Rincian Perjalanan Explore Flores 9 Hari 8 Malam
NTT terutama Flores merupakan sebuah daerah yang wajib masuk dalam wishlist Traveling kamu. Berbagai macam keindahan terdapat di sana, sebut saja alam, budaya, adat-istiadat, dan makanan. Sangat sayang rasanya apabila pergi ke Flores tanpa disertai rencana yang cukup matang. Berikut ini Dailyvoyagers bagikan sedikit rincian perjalanan yang kami (13 orang) lakukan saat menjelajah Flores kurang lebih selama 9 Hari 8 Malam. (Road Map pada gambar di atas dapat dilihat DI SINI )
HARI PERTAMA
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06.15 - 07.10 | Berangkat dari Bandara Eltari Kupang (KOE) - Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende (ENE) |
07.10 - 08.30 | Tiba di Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende (ENE) dan dilanjutkan dengan Sarapan di Dapur Ende |
08.30 - 08.45 | Perjalanan dari Dapur Ende ke Rumah Pengasingan Bung Karno |
08.45 - 09.30 | Berkeliling Rumah Pengasingan Bung Karno |
09.30 - 09.35 | Perjalanan dari Rumah Pengasingan Bung Karno ke Taman Renungan |
09.35 - 10.00 | Bersantai sejenak di Taman Renungan |
10.00 - 10.15 | Perjalanan dari Taman Renungan ke Nanganesa |
10.15 - 11.15 | Bermain di Pantai Nanganesa |
11.15 - 12.00 | Perjalanan dari Nanganesa ke Wolotopo |
12.00 - 14.30 | Berkeliling dan Makan Siang di Wolotopo |
14.30 - 17.00 | Perjalanan dari Wolotopo ke Moni |
17.00 - 24.00 | Tiba di Moni, ke penginapan dan kemudian acara bebas |
Perjalanan dimulai pagi hari dari Bandara El Tari Kupang menuju Bandara H. Hasan Aroeboesman. Kenapa pagi hari? Karena menurut kami mengawali sesuatu lebih enak di pagi hari, saat kondisi badan dan otak masih fit, juga saat udara masih cukup segar. Setibanya di Bandara, kami langsung dijemput oleh supir yang sudah kami sewa sebelumnya (kami menyewa 2 mobil + 2 supir). Merekalah yang selama kurang lebih 5 hari akan mengantar kami berkeliling Flores via darat. Dari bandara kami langsung diantar ke Dapur Ende, sebuah Restoran Cina yang menyajikan makanan nusantara. Lokasinya tidak jauh, hanya kira-kira 15 menit dari bandara.
Saat perut sudah terisi, stamina sudah normal kembali dan kaki siap melangkah lagi, kami pun melanjutkan perjalanan ke Rumah Pengasingan Bung Karno. Lagi-lagi letaknya tidak jauh, hanya sekitar 5 menit dengan menggunakan mobil dari Dapur Ende. Setibanya di Rumah Pengasingan tersebut kami merasakan aura Bung Karno sepertinya masih tersisa di tempat tersebut, padahal kala itu kami baru saja mencapai gerbangnya. Kami pun langsung masuk untuk berkeliling dan menikmati cerita masa lalu Bung Karno yang dinarasikan dengan sangat baik oleh guide di situ. Untuk masuk ke tempat ini tidak dipungut biaya, namun saat memasuki pintu utama kita akan menemukan kotak sumbangan sukarela yang dananya akan digunakan untuk merawat situs bersejarah tersebut.
Destinasi selanjutnya adalah Taman Renungan Bung Karno. Lokasinya yang terpisah dari Rumah Pengasingan ini membuat kami harus berjalan kurang lebih 300 Meter. Lokasi tepatnya berada di sebelah Lapangan Perse atau sekarang disebut Lapangan Pancasila. Diberi nama Lapangan Pancasila bukannya tanpa alasan, hal tersebut karena di Taman ini terdapat Pohon Sukun bercabang 5 yang konon katanya di bawah pohon rindang inilah Bung Karno mendapat inspirasi dalam menciptakan Pancasila. Sebagai bentuk penghormatan, di Taman ini dibangun sebuah patung Bung Karno yang sedang duduk dan menghadap ke Laut atau lebih tepatnya menghadap ke Pulau Ende.
