Itinerary Baronda Maluku Tengah & Kota Ambon 6 Hari 5 Malam
Pada akhir Maret kemarin, Daily Voyagers berkesempatan untuk berkunjung ke negeri para Raja atau daerah ini biasa kita kenal dengan nama Maluku. Selama 6 hari 5 malam dengan total 9 orang, Daily Voyagers berkeliling Tanah Maluku ini. Ada banyak daerah yang kami kunjungi namun tidak seluruh Maluku, hanya dua wilayah yaitu Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon di Pulau Ambon serta sedikit daerah di Pulau Seram (Masih masuk dalam kabupaten Maluku Tengah)
Sebelum masuk ke dalam rincian kegiatan alias itinerary, Daily Voyagers terlebih dahulu akan memberi sedikit gambaran mengenai wilayah yang masuk ke dalam daerah adminstratif Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon. Gambar di bawah rasanya bisa sedikit menjelaskan wilayah mana saja yang masuk ke dalam daerah administratif tersebut dan wilayah mana saja dari daerah administratif tersebut yang berhasil Daily Voyagers kunjungi. (Untuk peta lengkapnya bisa dibuka DI SINI)
*Beberapa destinasi Wisata di Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon yang berhasil Daily Voyagers kunjungi dan gagal untuk Dikunjungi. Simbol “X” dengan warna hitam menunjukkan destinasi yang gagal atau tidak jadi kami kunjungi dan simbol lainnya dengan warna-warni merupakan daerah yang berhasil kami kunjungi.
Hari Pertama
Waktu (WIT) | Deskripsi |
---|---|
08:15 WIB | Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Pattimura |
13:55 | Tiba di bandara Pattimura |
14:15 - 14:45 | Perjalanan dari Bandara Pattimura menuju Pantai Batu Kapal/Batu Lubang di Liliboi, Leihitu Barat |
14:45 - 17:00 | Main-main, foto-foto dan berenang di Pantai Batu Kapal/Pantai Batu Lubang. |
17:00 - 17:45 | Perjalanan Dari Batu Kapal ke Jembatan Merah Putih |
17:45 - 18:00 | Menikmati Senja di Jembatan Merah Putih |
18:00 - 18:10 | Perjalanan dari Jembatan Merah menuju Gong Perdamaian. |
18:10 - 19:00 | Foto-foto di Gong Perdamaian, Bermain di Lapangan Merdeka dan Pattimura Park. |
19:00 - 19:15 | Perjalanan menuju tempat bermalam di Blakang Soya |
19:15 - 24:00 | Acara Bebas |
24:00 | Istirahat |
Perjalanan kala itu dimulai dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 08:15 WIB. Perjalanan Jakarta-Ambon dengan pesawat sebenarnya hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, namun perbedaan zona waktu membuat seolah penerbangan tersebut berjalan lama sekali. Setibanya di Bandara Pattimura pukul 13:55 WIT, kami pun langsung bergegas menuju lokasi wisata pertama kami, yaitu Pantai Batu Kapal.
Dengan menggunakan mobil sewaan yang sudah kami pesan sebelumnya (2 mobil + 2 Supir), kami berangkat menuju Pantai batu Kapal. Pantai batu Kapal ini letaknya di Desa Liliboi, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah. Waktu tempuhnya kurang lebih hanya 20 menit dari Bandara. Selain dikenal dengan nama Batu Kapal, pantai ini dikenal juga dengan nama Pantai batu Lubang. Jalan menuju Pantai ini juga sudah bagus lho, sudah beraspal.
Lokasi Pantai ini letaknya setelah Hatu. Kalau dari arah bandara maka posisinya ada di bagian kiri jalan. Kalian harus sedikit teliti karena papan hitam bertuliskan “Pantai Batu Kapal Liliboi” dengan cat putih ini ukurannya cukup kecil dan hanya menggantung seadanya di depan sebuah warung yang juga menjadi tempat untuk pembelian tiket masuk ke pantai ini (harga tiketnya Rp 5000/orang). Pantai ini sangat bagus karena bentuknya memang menyerupai kapal seperti namanya. Terdapat semacam private pool di tempat ini, yaitu sebuah kolam alami tertutup yang langsung terhubung dengan laut.
Puas berfoto, berenang, dan bermain di Pantai Batu Kapal selama kurang lebih 2 jam, kami pun langsung melanjutkan perjalanan menuju Kota Ambon. Namun sebelum masuk ke dalam kota Ambon, kami menyempatkan untuk foto-foto di Jembatan Merah Putih, sebuah jembatan yang melintang gagah di atas Teluk Ambon. Perjalanan Menuju Jembatan ini hanya memakan waktu kurang lebih 40 – 45 menit saja dari Batu Kapal. Tidak susah kok menuju jembatan ini karena memang letaknya tepat sebelum memasuki wilayah kota Ambon.
