Rute Pendakian Gunung Ceremai via Linggarjati
Hai voyagers, pada kesempatan kali ini DailyVoyagers ingin memberikan sedikit detail rute dan pos-pos yang berada pada gunung tertinggi di Jawa Barat, apalagi kalau bukan Gunung Ceremai. Dari sekian banyak rute yang ada untuk mencapai puncak tertinggi gunung Ceremai, diantaranya ada jalur Palutungan via Kuningan, jalur Apuy via Majalengka dan Jalur Linggarjati via Kuningan, pilihan jatuh kepada jalur Linggarjati.
Kenapa jalur linggarjati? Karena jalur ini bisa dibilang jalur paling pendek dalam segi jarak dari kedua jalur lainnya namun di sisi lain jalur ini merupakan jalur terberat karena medannya yang terus menanjak tanpa kompromi. Sejarah dibalik nama jalur ini juga yang membuat tim Dailyvoyagers tergugah untuk melewati jalur ini.
Kalau voyagers rajin menyimak pelajaran sejarah jaman SD dulu, pasti voyagers ingat akan perjanjian Linggarjati, sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda mengenai pengakuan wilayah Indonesia secara de facto dan pembentukan RIS. Ya, untuk mencapai pos simaksi dari Gunung Ceremai via Linggarjati ini kita akan melalui gedung bersejarah yaitu Gedung Perundingan Linggarjati di Cilimus, Kuningan.
Kembali ke Gunung Ceremai, Gunung Ceremai merupakan gunung api bertipe strato yang memiliki tinggi 3078 M yang menjadikannya sebagai gunung tertinggi di jawa Barat. Gunung yang memiliki kubah indah di bagian puncaknya ini tercatat masih aktif lho hingga sekarang.
Nama Ceremai sendiri berasal dari kata Cereme yang merupakan sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan warna hijau atau merah. Nah, untuk voyagers yang ingin mendaki gunung yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai ini maka ada baiknya dibekali dengan sedikit informasi mengenai pos-pos atau jalur yang harus dilewati via Linggarjati, sehingga voyagers sekalian memiliki bayangan mengenai medan yang akan dilewati serta dapat melakukan persiapan sebelum melakukan pendakian. Berikut adalah daftar pos yang harus voyagers lalui:
Base Camp Ranger
Seperti fungsi base camp lainnya di gunung manapun, tempat ini berfungsi sebagai tempat para pendaki beristirahat baik sebelum atau sesudah pendakian. Jadi apabila voyagers tiba di kaki gunung Ceremai lebih cepat dari waktu yang ditentukan atau sangat lelah setelah turun dari gunung tersebut maka voyagers bisa beristirahat di sini.
Tidak dipungut biaya untuk bersitirahat di tempat ini dan voyagers juga tidak dibatasi lamanya waktu untuk dihabiskan di tempat ini. Tetap jaga sopan santun dan perhatikan tata krama di tempat ini, jangan lupa untuk saling bertegur sapa apabila bertemu dengan pendaki lainnya. Berbagilah sebanyak-banyaknya dengan para pendaki lain di tempat ini baik itu melalui cerita, makanan atau pengalaman.
Fasilitas yang ada di tempat ini adalah ruangan untuk beristirahat, televisi, kamar mandi dan stop kontak bagi yang perlu mengisi ulang daya pada gadget-nya. Selain sebagai tempat untuk beristirahat, tempat ini merupakan tempat bagi para Rescuer yang siap melakukan evakuasi dan pertolongan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di Gunung Ceremai seperti kecelakaan yang dialami pendaki saat melakukan pendakian, kebakaran hutan atau longsor. Jadi sekarang sudah tahu kan betapa pentingnya tempat ini?
Pos Pendakian Linggarjati (Simaksi)
Pos ini terletak di ketinggian 650 MDPL atau sekitar 9,5 KM lagi sebelum mencapai puncak Ceremai. Sebelum melakukan pendakian, voyagers harus mendaftar di tempat ini. Untuk mendapatkan Simaksi (Surat Izin Memasuki Kawasan Hutan Konservasi), maka voyagers harus mengisi biodata seperti nama, nomor handphone, nomor kontak lain yang bisa dihubungi dan list barang bawaan.
