Bayt Al-Quran Al-Akbar: Pemindahan Al-Quran Raksasa (2)
Bayt-Al-Quran Al-Akbar – Pada tulisan sebelumnya DI SINI, saya sudah menceritakan kisah tentang bagaimana Al-Quran Al-Akbar dibuat hingga akhirnya sukses diluncurkan di Masjid Agung Palembang. Ada keringat dan air mata yang tercurah dalam pembuatan karya tersebut. Ada banyak tokoh penting dan tangan-tangan yang luar biasa dalam membantu terwujudnya Al-Quran terbesar di dunia ini.
Serunya lagi, perjuangan Ustadz Syofwatillah dan kawan-kawan agar Al-Quran Al-Akbar ini semakin mendunia masih belum selesai. Setelah diluncurkan, ada hal-hal yang dirasa kurang “srek” sehingga pemindahan rumah bagi Al-Quran ini harus dilakukan. Dan lagi-lagi, kendala dana dialami dan bagaimana hebatnya kuasa Tuhan turut campur pada bagian ini akan membuat kita tercengang.
Ide Pemindahan
Ada kabar baik lainnya yang datang pada tahun 2009, tahun dimana Al-Quran Al-Akbar diluncurkan. Ustadz Syofwatillah yang merupakan penggagas Al-Quran Al-Akbar ini terpilih menjadi anggota dewan periode 2009-2014. Bersamaan dengan hal tersebut, Pak Marzuki Alie yang juga merupakan Ketua Harian dari panitia pembuatan Al-Quran Al-Akbar ini terpilih menjadi ketua DPR periode 2009-2014.
Setelah kurang lebih 3 tahun diletakkan di Masjid Agung Palembang (2008-2011), keberadaan Al-Quran ini dianggap biasa saja. Bahasa kasarnya mungkin tidak ada perhatian khusus terhadapa mushaf Al-Quran ini oleh pemerintah dan tidak terlihat adanya tanda-tanda untuk dikembangkan.
Melihat hal ini, Ustadz Opat, panggilan akrab Ustadz Syofwatilah Mohzaib, mengutarakan pemikirannya kepada Pak Marzuki Alie untuk mengembangkan Al-Quran ini.
Sedikit flashback, tak disangka-sangka, pada tahun 2010, Pak Marzuki Alie terpilih menjadi Presiden PUIC (Parliament Union of OIC Member State atau Persatuan Negara-negara Organisasi Konferensi Islam) di Kampala, Uganda, Afrika. Total ada 51 negara yang bergabung dalam konferensi tersebut. Dari hasil pertemuan itu, Indonesia terpilih untuk menyelenggarakan konferensi berikutnya pada tahun 2012.
Kembali ke Ustadz Opat, ia pun membisikkan “ide gila” kepada Pak Marzuki yang kira-kira berbunyi, “Pak, bagaimana kalau kongres PUIC di Indonesia tahun 2012 nanti jangan di Jakarta. Bagaimana kalau di Palembang?”
Bicara soal Islam, Al-Quran merupakan kitab sucinya dan Ustadz Opat yakin kalau perwakilan dari 51 negara tadi pasti belum pernah meilhat Al-Quran sebesar dan sebagus ini. Karena umumnya Al-Quran ditulis di atas kertas dan di Sumatera Selatan ini, ada Al-Quran yang diukir di atas kayu . Momen inilah yang digunakan Ustadz Opat untuk membuat rumah baru bagi Al-Quran Al-Akbar.
Mendengar tawaran tersebut, Pak Marzuki tidak langsung meng-iya-kannya. Ia harus melempar ini ke forum terlebih dahulu, sebab Indonesia identik dengan Jakarta dan acara besar umumnya diadakan di ibu kota. Takutnya nanti forum kaget dan mengkhawatirkan soal keamanan dan fasilitas lainnya.