Usai berfoto dan menikmati pemandangan dari atas “Jembatan Suramadu-nya” Ambon ini, perjalanan dilanjutkan menuju Gong Perdamaian. Hanya 10 menit saja perjalanan menuju lokasi ini. Gong Perdamaian merupakan sebuah gong yang dibangun untuk mengenang konflik yang sempat terjadi di Maluku sekitar tahun 1999-2000 dan juga sebagai pengingat agar warga hidup damai dan tidak terjadi lagi konflik di tanah Maluku ini. Untuk masuk ke dalam area gong, maka ada petugas yang akan membukakan gerbang masuk ke Gong Perdamaian ini. Masuk ke sini tidaklah gratis, kami harus membayar sebesar Rp 5.000/orang. Kalau hanya ingin berfoto dari bagian luar sih gratis.
Setelah selesai berfoto di Gong Perdamaian, selanjutnya kami menyebrang menuju Lapangan Merdeka. Cukup jalan kaki saja karena memang letaknya yang sangat dekat. Di Lapangan Merdeka ini terdapat tulisan “Ambon Manise” berwarna oranye dengan ukuran yang sangat besar. Bisa dibilang ini juga merupakan salah satu ikon kota Ambon. Tidak dipungut biaya kok untuk masuk ke dalam Lapangan Merdeka ini.
Tepat di sebelah Lapangan Merdeka, ada sebuah lokasi yang diberi nama Pattimura Park. Di tempat inilah Patung Pattimura berada. Selain biasa digunakan untuk tempat berkumpulnya warga Ambon di sore hari, taman ini juga biasa digunakan juga untuk berolah raga. Kalian tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk masuk ke Taman ini alias gratis.
Itulah 3 lokasi wisata terakhir kami hari itu (Gong Perdamaian, Lapangan Merdeka & Patung Pattimura). Usai dari sana, kami melanjutkan perjalanan ke tempat kami menginap yaitu di daerah Belakang Soya. Kami menginap di rumah salah satu sanak keluarga kami. Hal ini kami lakukan untuk menekan biaya perjalanan kami 🙂
Hari Kedua
Waktu (WIT) | Deskripsi |
---|---|
07:45 - 08:30 | Berangkat dari tempat menginap di Blakang Soya menuju Pelabuhan Tulehu |
09:00 - 12:00 | Berangkat dengan menggunakan kapal cepat dari Pelabuhan Tulehu menuju Pelabuhan Amahai |
12:15 - 12:30 | Perjalanan dari Pelabuhan Amahai ke Rumah Makan Rianti untuk Makan Siang |
12:30 - 14:20 | Makan Siang dan beristirahat sebentar di Rumah Makan Rianti |
14:20 - 16:20 | Perjalanan dari Rumah Makan Rianti Ke Desa Saleman |
16:20 - 16:30 | Perjalanan dari Desa Saleman menuju Ora beach Resort dengan kapal Cepat. |
16:30 - 17:30 | Sampai di Ora Beach Resort dan langsung disambut dengan Snack Sore |
17:30 - 24:00 | Acara Bebas (Snorkeling, Foto-foto, Menikmati Sunset) |
24:00 | Istirahat |
Perjalanan di hari kedua ini akan cukup menyita waktu dan melelahkan, banyak waktu yang akan dihabiskan di jalan. Hal pertama yang harus kami lakukan adalah bangun cukup pagi yaitu sekitar pukul 07:00. Tujuan utama di hari kedua ini adalah Pulau Ora yang ada di wilayah Pulau Seram. Tepat jam 07:45 kami dijemput oleh 2 mobil yang sudah disediakan oleh pihak Ora Eco Resort, tempat dimana kami akan menginap di Ora Beach nanti. Untuk cara memesan kamar di Ora Eco Resort bisa dilihat pada link berikut.
Dari tempat kami menginap di Belakang Soya, kami pun langsung berangkat menuju Pelabuhan Tulehu. Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit saja via darat. Pelabuhan Tulehu merupakan Pelabuhan di Pulau Ambon dimana kami akan naik kapal cepat untuk menuju Pelabuhan Amahai yang berada di wilayah Pulau Seram. Mengingat perjalanan laut kali ini akan cukup lama yaitu 3 jam, maka kami memilih kelas VIP agar dapat beristirahat dengan nyaman selama kapal berjalan.
Sebenarnya perjalanan dari Tulehu ke Amahai ini tidak terlalu lama, hanya saja kapal yang kalian tumpangi harus mampir terlebih dahulu ke Pulau Saparua sebelum bertolak ke Pelabuhan Amahai. Sepanjang perjalanan voyagers bisa memilih apakah hanya akan beristirahat di dalam kapal atau naik ke deck paling atas (deck terbuka) di mana voyagers bisa melihat pemandangan laut Ambon yang begitu mempesona.
Selama di tengah laut, signal handphone akan menghilang dan beberapa saat sebelum tiba di Pelabuhan Amahai maka signal akan kembali hadir. Beberapa saat sebelum sampai ke Pelabuhan Amahai itulah voyagers akan ditelpon oleh pihak supir yang akan menjemput voyagers setibanya di sana. Lagi-lagi ini adalah fasilitas yang sudah disediakan oleh pihak Ora Eco Resort, jadi voyagers tidak perlu bingung untuk sewa kendaraan selama berada di Pulau Seram.