Biaya untuk mendapatkan surat izin tersebut adalah sebesar Rp 50.000/kepala, biaya sudah termasuk sertifikat yang akan voyagers dapat setelah selesai melakukan pendakian. Jarak antara Base Camp Ranger dengan Pos Pendakian Linggarjati sangatlah dekat, hanya berjarak sekitar 10 Meter. Untuk melakukan pendakian di gunung ini, jumlah minimum dalam satu rombongan adalah 3 orang. Kala melakukan pendakian, Tim Dailyvoyagers hanya berjumlah 2 orang oleh sebab itu guna mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan maka kami bergabung dengan rombongan lain.
Pos Mata Air Cibeunar
Perjalanan berat sudah harus dimulai dari Pos Pendakian Linggarjati menuju Pos Mata Air Cibeunar. Pos Mata Air Cibeunar berada pada ketinggian 750 MDPL. Jalan yang dilalui dari Pos Pendakian ke Cibeunar merupakan jalan beraspal dan selama perjalanan, di bagian kanan jalan voyagers bisa melihat persawahan warga yang indah. Seperti namanya, pos ini merupakan tempat dimana kita mengisi persediaan air untuk dibawa selama kita mendaki.
Perlu diketahui bahwa tidak ada sumber mata air di bagian atas selama melakukan pendakian di Gunung ini sehingga kita perlu membawa air dari bawah. Sebenarnya bukannya tidak ada, hanya saja mata air di bagian atas itu tidak deras (hanya berupa tetesan) sehingga dibutuhkan waktu sangat lama untuk mengisi 1 botol air, alangkah baiknya kalau membawa air dari tempat ini.
Pastikan Air yang kita bawa cukup untuk naik dan turun. Saran dari DailyVoyagers adalah setiap pendaki membawa minimal 2 botol plastik air mineral ukuran 1,5 Liter. Waktu tempuh dari Pos Pendakian Linggarjati ke Pos Mata Air Cibeunar kurang lebih 15 Menit dengan berjalan normal tanpa berhenti.
Leuweung Datar
Perjalanan dari Cibeunar menuju Leuweung Datar hanya memakan waktu 30 menit. Sepanjang jalan voyagers akan melalui hutan pinus dan semak belukar. Karekteristik pepohonan di daerah ini sedikit berbeda dengan hutan yang berada di bagian atas, hal ini dikarenakan wilayah bagian bawah (termasuk Leuweung Datar) dulunya dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani.
Sekarang daerah ini digunakan juga oleh warga sekitar sebagai kawasan pertanian atau yang bisa dikenal dengan istilah Wanatani. Jalanan sudah mulai bertanah dan berbatu, tidak lagi seperti perjalanan dari Pos Pendakian menuju Cibeunar. Letak ketinggian Pos Leuweung Datar adalah 1225 MDPL atau sekitar 7,2 KM lagi sebelum mencapai Puncak Ceremai.
Condang Amis
Pos Selanjutnya adalah Condang Amis, sekitar 30 Menit dari Pos Leuweung Datar. Di Pos ini kita bisa melihat Shelter yang cukup besar yang bisa menampung hingga 20 pendaki di dalamnya. Area kosong di tempat ini juga sangat luas, area terluas yang bisa digunakan untuk membangun tenda dalam jumlah yang cukup banyak.
Terletak pada ketinggian 1250 Meter di atas permukaan laut dan memiliki tempat yang luas, tidak jarang tempat ini digunakan oleh TNI sebagai tempat untuk berlatih. Tim Dailyvoyagers kala itu berhasil bertemu dengan beberapa tentara yang siap untuk berlatih.
Kuburan Kuda
Dari namanya saja mungkin voyagers sekalian sudah bisa membayangkan betapa “seru”nya tempat ini. Ya, mitos-mitos dibalik pemberian nama tempat ini dan apa yang sering terjadi di tempat ini patut untuk didengar dan bisa menjadi bumbu cerita perjalanan yang baik bagi voyagers kala menyudahi perjalanan dari tempat ini.
