Pesona Air Terjun Tumpak Sewu, Air Terjun Paling Indah di Pulau Jawa
Dari kaki Gunung Semeru air itu mengalir deras, melewati setiap hadangan yang ada di depannya. Bebatuan yang besar tak sanggup membendungnya, pepohonan pun membukakan jalan baginya, dan dengan sisi tajamnya ia mengikis setiap tanah yang dilaluinya. Ia tak pernah berhenti, terus mengalir, hingga akhirnya tiba di satu titik dimana air itu berpisah dan membentuk jalur-jalur yang berbeda. Dengan derasnya, air -air yang sudah berpisah itu lalu jatuh dari ketinggian dan kembali menyatu dibagian bawah membentuk keindahan abadi yang bernama Air Terjun Tumpak Sewu.
Perjalanan kali ini membawaku ke salah satu air terjun paling cantik yang ada di Pulau Jawa, namanya Tumpak Sewu atau orang biasa menyebutnya juga dengan Coban Sewu.
Diberi nama seperti itu bukannya tanpa alasan. Jalur curahan air yang tak terhitung jumlahnya lah yang membuat kata “Sewu” atau berarti seribu melekat di belakangnya. Sewu menunjukkan jumlah yang sangat banyak, bukan berarti totalnya ada seribu. Mungkin bisa dibilang kata sewu pada Air Terjun Tumpak Sewu ini mirip seperti kata seribu pada Kepulauan Seribu.
Air terjun cantik nan memesona ini memang sudah lama berada dalam wishlist saya. Keindahannya membuat saya tak mampu untuk mengabaikannya. Namun barulah pada bulan Juni 2018 kemarin saya berkesempatan untuk mengunjunginya.
Rute Menuju Air Terjun Tumpak Sewu
Dengan mengendarai sebuah mobil sewaan, saya, Helena, Cindy dan Yoga menyusuri jalur yang sangat panjang dari Stasiun Malang menuju Desa Sidomulyo, Kelurahan Besukcukit, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Di sanalah lokasi dari Tumpak Sewu berada. Jika bisa saya jabarkan sedikit lebih detil, jalur yang kami lalui adalah Stasiun Malang → Bululawang → Dampit → Tirtomoyo → Pronojiwo. Selama kurang lebih 2 jam kami melewati jalur yang cukup meliuk-liuk di beberapa bagian dan “melawan” beberapa hadangan truk ukuran besar yang berjalan lambat dan menutupi sebagian jalan.
Tidak sulit untuk menemukan lokasi dari Tumpak Sewu. Aplikasi penunjuk arah online mengarahkan kami tepat hingga ke lokasi parkir dari Desa Sidomulyo tanpa perlu bertanya pada orang lain. Ketika sudah melewati perbatasan Malang-Lumajang, perhatikanlah bagian sebelah kanan jalan. Kalian akan menemukan sebuah gerbang bertuliskan Air Terjun Tumpak Sewu dengan jalur yang agak kecil. Masuklah ke sana dan ikutilah jalur hingga bertemu dengan lokasi parkir kendaraan.
Sedikit tambahan, Air Terjun Tumpak Sewu ini berada dalam 2 wilayah, Kabupaten Malang dan Lumajang. Berada di 2 wilayah membuat air terjun ini pun memiliki 2 pintu masuk, pintu masuk jalur Malang dan pintu masuk jalur Lumajang. Setelah melakukan beberapa pertimbangan, akhirnya kami memilih jalur Lumajang.
Bagaimana keindahan Air Terjun Tumpak Sewu via jalur Lumajang dan ada apa saja di sana? Berikut cerita serunya:
Panorama
Setelah memarkirkan kendaraan di Desa Sidomulyo dan membayar biaya parkir serta biaya masuk (rinciannya bisa dibaca DI SINI), kami pun berjalan mengikuti arah panah yang tersedia di sana. Beruntung sekali kami hari itu sebab cuacanya cukup cerah. Tujuan kami yang pertama adalah Panorama. Panorama merupakan sebuah tempat untuk menikmati pemandangan Air Terjun Tumpak Sewu dari atas secara utuh, secara sempurna.