Setelah bertemu di meeting point yang dibuat saat terjadi perbincangan di telepon tadi, kalian langsung berangkat menuju Desa Saleman dengan 2 mobil. Desa Saleman adalah Desa terakhir sebelum kalian sampai di Ora. Namun karena kami tiba pukul 12:00, yaitu waktu yang bertepatan dengan jam makan siang maka kami memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan yang cukup jauh. Kami memutuskan untuk mampir di Rumah Makan Rianti yang lokasinya tidak jauh dari pelabuhan.
Kalau sudah sampai di Maluku, pastikan yang kalian makan adalah ikan. Kenapa? karena ikan laut di Maluku ini besar-besar dan segar. Begitu pula yang harus kalian pesan saat tiba di rumah makan, pesanlah menu IKAN. Yang spesial di Rumah Makan Rianti ini adalah kalian bisa langsung ke bagian dapur untuk memilih ikan mana yang akan kalian santap, Fresh from the oven.
Setelah selesai makan, jangan lupa berbelanja perbekalan seperti air putih dan snack-snack untuk menemani selama perjalanan. Di sebelah Rumah Makan Rianti ini ada warung, kalian bisa berbelanja perbekalan di sini. Perjalanan menuju Desa Saleman dari Masohi memakan waktu paling cepat 2 jam. Namun voyagers tidak perlu khawatir karena selama 2 jam itu voyagers akan ditemani oleh pemandangan Pulau Seram yang tidak seram alias indah. Kondisi jalan pun bisa dibilang cukup bagus, 80% sudah beraspal dan baik, hanya sekitar 20% saja yang masih jelek yaitu beberapa saat sebelum memasuki Desa Saleman.
Tiba di Saleman sekitar pukul 16:20 , kami pun langsung meletakkan barang-barang kami ke dalam speed, begitulah warga sekitar menyebut kapal yang akan mengangkut kami menuju Pantai Ora. Daya tampung maksimal satu kapal adalah 10 orang (belum termasuk Kapten dan 1 orang awaknya). Perjalanan cepat saja, hanya memakan waktu 10 menit.
Setibanya di Pulau Ora, kami langsung disambut oleh pemandangan Ora yang super cantik. Saat melihat pantai ini pertama kali rasanya ingin cepat-cepat membasahi badan dengan air laut dari Pantai Ora. Tidak hanya sambutan Pantainya yang luar biasa namun juga dari pelayan di Pulau Ora. Sambutan hangat dari mereka begitu terasa. Kalian akan diantar menuju meja resepsionis untuk ditunjukkan invoice yang sudah kalian bayar dan kemudian kalian akan diantar ke kamar yang sudah kalian pesan. Karena waktu itu kami ber-9, maka kami memesan Rumah Laut (bukan kamar laut) agar bisa menampung kami semua dalam satu atap.
Karena kami tiba sudah cukup sore, sekitar pukul 16:30, kamipun dipersilahkan untuk menyantap snack sore yang tersedia di cafe yang lokasinya ada di atas laut. Menikmati hidangan di atas laut yang indah itu rasanya juara banget, kalau istilahnya Pak Bondan Winarno itu “Maknyos”. Seusai Menyantap snack sore pun kami bebas untuk melakukan apapun, bisa foto-foto, menikmati sunset atau snorkeling di dekat penginapan.
Hari Ketiga
Waktu (WIT) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 09:00 | Sarapan |
09:00 - 10:00 | Berangkat ke Pulau 7 |
10:00 - 12:00 | Snorkeling di sekitar Pulau 7 |
12:00 - 12:45 | Makan siang di Pulau 7 |
12:45 - 14:00 | Perjalanan dari Pulau 7 ke Spot Tebing Batu |
14:00 - 15:00 | Main air dan foto-foto lucu di Spot Tebing batu |
15:00 - 15:15 | Melanjutkan perjalanan dari Spot Tebing Batu ke Spot Air Belanda |
15:15 - 16:30 | Main Air dan ngopi - ngopi di Spot Air Belanda |
16:30 - 16:45 | Perjalanan pulang ke Ora Beach Resort |
16:45 - 19:00 | Snack Sore dan dilanutkan dengan Snorkeling di sekitar Ora beach sembari menikmati Sunset |
19:00 - 24:00 | Makan Malam dan Acara Bebas |
24:00 | Istirahat |
Liburan itu gak boleh kebanyakan mandi, itulah sebabnya di hari ketiga ini kami langsung mengawalinya dengan sarapan. Menu sarapan di Pulau Ora bisa dibilang biasa saja, kalian bisa memilih mau makan roti dengan selai atau makan nasi ditemani lauk-pauknya. Namun yang membuatnya menjadi luar biasa adalah tempatnya. kalian sarapan di atas laut dengan suasanya yang begitu tenang dan ditemani oleh beberapa ikan kecil yang seolah memang sengaja hadir untuk menambah semarak suasana sarapan kami.