Menurut warga setempat, jaman penjajahan dulu di tempat ini tentara Jepang pernah hadir. Tentara Jepang konon mengubur kuda-kuda yang mereka gunakan untuk mengawasi para Pekerja Rodi di tempat ini. Itu sebabnya, tidak jarang bila kita bermalam di tempat ini kita akan sering mendengar suara ringkikan kuda.
Perjalanan dari Condang Amis ke Kuburan Kuda memakan waktu kurang lebih 1 jam. Karakteristik jalur pendakian pun mulai berbeda dari pos-pos sebelumnya, pada pendakian menuju kandang kuda ini voyagers mulai tidak akan menemukan lagi ilalang-ilalang tinggi.
Pohon dengan akar-akar besar yang berfungsi sebagai tangga untuk berpijak akan lebih sering terlihat. Perlu juga berhati-hati karena di tempat ini juga banyak pacet atau lintah penghisap darah, jadi sering-sering periksa badan ya terutama bagian kaki, takutnya ada pacet yang menempel di sana.
Ayo semangat, kala mencapai titik ini voyagers sudah berada pada ketinggian 1450 MDPL atau 6,1 KM lagi menuju puncak.
Pangalap
Bisa dikatakan Pos ini merupakan pos paling ideal untuk membangun tenda untuk bermalam. Pertama karena tempatnya cukup luas dan yang kedua adalah tanahnya itu datar. Menurut daily voyagers, tidak disarankan untuk membangun tenda di dua pos setelah ini yaitu Tanjakan Seruni dan Bapa Tere karena memang medan menuju ke sana & medan di sana yang cukup sulit dan kurang cocok untuk membangun tenda.
Jadi ketika sudah sampai tempat ini maka voyagers harus sudah memutuskan apakah akan membangun tenda di tempat ini atau setelah Tanjakan Seruni dan Bapa Tere baru voyagers akan membangun tenda.
Tanjakan Seruni dan Bapa Tere merupakan 2 pos terberat dari jalur Linggarjati ini, kemiringan jalur pendakian mereka bisa mencapai 75°. Jadi keuntungan membangun tenda di pangalap adalah voyagers tidak peru membawa carrier sampai ke puncak dan bisa sedikit lebih mudah karena hanya membawa badan.
Namun kerugiannya adalah puncak Ceremai masih sekitar 8 jam lagi dari pos ini. Jadi pertimbangkan baik-baik ya kala tiba di tempat ini. Oh iya, perjalanan dari Kuburan Kuda ke Pos Pangalap bisa memakan waktu 1 jam perjalanan dan ketika voyagers sudah merebahkan carrier di sini berarti voyagers sudah berada pada ketinggian 1650 MDPL.
Tanjakan Seruni
Jalur paling kejam yang pertama adalah Tanjakan Seruni. Seruni merupakan nama dari sebuah bunga indah namun sayangnya sekarang ini mungkin voyagers tidak bisa menemukannya di tempat ini. Di awal, jalur ini masih terlihat seperti jalur biasa, namun tunggu sampai voyagers bertemu dengan jalur yang mulau menyempit yang mungkin hanya cukup untuk 1-2 orang pendaki jalan berdampingan.
Tingkat kemiringan pendakian mulai berubah drastis seperti yang daily voyagers sudah jelaskan tadi. Kekuatan tangan dan kaki serta serta kecekatan voyagers sekalian benar-benar diuji di tempat ini. Untuk mencapai garis akhir dari pos ini, voyagers harus memanjat dengan menggunakan akar yang terlihat seperti seutas tali guna memudahkan teman-teman sekalian.
Dalam keadaan kering saja jalur ini sangat sulit untuk dilewati, coba bayangkan kalau hujan. Dari Pangalap ke Tanjakan Seruni membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam dan pos ini berada pada ketinggian 1825 MDPL atau 4,2 KM lagi sebelum puncak.