Untungnya, Palembang sukses mengadakan SEA Games tahun 2011 dan ajang itu sekaligus sebagai pembuktian kalau Palembang pun mampu. Akhirnya para anggota PUIC pun menyetujui Palembang sebagai tempat penyelenggaraan kongres.
Pergumulan Rumah Baru
Mendapat lampu hijau, Ustadz Opat langsung bergerak cepat. Diperlukan waktu kurang dari 3 bulan untuk Ustadz Opat berpikir dan mengeksekusi kira-kira bagaimana nantinya kepingan Al-Quran Al-Akbar ini nantinya dibuka dan ditutup, orang-orang bisa membaca, dan akhirnya bisa dipublikasikan.
Ia bertanya dalam hatinya, “Kalau saya harus membuat gedung baru layaknya museum, saya tidak akan mampu. Diperlukan dana yang tidak sedikit. Uang yang tidak sedikit itu mau didapat dari mana? Seandainya uang ada dan harus membangun gedung baru, pasti akan memakan waktu lama.”
Untuk informasi tambahan, Ustadz Opat waktu itu hanyalah seorang wakil rakyat, bukan orang yang berkelebihan banyak. Ia pun tidak punya usaha dan di Palembang itu kerja beliau hanya berdakwah.
Lewat cara yang unik, TUhan kembali membukakan jalan. Suatu ketika, ia pulang dari Jakarta ke Palembang. Ketika melihat halaman rumahnya di Gandus usai menunaikan shalat subuh, ia bertanya pada dirinya sendiri, “Bagaimana kalau Al-Quran ini saya letakkan di sini saja ya?”
Ketika berusaha untuk meyakinkan dirinya kalau tempat ini adalah tempat yang paling cocok, masalah baru datang tanpa diundang. Ustadz Opat tidak tahu bagaimana cara mendesain bangunan dan interiornya. Ada 315 keping mushaf Al-Quran lho yang harus ditampilkan. Bagaimana ia harus memasangnya?
Tak ingin terlalu pusing dan tetap optimis, Ustadz Opat memberitahukan Pak Marzuki bahwasanya Al-Quran Al-Akbar ini dipindahkan saja di halaman rumahnya di Gandus.
Pak Marzuki kaget dong mendengar saran tersebut. Kenapa kaget? Karena Gandus itu jauh dari Kota Palembang dan mungkin bisa dikatakan pinggiran. Pak Marzuki pun bertanya pada Ustadz Opat, “Yang datang ini bukan orang biasa lho, orang-orang penting semua. Kenapa tidak cari tempat lain?”
Ustadz Opat pun menjawab, “Kalau cari tanah yang lain, saya perlu uang banyak. Saya tidak punya uang. Bapak punya?”
Mendengar jawaban dengan pertanyaan itu, Pak Marzuki pun berkata, “Ia juga ya. Tapi kita hanya punya waktu kurang dari 3 bulan lho sebelum kongres itu dimulai.”
Untuk memperkuat pernyataannya, Ustadz Opat menambahkan, “Selain karena lahan yang memang sudah ada, alasan lainnya mengapa di Gandus ini saya pilih sebagai lokasinya karena di sebelah kiri Bayt Al-Quran Al-Akbar ini adalah pesantren Al-Ihsaniyah. Di sebelah kanannya terdapat sebuah sekolah menengah pertama. Dan satu garis lurus dengan Bayt Al-Quran Al-Akbar ini terdapat sebuah Madrasah Tsanawiyah. Itu artinya Al-Quran akan diletakkan di tengah-tengah orang yang berpendidikan dan menjadi lentera bagi siapapun yang ada di sekelilingnya.”
Dijelaskan seperti itu, Pak Marzuki akhirnya mau Al-Quran Al-Akbar dipindahkan. Ustadz Opat pun langsung mewakafkan tanah dan rumahnya di Gandus untuk dibangun menjadi rumah baru bagi Al-Quran Al-Akbar.