Perut kenyang dan kami pun siap berpetualang hari ini. Destinasi pertama kami adalah Pulau Tujuh. Pulau Tujuh merupakan destinasi tambahan yang tidak ada dalam paket standar trip di Ora (Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca DI SINI). Karena ini merupakan destinasi tambahan, maka kami harus merogoh kocek sebesar Rp 1.500.000 untuk biaya sewa kapalnya. Kapal yang kami gunakan atau biasa disebut Speed ini sama dengan yang mengantar kami dari Saleman menuju ke Ora Beach Resort. Lama perjalanan dari Ora menuju Pulau Tujuh ini ± 1 Jam.
Pulau Tujuh ini merupakan rekomendasi dari pihak Ora Beach, katanya keindahan bawah laut di Pulau ini masih terjaga. Benar saja, ketika kami menceburkan diri di laut sekitar Pulau Tujuh ini kami pun langsung disambut oleh karang-karang segar dan palung yang sangat cantik. Tidak jarang ikan-ikan laut tersebut menari-nari dari karang yang satu ke karang yang lainnya. Buat kalian yang suka diving, pulau ini cocok banget lho buat kalian.
Dua jam snorkeling dan freediving di sekitar Pulau Tujuh ini akhirnya membuat kami lelah. Kapalpun segera disandarkan di bibir pantai agar nasi box yang sudah disediakan dari Ora Beach bisa segera dibagikan kemudian disantap. Seusai makan, kami pun masih memiliki cukup waktu untuk berkeliling pulau yang tidak berpenghuni ini. Pulau ini tidaklah terlalu besar, 15-20 menit rasanya waktu yang cukup pas untuk mengelilingi pulau ini. Di pulau ini kalian bisa menemukan semacam gubuk yang umumnya digunakan para nelayan untuk istirahat atau juga makan siang ketika mereka sedang melaut.
Dari Pulau Tujuh, kami langsung bertolak ke destinasi selanjutnya yaitu Spot Tebing Batu atau yang biasa dikenal dengan istilah Hatu Pia. Tebing Batu ini jaraknya hanya 10 menit dari Pantai Ora. Jadi rute yang kami ambil pun mengarah kembali ke sekitar Pantai Ora. Spot Tebing batu ini adalah spot untuk berenang-berenang lucu dan salah satu spot terbaik di Ora untuk berfoto. Bagaimana tidak, terdapat Tebing Batu yang menjulang tinggi dengan air jernih yang berwarna kehijauan di sekitarnya. Di sela-sela tebing ini, ada gua kecil yang isinya kelelawar. Kalau main ke dalam gua ini, sedikit tahan nafas ya karena gua ini bau akan kotoran kelelawar.
Spot selanjutnya adalah Mata Air Belanda, jaraknya juga tidak jauh dari Ora Beach. Kalau dijelaskan secara positioning, maka Tebing Batu adanya di sebelah kiri Pantai Ora sedangkan Mata Air Belanda ini adanya di sebelah kanan Pantai Ora. Dari Tebing Batu menuju ke Mata Air Belanda hanya dibutuhkan waktu 10 menit. Setibanya di Mata Air Belanda, kalian akan langsung disambut oleh air pantainya yang sangat dingin, paling dingin diantara pantai-pantai lainnya. Air Pantai yang dingin ini berasal dari mata air yang keluar dari sebuah tebing, kemudian mengalir ke sebuah sungai kecil yang berhilir di laut tempat speed bersandar.
Setelah membasuh diri di Mata Air Belanda, kami pun kembali ke Ora Eco Resort. Mata Air Belanda menjadi destinasi terakhir kami hari itu. Sekembalinya di Ora, kami pun membunuh waktu dengan snorkeling dan menikmati sunset di Pantai Ora. Sungguh, Ora merupakan salah satu tempat yang tepat untuk melihat matahari terbenam.
Hari Keempat
Waktu (WIT) | Deskripsi |
---|---|
09:50 - 10:00 | Perjalanan dari Ora Beach Resort menuju Desa Saleman |
10:00 - 12:00 | Perjalanan dari Desa Saleman menuju Amahai (Pelabuhan) |
12:00 - 13:00 | Makan Durian di dekat Pelabuhan Amahai. |
13:00 - 14:00 | Menunggu di ruang tunggu keberangkatan kapal yang akan berangkat ke Pelabuhan Tulehu |
14:00 - 16:00 | Perjalanan dari Pelabuhan Amahai ke Pelabuhan Tulehu dengan Kapal Cepat |
16:00 - 16:15 | Tiba di Pelabuhan Tulehu kemudian perjalanan dilanjutkan ke Pantai Natsepa dengan mobil |
16:15 - 17:30 | Makan rujak di pantai Natsepa |
17:30 - 17:45 | Perjalanan dari Pantai natsepa menuju Patung Martha Christina Tiahahu |
17:45 - 18:30 | Foto-foto dan menikmati pemandangan senja Kota Ambon |
18:30 - 18:45 | Perjalanan dari Patung Marta Christina Tiahahu menuju ke tempat menginap di Belakang Soya |
18:45 - 19:00 | Taruh barang dan rapi-rapi |
19:00 - 20:00 | Makan malam nasi kuning begadang |
20:00 - 24:00 | Acara Bebas |
24:00 | Istirahat |
Hari ini merupakan hari terakhir di Pantai Ora. Hari terakhir di mana bisa menikmati pemandangan ikan-ikan laut yang lucu berada langsung di depan penginapan. Kurang puas memang kalau hanya 3 hari 2 malam di Ora, yang pas itu 4 hari 3 Malam, tidak lebih tidak kurang.
