayang jika bobot badan kita hilang. - Jangan Mengeluarkan Udara di dalam Air atau berhenti saat menuju ke atas (itu meningkatkan resiko SWB). Berenang lurus ke atas.
Karena pada saat kita membuang napas, kita akan melepaskan udara yang berisi: 4% CO2, 79% Nitrogen, dan 17% O2. Kan kita tidak mau membuang O2 yang ada di dalam tubuh kita. –– Tambahan oleh Yoshua Surjo
Pada bagian akhir menyelam dan ketika tekanan mulai berkurang, resiko terjadinya SWB justru semakin meningkat tiap detiknya. Jangan berada pada zona yang tidak aman, langsung menuju ke atas dan bernafaslah. - Istirahatlah tanpa melakukan penyelaman, ambillah waktu istirahat dengan durasi 2 kali dari waktu penyelaman yang terakhir.
Dibutuhkan hanya sedikit nafas untuk mengoksidasi darah yang meninggalkan paru-paru dan jantung (saturasi oksigen Arteri sekitar 99-100%), tetapi darah yang ada di balik vena (biasanya 80% saturasi) yang kembali dari otot yang lelah akan tetap memiliki oksigen yang rendah untuk beberapa menit, hal ini tidak bisa kita rasakan. Jika kita mau memulai penyelaman yang baru, sebelum nilai ini kembali pada nilai normalnya, penyelaman yang baru ini akan jauh lebih berbahaya dari penyelaman yang sebelumnya.Ini disebut “surface interval” dan tidak banyak berhubungan dengan tingkat O2 di tubuh kita, lebih dilakukan untuk menghindari “Decompression Sickness” atau yang sering disebut DCS. Aturan yang benar adalah: 2x dive time (untuk penyelaman dibawah 30m); dive time/5 untuk penyelaman 30-50 m dan penyelaman diatas 50m disarankan hanya dilakukan 1 kali dalam sehari. — Koreksi oleh Yoshua Surjo
- Kematian dapat terjadi sampai 24 jam setelah sejumlah kecil air telah memasuki paru-paru kita.
Air yang berada di dalam paru-paru akan merusak kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran gas. Ini berarti hanya sedikit oksigen yang masuk ke dalam darah kita dan kita mungkin bisa pingsan atau bahkan mati lemas. Tanda dan gejala pertama adalaha proses bernafas yang tidak enak atau kurang nyaman (bahkan jika istirahat), batuk, sakit kepala dan banyak lagi. Tidak dibutuhkan banyak air untuk hal ini dapat terjadi hanya sekitar 2-3 desiliter saja. Kematian dapat terjadi berjam-jam setelah melakukan kegiatan menyelam. Kalau gejala ini terjadi maka kita harus dibawa ke rumah sakit dan menjalani pengawasan dan perawatan oksigen. - Gunakan garis atau tali menyelam untuk dihubungkan dengan pelampung pengaman bila kita ingin menyelam lebih dari batas yang biasa. Menyelamlah mengikuti garis tersebut. Jangan pernah menyelam melebihi batas bawah dari pemberat yang sudah ditetapkan.
Hal ini sangat penting apabila kita melakukan kegiatan menyelam dengan tingkat penglihatan yang rendah. Sesuatu hal yang salah bisa saja terjadi saat menyelam. Kerusakan pada gendang telinga dapat mengakibatkan vertigo dan kita mulai kehilangan arah, kram juga bisa terjadi dan itu bisa menghambat kita untuk berenang ke atas. Banyak hal yang bisa terjadi di bawah laut jadi menyelamlah selalu dekat tali tersebut. - Jangan melakukan Freedive setelah kita melakukan scuba dive, beristirahatlah lebih dari 12 jam.
Scuba diving melibatkan banyak udara yang terkompresi untuk melakukan proses bernafas. Kelebihan kadar nitrogen yang terkompresi itulah yang tersimpan dalam darah kita. Dibutuhkan waktu beberapa jam bernafas di darat dengan cara yang normal untuk menyingkirkan nitrogen tersebut. Jika kita langsung melakukan freedive setelah melakukan scuba dive, maka kita akan memampatkan kembali nitrogen tersebut dan gelembung nitrogen akan berakhir di otak kita dan ada kemungkinan kita bisa meninggal.
Tunggu 12 jam setelah melakukan 1 kali scuba dive dan tunggu 24 jam setelah melakukan lebih dari satu scuba dive dalam sehari. — Tambahan dari Yoshua Surjo - Minum banyak air putih sebelum melakukan Freediving.
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 1% akan mempengaruhi kinerja menyelam kita sampai 10%. Dehidrasi akan mempengaruhi kemampuan kita untuk bertindak dan berpikir jermih. Berenang di dalam air akan memicu dorongan untuk buang air kecil. Kita akan kehilangan air . Ketika kita berenang di dalam air maka kita tidak akan merasa bahwa kita berkeringat, saat itulah anda juga kehilangan banyak air. Kita akan kehilangan sangat banyak air ketika menyelam. Dibutuhkan waktu beberapa jam untuk mengembalikan air tersebut (rehidrasi). Tubuh kita hanya dapat menyerap 2,5 desiliter air per jam. Mulai minum banyak air dimalam sebelum kita memulai melakukan freedive. - Jangan makan terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Jika kita makan terlalu banyak dan kemudian kita melompat ke dalam air, banyak energi (oksigen) yang digunakan untuk mencerna makanan kita. Jika kita terlalu lapar, kita akan mudah kedinginan. Jika kita kehabisan karbohidrat, kita akan mulai membakar lemak kita dan kegiatan itu akan memakan banyak oksigen. - Jangan menyelam jauh ketika kita sedang pilek. Jangan menyelam saat kita sedang demam, terkena infeksi atau seusai mengkonsumsi obat-obatan & tidurlah dengan cukup.
Euforia dan agitasi mungkin dirasakan saat kita menyelam atau berada di dalam air. Ini dapat menyembunyikan tanda-tanda penyakit kita, namun sebenarnya penyakit itu tetap berada di situ. Penyakit atau obat-obatan tersebut akan berdampak buruk pada tubuh kita dan membatasi kemampuan kita. Tidur cukup juga sangat penting bagi tubuh kita, kurang tidur saat malam hari sebelum melakukan kegiatan freedive akan mengurangi kemampuan kita dalam menyelam. - Evaluasi tempat kita menyelam. Cari tahu tentang arus dan exit point yang baik di tempat tersebut.
Sangat mudah untuk melompat ke air kemudian menyelam. namun keluar dari pantai yang berbatu atau yang penuh dengan karang-karang sangatlah rumit meskipun dengan ombak yang kecil. Pasang surut dan arus dapat menyapu kita keluar dari laut. Hal bisa terjadi dan banyak yang sudah meninggal akibat hal tersebut. - Jangan menyentuh apalagi memegang karang atau hewan (bisa saja mereka atau kita yang dirugikan).
Hewan dan tumbuhan memiliki cara yang aneh dan berbeda dalam upaya melindungi dirinya, bahkan beberapa dari mereka itu beracun. Jika kita menyentuh karang atau ikan maka kita merusak lapisan kecil tidak terlihat yang melindungi mereka dari penyakit. Perlu diingat bawa kita sebagai freediver adalah tamu di rumah orang lain, jadi kita tetap harus menjaga rumah tersebut tetap bersih. - Tenang, Nikmati dan dengarkan tubuh kita.
Jangan menyelam terlalu dalam dan selalu dengarkanlah tubuh kita.
source: Freediving.biz
Don’t ask me why I dive, ask yourself why you don’t