Bapa Tere
Beberapa nama pos di Gunung Ceremai via Linggarjati memang memiliki sejarah yang tidak jarang mengerikan sehingga membuat para pendaki merasakan sesuatu hal yang berbeda ketika melintasinya. Kalau sebelumnya Daily voyagers sudah menjelaskan asal nama dari Kuburan Kuda, kali ini daily voyagers ingin memberikan cerita dibalik nama Bapa Tere.
Konon terjadi peristiwa kelam di tempat ini, seorang anak dibunuh oleh Bapak Tirinya. Bukan hanya sejarahnya saja yang menakutkan, medan Bapa Tere ini juga “sangat menakutkan”. Kepala bertemu lutut bukanlah omong kosong belaka dan tidak ada bonus di jalur ini.
Tanjakan curam akan mendampingi voyagers di jalur ini. Tak jarang voyagers harus menggunakan bantuan tali untuk melewati pos ini. Tidak usah terlalu khawatir karena tali-tali tersebut sudah terikat dari atas ke bawah, voyagers hanya perlu menyiapkan fisik dan menggunakan teknik yang tepat agar tidak terjatuh dan cedera. Tali tersebut sudah dipersiapkan oleh pendaki yang sudah terlebih dahulu “bermain” ke tempat ini.
Perjalanan dari Tanjakan Seruni ke Bapa Tere memakan waktu kurang lebih 2 jam. Bapa Tere berada di ketinggian 2025 MDPL.
Batu Lingga
Usai melewati Bapa Tere maka kita akan sampai di Pos Batu Lingga, Sebuah pos dengan tanah datar dan terdapat sebuah batu besar di sana. Kala menapakkan kaki di tempat ini, langit sudah mulai dapat terlihat dengan jelas, tidak terlalu ditutupi oleh pohon-pohon besar dengan daun yang lebat.
Menurut cerita penduduk setempat, dulunya tempat ini digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk menyendiri. Tempat ini juga dipercaya warga sekitar dijaga oleh 2 mahluk halus dan para pendaki seringkali diminta untuk tidak berkata sembarangan atau berbuat sesuatu yang bodoh di tempat ini.
Mulai dari pos ini, perjalanan sudah tidak terlalu berat. Jalan tidak lagi dipenuhi oleh akar-akar besar. Waktu tempuh dari Bapa Tere ke Batu Lingga kurang lebih 1 jam. Di ketinggian 2200 MDPL ini voyagers bisa beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Sangga Buana yang akan memakan waktu kurang lebih 2 jam.
Sangga Buana
Sangga Buana dibagi menjadi 2 yaitu Sangga Buana Atas dan Sangga Buana Bawah. Inilah tempat yang paling ideal menurut daily voyagers untuk membangun tenda. Terletak di ketinggian 2500 MDPL membuat tempat ini masih dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang sedikit menghalangi laju angin, tapi untungnya sinar matahari masih bisa menembus lebatnya hutan.
Tanjakan cukup tinggi menjadi penghubung antara Sangga Buana Atas dan Sangga Buana Bawah. Kalau di Sangga Buana Bawah, lantainya itu masih berupa tanah, maka lain halnya dengan Sangga Buana Atas yang sudah mulai berbatu.
Tim Daily voyagers mendapat pengalaman seru di tempat ini yaitu setiap kami berada di dalam tenda ketika malam hari, maka tenda kami seperti ada yang menggaruk dan suara garukkannya terdengar sangat jelas. Namun ketika kami keluar untuk memastikan sebenarnya apa yang terjadi, suara garukan tersebut hilang dan tidak ada apa-apa di luar tenda kami.
Pangasinan
Pangasinan merupakan batas vegetasi, pepohonan sudah mulai hilang di tempat ini. Lautan awan akan terlihat kala voyagers sudah melihat papan bertuliskan “Pangasinan”. Dari Sangga Buana ke Pangasinan maka voyagers akan melewati tanjakan berbatu. Batunya tidak kecil namun berukuran besar-besar, berbeda dengan jalan berbatu yang voyagers lewati ketika masih menuju Leuweung Datar.