Pelayanan di Ora Eco Resort sangat baik menurut kami. Kesan “Keras” pada orang Maluku hilang di tempat ini. Jam 09:50 WIT kami sudah harus check out dari Ora Eco Resort. Perjalanan kembali ke Desa Saleman masih menggunakan speed yang sama. Sesampainya di Saleman kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Kapten dan awaknya karena sudah menemani kami selama 3 hari, tidak lupa juga kami selipkan tip saat melakukan salam perpisahan.
Perjalanan dari Saleman menuju Amahai kembali memakan waktu yang cukup lama, beberapa dari kami pun menggunakannya untuk tidur di dalam mobil. Sebelum sampai di Pelabuhan Amahai, kami dibangunkan oleh supir yang membawa kami dan kami mampir sebentar di sebuah pinggiran jalan untuk menyantap Durian. Durian di Seram ini ukurannya kecil-kecil, tapi kalau soal rasa tidak usah ditanya. ENAK BANGETTTT, yang gak enak itu BAYARNYA. Saking banyaknya durian yang kami makan, sampai-sampai kami dapat diskon dari bapak penjual durian tersebut.
Puas “Mabuk” Durian, kami pun langsung menuju pelabuhan untuk naik ke kapal yang akan membawa kami kembali ke Tulehu. Semua tiket kapal sudah diurus oleh pihak Ora Resort, tanggung jawab mereka terhadap kami masih ada sampai membawa kami kembali ke penginapan. Kami hanya perlu naik ke dalam kapal dan duduk manis sesusai dengan nomor bangku yang tertera pada tiket VIP kami. Itulah hari terakhir dimana kami menginjak Tanah Seram, Tanah Seram yang tidak seram, justru indah.
Setibanya di Tulehu, kami tidak langsung kembali ke tempat kami menginap di Ambon. Kami memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke Pantai Natsepa yang terkenal itu. Katanya belum ke Natsepa kalau belum mencicipi Rujak Natsepa. Setibanya di Natsepa, puluhan warung yang menjual rujak sudah berjajar rapi di pinggir Pantai Natsepa. Harga satu porsi Rujak Natsepa adalah Rp 15.000. Yang membuat Rujak Natsepa spesial adalah bumbunya. Bumbu rujak di pantai ini diberi campuran pala sebagai penambah rasanya. Buat kalian yang mau beli bumbu rujaknya untuk dibawa pulang juga bisa lho.
Karena hari belum malam saat kami usai melahap rujak-rujak tersebut, kami pun melanjutkan perjalanan ke Patung Martha Christina Tiahahu, sebuah patung pahlawan Maluku yang berdiri gagah menghadap teluk Ambon. Hanya 15 menit saja lama waktu perjalanannya. Dari tempat patung ini berada, kalian bisa melihat sedikit pemandangan kota Ambon. Sebenarnya taman tempat patung ini berada tidak boleh dimasuki, karena awalnya itu tempat ini sering dipakai pacaran oleh pemuda pemudi ambon. Mereka menyebabkan rumput-rumput dan tanaman di tempat ini rusak. Kami berhasil masuk karena kami menjelaskan kalau kami “Turis” dan ingin lihat patung ini langsung dan disertai “uang Jasa” untuk penjaga taman ini. Memilih tempat ini sebagai tempat untuk menikmati senja di Kota Ambon adalah keputusan yang tepat.
Sudah terlalu lama baju ini menempel di badan, sudah terlalu banyak keringat yang keluar. Sudah saatnya mengganti pakaian kami. Dari Patung Martha Tiahahu, kami kembali ke Belakang Soya untuk meletakkan beberapa barang bawaan kami sembari mengganti pakaian kami. Seusai semua rapi, kami melanjutkan wisata kuliner malam di Kota Ambon. Pilihan jatuh kepada “Nasi Kuning Begadang”. Diberi nama seperti itu karena bukanya di malam hari dan tutup di waktu yang cukup larut.
Salah satu menu yang spesial dari Nasi Kuning Begadang adalah Dendeng Rusa. Kalau umumnya nasi kuning disajikan dengan dendeng sapi, nah di Ambon ini dicampur dengan Dendeng Rusa. Lokasi jualan Nasi Kuning Begadang ini adalah di trotoar. Saat kalian berkeliling Ambon di malam hari, kalian pasti bisa menemukan mereka dengan gerobaknya yang berdiri tepat di atas trotoar.
Itulah akhir dari perjalanan kami di hari keempat. Sekenyangnya perut kami pasca menyantap nasi kuning begadang, kami pun kembali ke tempat kami menginap. Yang mau begadang ya begadang, yang mau lanjut tidur ya langsung beristirahat.