Jadi ada sedikit daerah yang sudah disemen rapi di dekat bibir Tumpak Sewu. Dari sanalah kami melihat bagaimana air datang dari pepohonan yang ada di dinding tebing, jatuh dari ketinggian 120 meter, lalu menghujam tanah serta bebatuan di bawahnya dan membentuk buih-buih kecil.
Selain curahan airnya yang banyak sekali, yang membuat Air Terjun Tumpak Sewu spesial adalah lengkungan pada dinding tebing, tempat dimana air mengalir dan jatuh, yang membentuk setengah lingkaran. Perpaduan antara lengkungan dan air yang jatuh tersebut memunculkan kesan seperti kami sedang menatap sebuah tirai raksasa.
Kami pun tidak membuang kesempatan untuk mengabadikan momen di atas sini. Dengan segera kamera kami keluarkan dan berfoto dengan latar Air Terjun Tumpak Sewu dan pepohonan hijau nan rimbun. Kalau cuaca sedang bagus, dari Panorama ini kalian bisa melihat Gunung Semeru yang berdiri gagah. Dari sanalah aliran air ini berasal.
Perjalanan Turun
Kurang puas rasanya jika hanya memandang Air Terjun Tumpak Sewu dari atas tanpa tangan ini menyentuh airnya yang lembut itu. Puas berfoto, kami pun berjalan keluar jalur Panorama menuju jalan kecil yang bertanah, berbatu, dan tak jarang basah karena menjadi daerah aliran dari air terjun juga (FYI, di sekitar Air Terjun Tumpak Sewu ini terdapat juga banyak air terjun lain). Itulah jalur turun menuju bagian bawah dari Air Terjun Tumpak Sewu.
Untuk bisa menikmati keindahan Air Terjun Tumpak Sewu dari bawah, kami harus turun sejauh 120 meter, sesuai dengan ketinggiannya. Sangat diperlukan kehati-hatian, kemampuan fisik yang baik, dan kecekatan.
Perjalanan akan dimulai dengan berjalan di pinggir tebing, melewati jalur tanah yang dibentuk menjadi tangga. Dari situ, jalur tanah itu akan berubah menjadi jalur bambu yang sudah dipersiapkan (mungkin) warga yang lebarnya semakin mengecil, hanya muat satu orang untuk melewati jalur itu. Pengaman jalur itu pun hanya pegangan berbentuk bambu di bagian kanan, untuk mencegah kami terjatuh ke samping.
Sampai bagian bambu tadi, tingkat kemiringan jalur masih cukup normal. Tahap selanjutnya adalah menuruni jalur berbatu dengan pegangan dari besi di bagian kanan yang bisa kami jadikan sandaran. Aliran airnya cukup deras dan kemiringannya semakin bertambah. Di sinilah diperlukan sekali kehati-hatian. Karena kalau tidak, kami bisa saja terjatuh. Jika hanya efek malu yang ditimbulkan sih tidak masalah. Bagaimana jika terpleset, jatuh dan kepala menghantam batu?
Lama waktu untuk turun kurang lebih 30 menit. Apakah itu sudah sampai di lokasi Air Terjun Tumpak Sewu? Oh, belum. Kalian baru akan tiba di sebuah pertigaan, yang kalau ke arah kiri akan menuju lokasi Goe Tetes dan Telaga Biru, sedangkan ke arah kanan akan mengarah ke Tumpak Sewu. Saya dan teman-teman pun berjalan ke arah kanan terlebih dahulu.
Tebing Nirwana
Kini pemandangan di kiri kanan hanyalah tebing-tebing yang kokoh dan tinggi. Kami berada di antaranya. Aliran air dari Air Terjun Tumpak Sewu sudah terlihat di sini, namun belum dengan air terjunnya. Kami pun harus melewati bagian samping dari aliran air agar tidak basah (meskipun nanti ujung-ujungnya basah) menuju ke lokasi Tumpak Sewu.
Ada momen dimana kami harus melewati jembatan besi yang dibentangkan di antara batu, di atas aliran air, guna menuju ke bagian selanjutnya. Tidak ada pegangan untuk melewati jembatan besi itu, keseimbangan dan keyakinan diperlukan untuk melewati jembatan dengan aliran air yang cukup deras di bawahnya.