Puas “Belajar Sejarah”, kami pun merasa perlu menyegarkan jasmani kami juga dengan pemandangan laut yang indah. Dari Taman Renungan kami langsung bertolak ke Nanganesa, 15 menit kira-kira lamanya dari Taman Renungan dengan menggunakan mobil. Di Nanganesa ini terdapat pantai indah berpasir hitam yang bernama Pantai Nanganesa atau yang lebih dikenal dengan nama Pantai Tangga Alam dengan latar belakang Gunung Meja. Voyagers bisa naik ke dinding tebing dan mengabadikan pemandangan yang indah di sini. Letak pantai ini persis di ruas jalan Ende-Wolotopo sehingga tidak perlu effort yang terlalu besar untuk menuju ke tempat ini.
Setelah mata puas dimanjakan dengan pemandangan indah, kami melanjutkan perjalanan ke Wolotopo. Perjalanan memakan waktu 30-45 menit. Di Wolotopo ini terdapat sebuah desa adat yang letaknya di atas bukit berbatu. Saat tiba di kampung ini kami disambut oleh Gereja Katolik yang besar bernama Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius. Di belakang Gereja inilah terdapat perkampungan dengan rumah rumah-rumah kayu yang berjajar rapi bercampur dengan rumah modern, untuk menjelajahnya kami harus berjalan kaki dan menyiapkan banyak tenaga. Sudah 7 generasi hidup di desa adat ini dan mereka masih menjaga sisi tradisional mereka.
Wolotopo adalah destinasi terakhir kami untuk “bermain-main” hari itu. Dari Wolotopo kami langsung berangkat ke Moni karena pagi-pagi benar kami sudah harus ke Kelimutu. Moni merupakan desa terakhir untuk mencapai gunung Kelimutu. Perjalanan Wolotopo – Moni bisa menghabiskan waktu 2,5 – 3 jam. Voyagers bisa menggunakan jeda waktu tersebut untuk beristirahat di mobil tetapi sebagai gantinya voyagers akan kehilangan pemandangan indah sepanjang perjalanan Wolotopo-Moni. Setibanya di Moni, kami menginap terpisah, rombongan wanita menginap di Centhy Lodge sedangkan pria menginap di Kelimutu Moni Restaurant & Lodge. Biaya menginap di Centhy maupun Kelimutu Moni adalah Rp 350.000/kamar dan saat itu kami menyewa 4 kamar (2 di Centhy & 2 di Kelimutu Moni).
HARI KEDUA
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
04.00 - 04.20 | Berangkat dari Penginapan di Moni menuju ke Taman Nasional Kelimutu |
04.20 - 05.00 | Perjalanan dari parkiran mobil Taman Nasional Kelimutu ke Gunung Kelimutu |
08.00 - 08.20 | Turun kembali ke Parkiran Taman Nasional Kelimutu |
08.20 - 08.45 | Perjalanan dari Kelimutu ke Air Terjun Murundao |
08.45 - 09.15 | Bermain Air di Air Terjun Murundao |
09.15 - 12.00 | Kembali ke Penginapan, Sarapan dan kemudian Packing Barang untuk destinasi selanjutnya |
12.00 - 14.30 | Perjalanan dari Moni ke Bandara H. Hasan Aroeboesman (ENE). |
14.30 - 15.00 | Perjalanan dari Bandara ke Pantai Penggajawa. Makan siang di sana |
15.00 - 15.30 | Menikmati Pemandangan Pantai Penggajawa |
15.30 - 16.30 | Perjalanan dari Pantai Penggajawa ke Bukit Senyum |
16.30 - 17.30 | Menikmati Senja dan Kopi Flores di Bukit Senyum |
17.30 - 19.30 | Perjalanan dari Bukit Senyum ke Bajawa |
19.30 - 24.00 | Tiba di bajawa, ke Penginapan, acara bebas |
Jam 4 pagi kami sudah harus berangkat ke Taman Nasional Kelimutu, tujuan utama kami adalah melihat Sunrise yang katanya bagus banget kalau dilihat dari sana. Dari penginapan sampai ke parkiran mobil di Kelimutu, waktu yang ditempuh kurang lebih 20-30 Menit. Oh ya, untuk voyagers yang mau datang ke sini pagi-pagi jangan lupa bawa senter ya. Biaya masuk Kelimutu adalah Rp 7.500,-/orang (pribumi) dan untuk mobilnya sendiri adalah Rp 10.000,-/ mobil. Perjalanan dari parkiran menuju Gunung Kelimutu sendiri masih cukup jauh, sekitar 30-45 menit dengan berjalan kaki. Namun perjalanan tidak akan terlalu melelahkan karena jalannya sudah ditata rapi dan tangga sudah dibuat untuk membantu wisatawan menuju ke puncaknya.