Hari Kelima
Waktu (WIT) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 08:00 | Bangun, Mandi, Sarapan |
08:00 - 08:15 | Perjalanan menuju Pasar Mardika |
08:15 - 09:15 | Belanja oleh-oleh di Pasar Mardika |
09:15 - 10:00 | Perjalanan menuju daerah Bandara |
10:00 - 11:00 | Sarapan di Warung Makan dekat bandara |
11:00 - 11:30 | melanjutkan perjalanan ke Pantai Huluwa di Wakasihu |
11:30 - 12:30 | Bermain air di Pantai Huluwa |
12:30 - 12:45 | Perjalanan dari Pantai Huluwa menuju Pantai Batu Layar |
12:45 - 13:00 | Foto-Foto di Pantai Batu Layar |
13:00 - 13:30 | Perjalanan dari Batu Layar menuju Air Terjun Ureng |
13:30 - 17:00 | Main di Air Terjun Ureng |
17:00 - 17:15 | Perjalanan dari Air Terjun Ureng menuju Desa Larike |
17:15 - 18:30 | Bermain dengan Morea di Desa Larike |
18:30 - 19:30 | Perjalanan dari Desa Larike kembali ke kota Ambon |
19:30 - 21:30 | tiba di Kota Ambon dan dilanjutkan dengan makan malam di Sibu-sibu Kafe |
21:30 - 21:45 | Perjalanan kembali ke rumah di Blakang Soya |
21:45 - 24:00 | Acara Bebas |
24:00 | Istirahat |
Hari kelima ini adalah hari yang benar-benar dipakai untuk berkeliling Pulau Ambon. Namun sebelum menjelajah pulau ini, maka kami memutuskan untuk berbelanja oleh-oleh, mengingat ini adalah hari kedua terakhir kami di Ambon. Tujuan pertama kami adalah Pasar Mardika. Di Pasar ini kami berbelanja berbagai oleh-oleh khas Ambon seperti buah Pala, Kayu Manis, Pisang Tongkalangit, Serut, Sagu Tumbuk dan beberapa makanan khas lain dari Ambon. Pilihan kami jatuh kepada pasar Tradisional selain karena harganya yang murah dan bisa ditawar, kami ingin merasakan bagaimana sih suasana pasar di kota Ambon ini.
Puas berbelanja, kami langsung berangkat menuju ke arah Bandara. Destinasi pantai pertama yang akan kalian kunjungi adalah Pantai Huluwa di Wakasihu. Jaraknya kurang lebih hanya setengah jam dari bandara. Namun sebelum bermain di pantai, kami memilih untuk sarapan terlebih dahulu di warung makan depan bandara. Kenapa begitu? karena ketika kalian menjelajahi Kabupaten Maluku tengah bagian tepi barat (Kecamatan Leihitu Barat) yang ada di Pulau Ambon, maka kalian akan sulit menemukan rumah makan. Itulah mengapa kami mengisi perut kami terlebih dahulu.
30 menit dari bandara, kamipun tiba di Pantai Huluwa, Wakasihu. Pantai ini memiliki ombak yang cukup besar. Namun dibalik ombak yang besar itu terdapat tembok karang penahan yang dibaliknya terdapat sebuah laguna kecil. Di dalam laguna inilah kalian dapat berendam dan bermain air. Dalamnya laguna ini juga kurang lebih hanyalah satu meter saja. Untuk masuk ke dalam pantai ini kalian diharuskan membayar Rp 5.000 per orang.
Dari Wakasihu, kami lanjut ke Pantai Batu Layar. Perjalanan hanya memakan waktu 15 menit saja. Dari kejauhan, kalian sudah bisa melihat di mana letak pantai Batu Layar dan kenapa dinamakan Pantai Batu Layar. Sebuah bongkahan batu karang yang besar yang menyerupai Layar Kapal merupakan tandanya. Pantai ini terletak persis di pinggir jalan dan tidak ada retribusi apapun untuk bisa berfoto di Pantai ini. Pantai ini ombaknya cukup besar saat kami datang sehingga kami hanya bisa berfoto di dekat batu karang yang menyerupai layar kapal tersebut.
Dari Batu Layar, kalian akan menuju ke Desa Ureng, disana terdapat sebuah air terjun yang bernama Wael Manahu. Sebelum tiba di Desa Ureng ini sebenarnya kalian melewati Desa Larike, tempat dimana Morea alias Belut raksasa berada, namun kami memutuskan Morea akan jadi destinasi wisata alam terakhir kami hari itu. Kembali lagi ke Ureng, dari Batu Layar menuju Desa Ureng ini hanya memakan waktu maksimal 30 menit. Rute perjalanan (jalan kaki) paling liar menurut saya ada di Desa Ureng ini.