- Baca Juga: Cerita Sedih Dibalik Nama Coban Rondo
Usai melewati jembatan itu, sesaat sebelum tiba di Air Terjun Tumpak Sewu bagian bawah, kami berjumpa dengan tebing indah yang saling berpadu yang ditumbuhi tumbuhan hijau. Berada di depan tebing tersebut membuat saya seperti sedang berada di film King Kong, dimana si King Kong akan keluar dari balik tebing yang saling berpadu dan saling mengisi tersebut. Keindahannya sulit digambarkan dengan kata-kata.
Air Terjun Tumpak Sewu (Bawah)
Melewati Tebing Nirwana, masih ada satu lagi rintangan yang harus dilewati untuk menikmati Air Terjun Tumpak Sewu dari bawah, yaitu aliran air yang cukup deras. Kalau tadi ada jembatan besi untuk menghindari aliran air, kini kami harus melewatinya dengan berpegangan pada seutas tali yang sudah direntangkan.
Mudah? Tentu tidak. Sambil berpegangan pada tali, kami harus menahan arus air yang kerap mendorong dan berusaha untuk menyeret kami. Kalau itu sudah berhasil kalian lalui, pemandangan indah sudah menanti di depan mata. Kalian hanya perlu menaiki beberapa batu lagi sebelum melihat Air Terjun Tumpak Sewu dari bawah dengan sempurna.
Buih-buih air yang muncul dari tabrakan antara air yang jatuh dari atas dengan bebatuan akan langsung menyapa kulit ini. Pemandangan cantik dari lengkungan tebing yang dialiri air akan sangat memanjakan mata. Sensasi yang ditawarkan di bawah sini sungguh berbeda dengan di atas sana.
Kalau sudah bisa menikmati Air Terjun Tumpak Sewu dari bawah, niscaya kalia akan merasa lebih bersyukur atas nikmat Tuhan yang Ia berikan setiap hari. Kami merasa kecil sekali di tengah kepungan tebing dan aliran air deras ini.
Manfaatkanlah waktu untuk berfoto ketika cuaca memang sedang baik sebab cuaca bisa berubah sangat cepat di bawah sini. Tadinya cerah, bisa saja mendadak jadi berawan lalu turun hujan. Manfaatkan setiap kesempatan yang ada, carilah sudut yang tepat dan ingat, jangan merusak alam dengan mencorat-coret batu atau membuang sampah sembarangan.
Di sini kami tidak bisa terlalu lama sebab hari mulai sore. Menurut salah seorang penjaga di sana, debit air bisa saja bertambah di sore hari dan banjir bisa terjadi. Ia pun menunjukkan batas yang ada pada batu jika banjir terjadi. Kalau itu terjadi dan kami masih berada di sana, bisa-bisa kami tidak bisa pulang.
Mendengar perintah untuk segera kembali, kami pun mengucapkan selamat tinggal pada Air Terjun Tumpak Sewu dan berterima kasih untuk keindahan yang ia tawarkan dan boleh kami nikmati. Kami melanjutkan langkah kami kembali ke pertigaan yang tadi saya ceritakan, dengan tetap melewati aliran air yang deras dan jembatan besi.
Telaga Biru
Kalau tadi sudah ke arah kanan pertigaan untuk melihat Air Terjun Tumpak Sewu, sekarang kami beralih ke arah kiri. Rutenya kini sedikit lebih mudah sebab jalurnya landai dan tetap ditemani aliran dari Air Terjun Tumpak Sewu. Di sebelah kiri, tebing-tebing juga dialiri oleh air terjun. Pemandangannya cantik sekali dan suara air terjun yang bergesekkan dengan tebing menimbulkan suara yang khas.
Tak lama berjalan, di sebelah kiri kami melihat adanya sebuah kolam, kecil saja. Di atasnya, air terjun dengan formasi unik mengalir dengan cukup kencang, lalu mengalir mengisi kolam tersebut. Yang membuatnya unik adalah saat air jatuh dan memenuhi kolam itu muncul warna biru, padahal airnya bening sekali. Itulah yang membuat tempat ini diberi nama Telaga Biru.
Jika di Tumpak Sewu aliran airnya kadang berwarna coklat karena berasal dari Kaki Gunung Semeru, nah di Telaga Biru ini airnya jernih sekali. Biasanya telaga ini memang digunakan pengunjung untuk mandi. Sudah dan pasti basah dari Tumpak Sewu, lalu ada alasan apa untuk tidak basah-basahan di tempat ini?