Seusai melihat keindahan Kelimutu, kami langsung menuju ke Air Terjun Murundao untuk mandi. Dari Kelimutu jaraknya hanya sekitar 25 menit saja atau 5 menit dari penginapan. Letaknya tepat di seberang Rainbow Cafe, Moni. Untuk mencapainya kami harus berjalan turun sekitar 200 meter dari jalan raya. Setibanya di jembatan bambu, kita sudah bisa melihat Air Terjun dengan ketinggian kurang lebih 15 M. Tempat ini masih cukup alami dan kita bisa dengan bebas bermain di sini alias tidak dipungut biaya.
Badan sudah bersih, pikiran sudah segar, waktu yang tepat kembali ke penginapan untuk Sarapan dan packing. Dari Moni kita akan meneruskan perjalanan ke Bajawa yang memakan waktu kurang lebih 4 jam tanpa berhenti. Namun hal tersebut tentu tidak mungkin untuk dilakukan. Dari Moni kita kembali ke Bandara Ende, tujuannya adalah untuk membeli makan siang di restoran sekitar Bandara. Bungkus saja makanan tersebut karena kita akan memakannya di pinggir Pantai Penggajawa. Salah satu alasan harus memesan makanan di Ende adalah karena sepanjang perjalanan ke Bajawa akan sangat sulit menemukan Rumah makan, jadi lebih baik kalau perut diisi selagi masih berada di Ende.
Bandara – Pantai Penggajawa waktu tempuhnya hanya sekitar 30 menit. Pantai Penggajawa atau yang dikenal juga dengan nama Blue Stone Beach ini memang agak spesial. Kalau umumnya pantai itu berpasir hitam atau putih, tidak dengan pantai ini karena pantai ini merupakan pantai berbatu dengan warna yang beragam, namun mayoritas batunya berwarna biru muda. Di pinggir pantai inilah tempat yang cukup nyaman untuk makan siang dengan makanan dan lauk yang sudah dibungkus dari Bandara tadi.
Seusai dari Penggajawa, masih ada satu destinasi lagi sebelum kami benar-benar sampai di Bajawa. Tempat tersebut adalah Bukit Senyum. 30-45 menit lamanya dari Pantai Penggajawa dengan menggunakan mobil. Di atas bukit ini terdapat sebuah kedai kopi sederhana dengan pemandangan yang luar biasa. Dari atas bukit ini kita bisa menikmati seduhan Kopi Flores yang dipadu dengan Pemandangan indah pepohonan dan Laut Ende. Tempat ini sangat cocok untuk menikmati senja di bumi Ende.
Saat matahari perlahan mulai turun, saat yang tepat untuk meninggalkan Bukit Senyum dan beranjak ke Bajawa. Perjalanan dari Bukit Senyum ke Bajawa menghabiskan waktu 2 – 3 jam. Jalanan yang dilewati akan berkelok-kelok, sebaiknya waktu perjalanan ini digunakan untuk beristirahat. Setibanya di Bajawa kami langsung menuju penginapan yang sudah kami booking sebelumnya yaitu Hotel Nusantara 2. Letaknya tepat di depan Lapangan Bola Bajawa dan disebelah Gereja Katolik Mater Boni Consili, paroki kota Bajawa. Kami menyewa 4 Kamar di Hotel ini dengan biaya total Rp 1.300.000 untuk 2 hari 1 malam.