Untuk menemukan Air terjun Wael Manahu ini, kalian harus berjalan kurang lebih sejauh 1,8 KM membelah hutan. Perjalanan memakan waktu 30 menit sekali jalan. Kalian akan melewati hutan dengan pohon-pohon yang besar serta aliran air yang hulunya berasal dari Air Terjun ini sebelum kita tiba di Air Terjun 3 tingkat ini. Kami menghabiskan waktu cukup lama di tempat ini karena memang tracking nya luar bisasa dan pemandangan dan pengalaman yang kami dapat pun sangat luar biasa di tempat ini.
Saat tubuh masih basah, kami tidak menunggu kering untuk lanjut ke destinasi berikutnya yaitu Desa Larike. Di desa Larike ini terdapat belut raksasa yang memang menjadi ciri khas dari Maluku yaitu Morea. Untuk masuk ke tempat Morea berada, kami hanya diminta uang seikhlasnya yang dimasukkan ke dalam kotak yang sudah di sediakan pada gerbang masuk desa ini. Untuk memberi makan Moreanya sendiri, juga sebagai cara untuk memancing mereka keluar dari persembunyiannya, kalian harus membeli ikan yang dijual oleh warga. Harganya Rp 20.000 per ekornya. Di Pulau Ambon ini, kalian bisa menemukan Morea di dua daerah yaitu di desa Larike ini dan yang satu lagi di Waai.
Cukup banyak destinasi yang kami kunjungi hari itu dan cukup banyak pula tenaga yang kami keluarkan. Sebelum pulang kembali ke tempat kami menginap, dari Desa Larike ini kami mengarahkan kendaraan menuju Kota Ambon. Cafe yang kami tuju untuk tempat makan malam kami adalah Cafe Sibu-sibu. Cafe ini cukup terkenal di Kota Ambon, bisa dibilang salah satu tempat nongkrongnya orang-orang Ambon juga. Harganya masih cukup murah dan suasananya pun anak muda banget. Lantunan musik daerah Ambon yang disajikan secara live menemani santap malam kami malam itu.
Itulah destinasi kami terakhir di hari itu. Sembari melangkahkan kaki menuju ke penginapan di Belakang Soya pasca menyantap hidangan di Sibu-sibu, kami pun mengingat-ngingat kembali aktivitas-aktivitas yang kami lakukan di hari itu. Ambon ini memang juara, banyak banget destinasi wisata unik dan seru di Pulau ini.
Hari Keenam
Waktu (WIT) | Deskripsi |
---|---|
07:00 - 08:00 | Bangun, Mandi, Sarapan |
08:00 - 08:10 | Berangkat dari RUmah menuju ke Petak 10 |
08:10 - 09:00 | Belanja oleh-oleh di Petak 10 |
09:00 - 09:30 | Melanjutkan perjalanan dari Petak 10 menuju Pintu Kota |
09:30 - 10:00 | Foto - foto di pintu kota |
10:00 - 10:30 | Melanjutkan perjalanan kembali dari Pintu Kota ke Kota Ambon untuk makan siang |
10:30 - 11:30 | Makan Siang di Sari Gurih restaurant |
11:30 - 12:15 | Belanja ikan asar di Galala |
12:15 - 13:00 | Perjalanan kembali ke Bandara |
13:00 | Trip Selesai dan Pulanggggg |
Inilah hari terakhir kami di negeri yang indah ini. Sedih rasanya harus meninggalkan Tanah Manise ini, namun apa mau di kata, waktu juga lah yang harus memisahkan. Karena hari kemarin tokonya tutup akibat hari libur, di hari terakhir inilah kami baru berangkat menuju Petak 10. Petak 10 ini merupakan sentra oleh-oleh. Harga oleh-oleh di sini memang lebih mahal tetapi toko ini cukup lengkap. Kalian bisa berbelanja baju, makanan khas Ambon, kain, besi putih, kayu putih dan beberapa oleh-oleh lainnya di sini.
Selesi belanja di Petak 10, kami pun langsung menuju ke Pintu Kota. Pintu Kota merupakan sebuah pantai yang terletak di Nusaniwe, Kota Ambon. Konon, pantai ini dulunya merupakan gerbang masuknya para nelayan serta orang-orang dari luar Ambon yang ingin berdagang. Ciri khas pantai ini adalah terdapat sebuah lubang pada tebing besar yang menjorok ke arah pantai. Lubang besar inilah yang dianggap sebagai “Gerbang” atau “Pintu Masuk” menuju Kota Ambon.
Setelah energi habis untuk berbelanja di Petak 10 dan berfoto di Pintu Kota, kami pun langsung berangkat ke Sari Gurih Restaurant. Ini adalah salah satu restoran sea food terbaik yang ada di kota Ambon. Tempatnya cukup nyaman, ada live music dan kalian juga bisa memilih langsung ikan, kepiting atau lobster yang ingin kalian makan. Inilah makan siang teakhir kami di Kota Ambon.
Hari semakin siang, waktu pulang pun semakin mendekat. Untuk mengobati rasa kangen kami terhadap ikan-ikan yang kami santap di Ambon, kami pun berangkat menuju Galala. Jaraknya hanya 5 menit dari Sari Gurih Restaurant. Galala merupakan pusat penjualan Ikan Asar atau Ikan bakar yang lezat. Kalian bisa bungkus ikan-ikan Asar ini untuk dibawa ke kota asal dan ikan ini bisa bertahan cukup lama.