Kalau ingin berjalan menuju air terjun di atas Telaga Biru juga bisa. Terdapat beberapa undakan yang bisa digunakan untuk naik. Berhati-hatilah dan selamat berfoto di sana.
Goa Tetes
Bagian paling sulit dari turun adalah naik kembali. Ya, kini saatnya untuk naik kembali. Memandang ke atas saja sudah malas sekali rasanya sebab jalannya panjang sekali. Namun sebelum kembali ke lokasi parkir, ada baiknya mampir ke Goa Tetes terlebih dahulu. Perjalanan menuju Goa Tetes dan untuk kembali akan sangat berat, sebab jalur yang akan dinaiki adalah jalur batu yang basah.
Kami membuang semua rasa takut kami, menggadaikan kelelahan yang kami rasakan dan terus berjalan naik melewati rentetan batu yang menanjak. Hingga kami tiba di sebuah goa yang bernama Goa Tetes.
Di beri nama Goa Tetes sebab aliran air terjun yang berada di atasnya jatuh dan menghantam bagian atas goa. Dari langit-langit goa, air tersebut menyelinap masuk, kemudian menetes dan memunculkan suara rintik air yang khas. Bagian dalam goanya pun sangat unik, mungkin karena terkikis oleh air yang masuk sehingga terciptalah bagian dalam goa dengan konstruksi yang antik dan eksotis.
Puas berfoto, kami pun keluar dari goa dan menyusuri kembali jalur menanjak yang basah. Kami cukup senang ketika melihat jalur yang kami lalui berubah menjadi jalur tangga buatan manusia. “Ah, sebentar lagi sampai nih.” Ujarku dalam hati. Tapi 10 menit berjalan, tidak sampai-sampai juga dong.
Hari berangsur gelap, matahari pun tak lagi nampak. Untungnya saat mulai benar-benar gelap, kami sudah kembali di titik di mana kami memulai perjalanan tadi. Luar biasa perjalanan mengeskplorasi Goa Tetes ini. Kapok? Oh, tentu tidak. Justru saya ketagihan 🙂
*****
Itu tadi pengalaman seru menjelajah sedikit keindahan di Jawa Timur, lebih tepatnya di Lumajang. Awalnya saya pikir hanya ada Air Terjun Tumpak Sewu saja di Desa Sidomulyo ini. Eh, ternyata ada spot lainnya seperti Tebing Nirwana, Telaga Biru dan juga Goa Tetes. Hidup ini kadang memang penuh kejutan ya?
Tambahan
- Di Desa Sidomulyo ini terdapat penginapan yang bisa kalian manfaatkan. Saran saya, lebih baik menginap 1 malam sebelum mengeksplor area Air Terjun Tumpak Sewu karena perjalanan bisa seharian penuh. Jangan seperti saya yang melakukannya siang hari dan agak terburu-buru. Lebih enak memang menjelajah dari pagi hari.
- Bagian bawah jalur menuju Air TerjunTumpak Sewu bisa banjir, pastikan kalian melakukan penjelajahan di saat yang benar-benar aman.
- Sebelum menjelajah, penuhi perut kalian dengan makanan dan jangan lupa membawa air minum yang cukup selama perjalanan.
- Sangat disarankan untuk menggunakan sepatu atau sandal gunung.
- Untuk mengetahui kondisi di sana, apakah sedang ada acara desa, cuaca dan kondisi Air Terjun Tumpak Sewu seperti apa, sedang banjir atau tidak, ada baiknya menghubungi salah satu warga untuk menanyakan status dari Air Terjun Tumpak Sewu. Jangan sampai kalian sudah datang lalu tidak bisa melakukan apa-apa di sana.
Kontak yang bisa kalian hubungi adalah Mas Wawan →081370835118. Beliau juga bisa menjadi pemandu untuk kalian yang ingin merasakan serunya treking di Tumpak Sewu. - Diperlukan fisik yang kuat untuk turun ke bagian bawah Air Terjun Tumpak Sewu.
- Harga penginapan (homestay) Rp 50.000/orang/malam. Untuk info soal penginapan bisa menghubungi Pak Yanto → 085331238963.
- Biaya sewa guide adalah Rp 250.000/kelompok.
I love the sounds and the power of pounding water, whether it is the waves or a waterfall.
–Mike May