HARI KETIGA
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07.00 - 08.00 | Sarapan di Penginapan |
08.00 - 08.45 | Menikmati Marching Band dan Tarian Adat Masyarakat Bajawa |
08.45 - 10.00 | Perjalanan dari Bajawa ke Kampung Adat Bena |
10.00 - 12.00 | Tiba di Kampung Adat Bena dan Berkeliling menikmati keindahannya |
12.00 - 13.00 | Perjalanan dari Kampung Adat Bena kembali ke Bajawa untuk Makan Siang. |
13.00 - 14.00 | Makan Siang |
14.00 - 15.00 | Perjalanan dari Bajawa ke Aimere |
15.00 - 16.00 | Tiba di Aimere dan berkeliling untuk mencoba Arak Asli buatan Flores. |
16.00 - 19.00 | Berangkat dari Aimere menuju Ruteng |
19.00 - 24.00 | Tiba di Ruteng dan Acara Bebas |
Seperti biasa, sebelum memulai aktivitas hari itu kami memulainya dengan sarapan. Waktu kunjungan kami saat itu bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Dari luar penginapan terdengar suara musik bergemuruh menarik perhatian kami. Sedikit saran untuk voyagers yang mau melihat acara Marching Band yang besar atau parade kostum adat di Flores, maka voyagers bisa datang ketika hari-hari besar nasional seperti Hari Pendidikan Nasional, Hari Kemerdekaan atau Hari Pancasila. Karena pada hari-hari itu perayaan di sana begitu besar dan megah, mereka benar-benar memaknai hari nasional tersebut dengan cara mereka yang berbeda dan luar biasa.
Acara parade dan Marching Band pun usai, kami segera melanjutkan perjalanan ke Kampung Adat Bena yang berada kurang lebih 1 – 1,5 jam dari penginapan kami. Sesampainya di Bena, kita harus mengisi buku tamu, letak pengisian buku tamu tidak jauh dari gerbang masuk, posisinya di rumah awal sebelah kanan. Saat mengisi buku tamu itu juga kami diminta memberikan sumbangan sukarela untuk kampung tersebut. Kalau voyagers pergi berkelompok, langsung saja memberi sumbangan sukarela per kelompok, tidak usah per orang. Selama di Bena, silahkan berkeliling kampung megalitikum ini. Oh ya, kalau mau tau informasi mengenai rumah adat, adat istiadat, filosofi bangunan, voyagers jangan ragu untuk bertanya dengan warga di sana karena saat kami berkunjung ke Bena tidak ada pemandu yang memimpin kami dan memberi penjelasan kepada kami.
Dari Bena, kami memutuskan untuk kembali ke Bajawa untuk makan siang. Kenapa di Bajawa? karena pilihan makanan lebih beragam di sana dan terdapat banyak restoran, bisa dibilang Bajawa itu adalah kota. Di Bajawa juga signal lebih lebih kencang, jadi sembari makan kami bisa upload foto hasil jepretan di Bena.
Saat perut kenyang dan badan sudah terasa lebih segar setelah beristirahat, kami langsung berangkat ke Aimere, kira-kira 1 jam perjalanan lamanya dari Bajawa. Di Aimere kita bisa mencoba minuman arak yang katanya terbaik di bumi Flores ini. Minuman ini biasa disebut Sopi, Arak atau Moke. Mampirlah ke tempat pembuatan arak Pak Dolof, disini voyagers bisa mencicipi beberapa jenis Moke sebelum membelinya. tersedia berbagai macam kadar alkohol mulai dari yang berkadar 10% – 60% dan tentu dengan harga dan ukuran yang bervariatif.