Semua oleh-oleh sudah terbeli baik itu pakaian, makanan, minyak kayu putih dan berbagai asesoris lainnya. Beberapa pantai sudah kami nikmati keindahannya, Morea sudah kami lihat dan abadikan memorinya dan Air terjun bertingkat pun sudah kami sapa dengan penuh cinta. Sekarang waktunya kami kembai ke kota asal, dengan menaiki pesawat yang bersandar di Bandara Pattimura.
Terima Kasih Maluku terutama Kota Ambon dan Maluku Tengah. Terima kasih untuk semua keramahan dan kasihnya. Kiranya suatu saat ada kesempatan untuk kembali ke negeri ini. LAWAMENA!!!
Destinasi yang kami kunjungi
Destinasi yang Kami Tuju | ||
---|---|---|
Pantai Batu Kapal | Gong Perdamaian | Tebing Batu Hatu Pia |
Jembatan Merah Putih | Lapangan Merdeka | Mata Air Belanda |
Patung Pattimura | Rumah Makan Rianti (Seram) | Pantai Natsepa |
Desa Saleman | Ora Beach | Patung Martha Christina Tiahahu |
Pulau 7 | Nasi Kuning Begadang | Pasar Mardika |
Pantai Huluwa | Pantai Batu Layar | Air Terjun Ureng (Wael Manahu) |
Morea di Desa Larike | Sibu-Sibu Cafe | Petak 10 |
Pantai Pintu Kota | Sari Gurih Restaurant |
Destinasi yang tidak sempat kami kunjungi
Destinasi yang Tidak Kami Tuju | ||
---|---|---|
Air Panas Tulehu | Pantai Liang | Morea di Waai |
Pantai Hukurila | Pantai Namasua | Pantai Namalatu |
Tips
- Pihak Ora Resort juga menyiapkan alat snorkeling untuk disewakan namun ada biaya tambahan lagi untuk itu. Misalkan voyagers menginap di Ora selama 3 hari 2 malam, maka langsunglah sewa alat snorkeling tersebut saat pertama kali tiba, jangan tunggu keesokan harinya.
- Kalau itinerary di atas itu kami berangkat pukul 08:15 WIB dan tiba pukul 13:55 WIT, voyagers lebih disarankan untuk memilih penerbangan yang lebih pagi agar waktu tiba lebih cepat dan bisa lebih banyak waktu yang dimiliki untuk eksplor kekayaan wisata Pulau Ambon.
- Apabila voyagers mengikuti itinerary di atas (Tiba di hari pertama setelah jam makan siang), maka voyagers bisa titip roti atau kue kecil yang bisa dimakan selama perjalanan ke atau ketika di Pantai Batu Kapal. Minta Tolong sopir saja untuk membelikan makanan + minuman.
- Durasi kami menginap di Ora itu 3 hari 2 malam. Yang bagus itu adalah 4 hari 3 malam sehingga semua destinasi tambahan (diluar Tebing Hatu Pia dan Air Belanda) bisa dikunjungi. Contoh destinasi lainnnya adalah Sungai Salawai, Pulau Raja dan Pulau Kelelawar.
- Saat berkeliling di daerah Kecamatan Leihitu Barat (Pantai Huluwa, Pantai Batu layar, Desa Larike, Desa Ureng), usahakan membawa minuman dan makanan kecil karena susah ditemukan warung makan di daerah ini.
- Selama berada di Huluwa sampai Larike, kamu akan sulit untuk menemukan signal handphone. Signal baru akan ada lagi ketika kamu sampai di Desa Ureng. Jadi jika kamu berangkat lebih dari 1 grup, pastikan kamu tidak kehilangan anggota trip kamu karena akan sulit nantinya untuk menghubungi mereka.
- Untuk penginapan di Kota Ambon, kalian bisa menginap di beberapa hotel yang ada di sana. Silahkan gunakan aplikasi traveling untuk memesan kamar. Pada itinerary di atas, kami menginap di rumah salah seorang Famili untuk menghemat biaya.
- Kalau mau pesan kamar di Ora Eco Resort, pesanlah dari jauh-jauh hari karena biasanya tempat ini penuh pada akhir pekan dan long weekend
Rincian Biaya dapat dilihat DI SINI
Contact
- Sewa Mobil Ambon 1 (Pak Ucu) → 081343004495
- Sewa Mobil Ambon 2 (Pak Caken) → 081343064944
- Sewa Mobil Ambon 3 (Pak Carlos) → 085243643838
- Booking Kamar di Ora (Ibu Yuni atau Ibu Grace)→ +6281248896616 (WA dan Telepon)
Terima Kasih
- @verasumargo
- @ristaholic
- @helenapaays
- @aruphadhatu
- @nicholasyuwono06
- @dgoreinnamah
- @eviechristina
- @a_aqsha
- @nvi_fitri
Life is a journey and it’s about growing and changing and coming to terms with who and what you are and loving who and what you are.— Kelly McGillis