Ide dan Realisasi itu Datang
Di tengah waktu yang kian sempit, Ustadz Opat mendapat ide mengenai cara memasang kepingan Al-Quran Al-Akbar ini. Bukan mendapat ide dari dari arsitek atau desainer interior, Ustadz Opat mendapat ide pemasangan kepingan Al-Quran ketika beliau menemani seseorang melakukan perjalanan haji ke Makkah Al Mukarommah.
Waktu itu, ketika beliau sedang melakukan shalat sunnah 2 rakaat, Allah memberikan pengelihatan kepada Ustadz Opat mengenai cara memasang mushaf tersebut. Dalam pengelihatannya itu Ustadz Opat menjelaskan kalau ada suara yang mengatakan bahwa nanti kepingan Al-Quran Al-Akbar ini harus diletakkan di bagian depan secara sejajar. Lalu nanti kamu berikan semaca frame pada kepingan tersebut agar bisa diputar.
Berikan sedikit ruang untuk berjalan di belakang barisan yang depan, dan setelah itu barulah pasang kembali barisan di belakangnya dengan cara yang sama seperti barisan yang pertama. Lakukan terus sampai beberapa bagian ke belakang. Sesudah itu jangan dilebarkan ke kiri atau ke kanan, tapi buatlah ke atas.
Usai mendapatkan gambaran seperti itu, Ustadz Opat kembali melakukan shalat 2 rakaat untuk meyakinkan kalau memang itu benar petunjuk dari Tuhan untuk memasang mushaf Al-Quran ini.
Pulang dari sana, Ustadz Opat mulai menghubungi teman-teman beliau yang dipercaya untuk membangun tempat ini dan mengerjakannya secepat dan semampu mereka.
Peresmian Bayt Al-Quran Al-Akbar
Tepat pada tanggal 30 Januari 2012 di Novotel dan halaman Ponpes Modern IGM Al-Ihsaniyah, Bayt Al-Quran Al-Akbar di Gandus ini akhirnya diresmikan. Meskipun belum selesai 100%, beberapa keping Al-Quran sudah terpasang dan sangat mampu untuk membuat siapapun yang datang terkagum-kagum dengan rumah baru dan bagaimana cara Al-Quran ini ditampilkan.
Tokoh yang melakukan peresmian ini adalah Presiden Republik Indonesia saat itu, Bapak Susilo bambang Yudhoyono. Acara peresmian tersebut juga dihadiri dan disaksikan langsung oleh para peserta kongres Parlemen Negara Islam Dunia (PUIC). Seluruh delegasi dari 51 negara ini mengakui dan mengukuhkan, baik secara lisan ataupun tertulis, bahwa tidak ada karya seperti ini di negara mereka dan (mungkin) bahkan di dunia.
Bahkan saking indahnya, ketua DPR dari negara Turki datang secara khusus pada momen yang terpisah guna memberikan medali emas pada Ustadz Syofwatillah Mohzaib atas karyanya ini.
Catatan*
(Saat saya datang, yang terpasang barulah 15 juz. Sisanya ada di lantai 4 dan lantai 5, yang nantinya akan dipasang di gedung baru, yaitu gedung 2 &3 yang sedang dalam tahap pembangunan)
*****
Itu tadi sedikit cerita seru bagaimana Al-Quran Al-Akbar bisa hadir di tempatnya yang sekarang di Gandus. Kalau bukan karena penyertaan Tuhan, saya yakin peristiwa hebat ini tidak akan terjadi. Kepingan Al-Quran ini kini dapat berdiri dengan gagahnya dan menjadi saksi bagi banyak orang.
Kisah mengenai Al-Quran Al-AKbar ini masih belum selesai. Saking seru dan asyiknya tempat ini, saya membaginya menjadi 3 tulisan. Di bagian terakhir nanti, di bagian ketiga, saya akan membahas mengenai ornamen pada Al-Quran yang diukir ini.
Ditunggu ya 🙂
There is no compulsion where the religion is concerned.
(Holy Quran: 2/ 256)