Jangan terlalu banyak Minum Moke di Aimere karena perjalanan yang kita tempuh untuk mencapai Ruteng masih cukup jauh. Minum saja sedikit untuk bisa membantu voyagers sedikit beristirahat di mobil dalam perjalanan ke sana. Aimere – Ruteng kurang lebih 3 jam lamanya. Sebelum melewati jalan yang sepi, kita akan melewati sebuah pom bensin yang lokasinya dekat dengan lapangan sepak bola. Di sana terdapat beberapa toko cemilan yang bisa voyagers beli kue-kuenya sebagai bekal selama di perjalanan. 3 jam merupakan waktu yang sangat lama dan cukup jauh, jangan biarkan diri kita kelaparan selama di perjalanan.
Setibanya di Ruteng, kali itu untuk menghemat biaya kami menginap di rumah salah satu warga yang lokasinya dekat dengan Gereja Katolik Katedral Ruteng. Lumayan, selain menghemat biaya menginap juga menghemat biaya makan 🙂
HARI KEEMPAT
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07.00 - 08.00 | Sarapan |
08.00 - 08.45 | Berangkat dari Ruteng menuju Cancar |
08.45 - 09.30 | Menikmati Pemandangan Sawah Jaring Laba-laba |
09.30 - 13.00 | Berangkat dari Cancar menuju Desa Adat Waerebo |
13.00 - 14.00 | tiba di Denge, beristirahat di sana sejenak dan makan siang. |
14.00 - 16.00 | Tracking dari Denge menuju Waerebo |
16.00 - 22.00 | Tiba di Waerebo dan mengikuti acara yang ada di sana |
Bangun pagi kemudian sarapan merupakan aktivitas rutin yang tidak boleh dilewatkan. Kali ini kami tidak bisa terlalu berlama-lama karena perjalanan kali ini juga cukup jauh. Jam 08.00 WITA semua barang sudah terikat di atas mobil dan kami pun pamit kepada Om Roni yang sudah bersedia menampung kami selama 1 malam. Objek Wisata selanjutnya yang siap kami kunjung adalah Lodok. Lodok merupakan sawah berbentuk jaring sarang laba-laba yang terdapat di Cancar, Flores. Dari Katedral Ruteng, tempat ini berjarak kurang lebih 30-45 menit.
Setibanya di Cancar, kami langsung menuju ke rumah Papa Basalius dan Mama Susanna. Keluarga inilah yang sekarang meneruskan warisan budaya Lodok dari keluarga mereka yang terdahulu. Dari belakang rumah mereka inilah kita akan tracking kurang lebih selama 10 menit untuk tiba di puncak dimana kita bisa melihat Lodok atau orang luar menyebutnya seperti “Crop Circle” buatan alien ini. Untuk melihat Sawah unik ini kita harus mengisi buku tamu dan membayar Rp 15.000/orang.
Puas melihat Sawah sarang laba-laba ini, kita bisa menikmati kopi Flores buatan Mama Susanna sebelum kita melanjutkan perjalanan menuju Desa di atas awan. Mama Susanna juga berkebun kopi dan kopi yang kita nikmati saat itu adalah hasil dari kebun miliknya. Puas melihat sawah yang unik, kami pun berpamitan dengan Mama Susanna untuk melanjutkan perjalanan, kali ini tujuannya adalah Desa Adat Waerebo.
Perjalanan dari Cancar menuju ke Waerebo merupakan rute perjalanan yang paling panjang, bisa memakan waktu 4 – 4,5 jam. Tapi voyagers tidak perlu takut karena selama perjalanan ini voyagers akan melihat pemandangan indah dari Landscape tanah Flores, voyagers akan memutari gunung, melewati lembah, melihat pantai dan bahkan melewati jalur yang hanya cukup untuk 1 mobil saja dimana jalur tersebut cukup panjang. Jadi kalau berpapasan dengan mobil dari arah yang berlawanan ya siap-siap saja sang supir harus memutar otak agar rencana tetap berjalan dengan normal.