Sebenarnya tempat ini bagus sekali untuk membuka tenda karena memang pemandangannya yang luar biasa dikala cerah, hanya saja biasanya para ranger akan melarang voyagers berkemah di tempat ini karena angin berhembus sangat kencang di tempat ini terutama di malam hari.
Tidak jarang juga badai sering terjadi di tempat ini karena tempat ini memang sangat terbuka (tidak ada pohon yang menahan laju angin). Namun semuanya kembali kepada keputusan voyagers sekalian apakah akan membangun tenda disini atau tidak.
Pangasinan memiliki suasana yang sedikit mistis dan juga eksotis. Mistis karena memang dulunya di masa pendudukan jepang tempat ini digunakan untuk membuang tawanan perang, jadi di malam hari kalau voyagers beruntung maka voyagers akan mendengar suara jeritan atau langkah tentara jepang di tempat ini.
Sedangkan Eksotis karena di tempat ini voyagers bisa menjumpai bunga abadi atau yang biasa disebut Edelweiss. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Pangasinan dari Sangga Buana kurang lebih 1 jam. Ketinggian 2800 MDPL sudah voyagers capai apabila sudah sampai ke titik ini.
Puncak Ceremai
Tempat yang paling diidam-idamkan para pendaki apalagi kalau bukan bagian puncak. Tidak lagi ada pepohonan yang menghalangi, kali ini voyagers hanya akan beratapkan langit yang indah. Meskipun hanya membutuhkan waktu 30 menit dari Pangasinan, namun jalan menuju puncak bisa dibilang tidak mudah.
Jalan akan sedikit curam dan licin, voyagers harus berhati-hati karena tidak banyak pegangan di sini. Beberapa jalur di sini ada yang longsor, voyagers harus menggunakan tali yang lagi-lagi sudah disediakan oleh pendaki sebelumnya guna memuluskan pendakian ke puncak karena jalur yang dulunya pernah ada kini sudah tidak bisa dilewati.
Puncak Ceremai ada 2 yaitu Puncak Sunan Mataram (3058 MDPL) dan Puncak Sunan Cirebon (3078 MDPL). Di bagian puncak ini, awan-awan akan terlihat seperti gulali dan voyagers juga bisa melihat kawah Gunung Ceremai dengan airnya yang berwarna biru cyan.
Mengingat puncak yang tanahnya sangat berbatu,voyagers harus ekstra hati-hati saat berusaha untuk berfoto atau mengabadikan moment di tempat ini, jangan sampai terpeleset kemudian tergelincir.
*Catatan:
Jalur ini sangat terjal dan dibutuhkan kesiapan fisik yang benar-benar prima, Tenaga akan banyak terkuras bila melalui jalur ini karena hampir tidak ada bonus.
Sebenarnya jalur Linggarjati ini jalur paling pendek namun karena terjalnya medan maka waktu tempuh jalur ini bisa sampai 12-13 jam dan salah satu hal lagi yang membuat pendakian melalui jalur ini cukup berat karena starting point-nya dimulai dari ketinggian 650 MDPL, berbeda dengan kedua jalur lainnya atau jalur-jalur pendakian di gunung lainnya yang biasanya dimulai dari ketinggian sekian ribu meter di atas permukaan laut.
Karena bisa memakan waktu hingga 12-13 jam maka disarankan voyagers memulia pendakian sekitar pukul 05:00 – 06:00 WIB agar tidak terlalu gelap saat tiba di Pos Sangga Buana atau Pangasinan untuk membuka tenda.
Selalu utamakan keselamatan dan jangan terlalu memaksakan diri apabila memang kaki sudah tidak lagi mampu berdiri. Karena sebuah aktivitas pendakian bukan hanya soal mendaki hingga ke puncak yang tertinggi.
Puncak hanyalah bonus karena hal yang terpenting adalah kita bisa turun kembali agar bisa berjumpa dengan orang-orang yang kita kasihi. Kalau memang ada kesempatan lagi, maka kita bisa kembali bersilaturahmi ke gunung ini 🙂
The good life is one inspired by love and guided by knowledge.–Bertrand Russell