Kita tidak akan langsung tiba di Waerebo karena kita harus berhenti dulu di Denge. Denge merupakan desa atau pemberhentian terakhir sebelum kita bisa menuju ke Waerebo. Setibanya di Denge, langsung saja bertanya kepada warga, dimana tempat Pak Blasius Monta, semua orang sudah tau siapa dia dan dimana tempat tinggalnya. Bisa dibilang dia lah penghubung lidah antara turis dengan warga Desa Waerebo, melalui dia lah kita mendaftar untuk mengunjungi Desa Waerebo. Kita bisa mendaftar jauh-jauh hari sebelum mengunjungi tempat ini.
Di tempat Pak Blasius Monta ini kita akan beristirahat sejenak sebelum mendaki gunung hingga akhirnya tiba di Desa Waerebo. Di tempat ini kita juga bisa memesan makan siang yang biaya makannya bisa dikompromikan dengan Pak Blasius. Saran dari dailyvoyagers, di tempat ini voyagers cukup memesan makanan untuk makan siang dan sewalah satu kamar untuk meletakkan semua barang bawaan kita. Saat menuju ke Waerebo, kita hanya akan membawa barang secukupnya saja jadi barang bawaan yang tidak kita perlu akan diletakkan dalam satu kamar yang sudah kita sewa tersebut. Tolak saja apabila Pak Blasius meminta untuk menginap 1 malam dulu di tempatnya karena itu akan menambah Cost yang cukup banyak.
Setelah selesai makan dan menyiapkan barang-barang yang ingin dibawa, tibalah waktu kita untuk Tracking. Karena kita menggunakan mobil Innova maka kita masih bisa diantar hingga titik terakhir sebelum mobil tidak bisa lagi melewati jalur tersebut, namun jika voyagers menggunakan Elf maka harus berjalan dari Rumah Pak Blasius karena Elf tidak bisa melalui jalan yang dilalui mobil kecil seperti Innova. Perbedaan waktu antara berjalan dari Rumah Pak Blasius dan spot terakhir ketika diantar menggunakan Innova tadi adalah 2 jam. Jadi berjalan dari Rumah Pak Blasius ke Desa Waerebo kurang lebih akan memakan waktu 4 jam sedangkan dari spot yang kita sebut saja “Spot Innova” ke Desa Waerebo adalah 2 jam.
Jalur yang dilalui cukup mudah, kalau voyagers sering berolahraga sebelum pergi ke daerah ini maka Tracking ini bukanlah suatu hal yang sulit. Setibanya di Desa Waerebo, kita harus terlebih dahulu mengikuti upacara penyambutan sebelum akhirnya bebas melakukan aktivitas yang kita inginkan. Saat penyambutan tersebut, setiap kelompok diharuskan memberi uang persembahan kepada Tetua Adat disana, biayanya hanya Rp 100.000/kelompok. Untuk biaya mengunjungi dan menginap di tempat ini selama 2 Hari 1 Malam adalah Rp 325.000/orang dan bisa dibayarkan saat kita tiba di Waerebo. Biaya Tersebut sudah termasuk makan 2x, listrik saat malam hari, tempat untuk tidur, dan sedikit kopi untuk menghangatkan badan. Untuk voyagers yang tidak ingin menginap dan hanya ingin bermain di sana, biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp 150.000/orang. Untuk menuju ke Desa Waerebo, voyagers juga harus menyewa (seorang/beberapa) guide dengan biaya kurang lebih Rp 200.000/guide.
Mengapa harus menyewa Guide? Pertama, untuk yang tidak terbiasa dengan medan yang dilalui, guide ini bisa membantu voyagers seperti membawakan barang, menunggu voyagers beristirahat, pokoknya sampai voyagers tiba di Waerebo dan kembali ke Denge dengan selamat. Kedua, mereka pasti orang asli Manggarai sehingga mereka tau adat istiadat Waerebo, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Waerebo mereka tahu dan semuanya akan diinfokan kepada kita. Berdasarkan pengalaman dailyvoyagers, orang indonesia itu malas membaca sehingga tidak tau apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama di sana, menyewa Guide adalah salah satu solusinya. Ketiga, Selama di sana pun mereka akan membantu voyagers, tugas mereka bukan hanya mengantar tetapi juga menjamu dan memberikan rasa nyaman kepada kita.
HARI KELIMA
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
07.00 - 08.00 | Sarapan |
08.00 - 10.00 | Acara Bebas |
10.00 - 12.00 | Turun dari Waerebo untuk kembali ke Denge |
12.00 - 14.30 | Makan Siang, Mandi, Packing dan bersiap diri untuk destinasi selanjutnya |
14.30 - 16.30 | Perjalanan dari Denge ke Desa Adat Todo |
16.30 - 17.30 | Menikmati Desa Adat Todo |
17.30 - 21.00 | Perjalanan dari Desa Adat Todo ke Labuan Bajo |
21.00 - 24.00 | Tiba di Labuan Bajo, ke penginapan, acara bebas |
Milky Way dan Sunrise di Waerebo memang hal yang tidak boleh dilewatkan. Pastikan kalau kesini voyagers tidak melewatkan kedua hal tersebut. Usai melihat Sunrise kita bisa melihat beberapa wanita dari desa ini siap untuk memasak sarapan kami. Sekitar jam 07.00 WITA makanan sudah siap untuk disantap. Seusai sarapan kami masih memiliki sedikit waktu untuk berfoto dan bermain bersama anak-anak desa ini. Sekitar jam 10.00 merupakan waktu yang cocok untuk turun kembali ke Denge.
Setibanya di Denge, kita akan kembali ke Rumah Pak Blasius. Di sini kami langsung memesan makan siang sekaligus bergantian untuk mandi demi menghemat waktu untuk perjalanan selanjutnya. Biaya menyewa kamar di Tempat Pak Blasius adalah Rp 200.000 dan biaya makan di rumah Pak Blasius adalah Rp 35.000/kepala/makan. Seusai semua beres, kami pun berpamitan kepada Pak Blasius untuk melanjutkan perjalanan.
Dari Waerebo kami melanjutkan perjalanan ke kampung adat yang juga merupakan saudara dari Kampung Waerebo, yaitu Desa Adat Todo. Kampung inilah tempat dimana warga Waerebo berasal. Perjalanan Waerebo – Todo kurang lebih 2 jam. Setibanya di Todo, kami langsung menuju ke semacam Information Center sekaligus loket, lokasinya berada di dekat Gereja. Di loket ini kami membayar kurang lebih Rp 25.000/orang untuk bisa mengunjungi kampung Todo. Setelah membayar tiket masuk tersebut maka kita akan diberikan Kain untuk dipakai selama mengunjungi Todo dan dipandu oleh seorang warga Todo.
Kampung Todo ini sebenarnya bagus, bentuk rumahnya pun sama seperti rumah Desa Waerebo dan saat kami berkunjung ke sana kondisi rumahnya baru selesai dipugar. Namun yang sangat disayangkan adalah sudah tidak ada lagi orang yang tinggal di rumah tersebut sehingga rumah tersebut hanya dijadikan “pajangan” dan dibiarkan kosong. Puas berkeliling dan mendengar cerita soal Kampung Todo, kami pun segera melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 3 – 3,5 jam.
Setibanya di Labuan Bajo, kami langsung menuju ke penginapan, Hotel Jaya. Letaknya agak jauh dari pusat kota bajo, sehingga cukup sunyi. Harga per kamar di hotel Jaya adalah Rp 150.000/malam. Setibanya kami disini, berakhir pula masa sewa Kendaraan yang kami sewa sejak dari Ende.
LOB (Hari ke 6,7,8)
Hari ke 6 | |
---|---|
Pulau Kanawa | Pulau Sembilan |
Manta Point | Gili Lawa |
Hari ke 7 | |
---|---|
Manta Point | Pink Beach |
Red Beach | Pulau Kalong Komodo |
Hari ke 8 | |
---|---|
Pulau Padar | Loh Buaya (Rinca) |
Pulau Kelor |
Pada Hari ke-6. Setelah bangun, kami langsung bergegas menuju Pelabuhan Labuan Bajo. Namun sebelum itu ada sedikit pancake yang harus dihabiskan sebagai Sarapan kami dari Hotel Jaya. Kami di antar ke Pelabuhan dengan menggunakan mobil yang disediakan oleh pihak Hotel. Setibanya di Pelabuhan, kami langsung disambut oleh Pak Hasanudin, Pria keturunan bugis yang kapalnya kami sewa selama 3 hari 2 malam untuk LOB (Live On Boat). Biaya untuk sewa kapal selama LOB adalah Rp 10.500.000 dan biaya itu sudah termasuk makan 6x dan 5 set alat snorkeling (Fins, Snorkel, dan Mask).
Kapalnya tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk menampung kami ber-13. Terdapat satu kamar mandi dan juga 3 ABK yang tidak hanya memiliki kemampuan mengendalikan kapal yang handal tetapi juga kemampuan memasak yang hebat. Untuk soal destinasi selama LOB, serahkan saja kepada mereka karena mereka yang lebih tau kondisi medan seperti arus, cuaca dan angin saat itu. Janganlah kita memaksa dan mengatur tujuannya, itu saja saran dari Dailyvoyagers.
Selesai dari LOB hari ketiga (Hari ke 8 Perjalanan) kemungkinan siang atau sore hari sekitar pukul 17.00 WITA. kami memutuskan untuk bermalam di Hotel Mutiara. Hotel Mutiara ini bisa dibilang Hotel level backpacker yang paling murah dan lokasinya tepat dibelakang Pelabuhan Labuan Bajo. Kami menyewa 2 kamar dengan biaya total Rp 650.000,- dengan fasilitas satu kamar mandi (di dalam) dan AC yang cukup dingin. 1 Kamar bisa menampung hingga 6-7 orang.
Pada malam terakhir sebelum esoknya kembali ke Tanah Perantauan masing-masing. Voyagers bisa pergi ke Kampung Ujung. Kampung Ujung merupakan tempat jajanan kaki lima di pinggir pantai dimana kita bisa berwisata kuliner di sana. Harganya tidak mahal dan terdapat berbagai macam olahan Sea Food di sana. Lokasi ini merupakan salah satu tempat yang ‘wajib’ Voyagers kunjungi.
Hari ke 9
Untuk yang memilih Penerbangan siang, maka voyagers bisa menggunakan waktu di pagi hari untuk berbelanja oleh-oleh. Di sekitar kampung ujung terdapat semacam mini market yang menjual beberapa jenis Kopi Flores, cocok sekali sebagai Buah Tangan. Berbagai jenis kain juga bisa voyagers jumpai di sana, tidak jarang juga ada orang yang berkeliling sambil menjajakan kain motif khas Bajo. Ingat, jangan ragu untuk menawar tapi jangan terlalu sadis juga menawarnya.
Kalau Oleh-oleh sudah terbeli, semua baju sudah di-packing ke dalam Carrier, waktunya menuju ke Bandara Labuan Bajo untuk kembali ke rumah masing-masing. Terima Kasih NTT, Terima Kasih Flores.
Sometimes it’s the journey that teaches you a lot about your destination.
— Drake
Rincian Biaya dapat dilihat DISINI
- Sewa Mobil + Supir (Yonatan (Yotan))→ 0813-3945-5868
- Penginapan di Moni (Centhy & Kelimutu Moni Lodge)→ 0813-3986-0608 atau 0821-4769-0155
- Penginapan Bajawa (Hotel Nusantara 2)→0813-3923-8860
- Penginapan Denge (Pak Blasius Monta)→ 0813-3935-0775
- Sewa Kapal LOB (Pak Hassanudin) → 0852-5323-3771
- Hotel Jaya → Bisa bertanya ke Hotel Mutiara (lupa nyatet)
- Hotel Mutiara →0813-3748-9568 atau 0852-3810-4105
Terima Kasih
- @verasumargo
- @eviechristina
- @devirameiyanti
- @dgoreinnamah
- @mhidayat07
- @dsop24
- @nicholasyuwono06
- @adistysilvianita
- @sipujo
- @ristaholic
- @ariphcaur
- @anda
- @aruphadhatu
- @anda_m_yanni