Libur 1 Hari? Ini Aktivitas yang Bisa Kalian Lakukan di Jakarta
Cuti pada hari kejepit yang ditolak oleh atasan itu ibarat tidak mendapat restu orang tua untuk berpacaran dengan si dia. Sudah naksir sejak lama, eh mama bilang “Tidak”. Sudah merencanakan liburan sejak lama, eh mendapat surat yang isinya “Rejected” dari sang penguasa (perusahaan). Hilang semua harapan dan angan untuk menikmati pemandangan indah di atas gunung atau bersantai di pinggir pantai dengan ditemani rayuan ombak.
Aduh, maaf ya kalau kalimat pembuka pada paragraf pertama isinya langsung curhatan, curhatan kehidupan pegawai kantoran yang cukup sulit untuk mendapat cuti. Tapi bukan seorang virgo namanya kalau tidak mempunyai rencana cadangan. Virgo itu kalau rencana A gagal, dia punya rencana B. Jika rencana B gagal, dia punya rencana C. Begitu seterusnya yang total rencana cadangannya menyamai jumlah kolom pada Microsoft Excel.
Dan untuk mengobati kekecewaan saya pada liburan Maulid kemarin yang jatuh pada hari selasa, 21 November 2018, dimana seharusnya saya berangkat ke Sumba sejak hari jumatnya, saya pun memutuskan untuk beraktivitas di ibu kota Jakarta. Rasa-rasanya saya juga perlu melakukan aktivitas lain selain bekerja guna lebih mengenal kota kelahiran saya yang juga menjadi ibu kota dari Indonesia ini.
Apa saja sih kegiatan yang bisa dilakukan bila mendapat 1 hari libur di Jakarta?
Olah Raga di Senayan
Bangun pagi jam 05:00 WIB (padahal kalau kerja bangunnya jam 07:00 WIB), saya pun langsung bertolak ke Gelora Bung Karno (GBK) dari Ciledug, Tangerang dengan menggunakan taksi online. Perjalanan menuju GBK sangatlah lancar jika hari libur. Ratusan mobil yang biasanya memenuhi jalanan pun banyak yang ikut libur. Ingat, itu hanya berlaku untuk hari libur. Kalau hari kerja, jangan coba-coba.
Mau ngapain di GBK? Ya, jualan Cilok dong. Jelas bukanlah, apalagi yang dilakukan kalau tidak berolahraga. Setelah seminggu duduk dengan posisi tegak di atas kursi kantor sambil tangan dan mata berfokus pada keyboard dan layar komputer, rasanya badan ini perlu juga mendapatkan peregangan.
Lalu kenapa GBK yang menjadi tempat pilihan olahraga? Yang pertama karena gratis (maklum anaknya gratisan). Yang kedua karena banyak orang lain yang juga berolahraga di sana baik itu bersepeda, senam, jogging, atau sekedar main bulutangkis tanpa net.
Suasana olahraga yang muncul di GBK membuat setiap orang yang datang ke sana (pada pagi hari) menjadi semangat juga untuk berolahraga. Kalau bingung mau berolahraga apa, lari-lari kecil mengelilingi Stadion Utama GBK menjadi opsi paling sempurna.
Alasan ketiga, kondisi GBK yang kini sangat bagus. Sejak perhelatan olahraga terbesar di Asia, Asian Games, yang dilakukan di Jakarta pada Agustus 2018, suasana GBK jauh berubah. Taman-taman ditata menjadi lebih rapi, fasilitas olahraga banyak yang diperbarui, tempat parkir kendaraan menjadi lebih manusiawi (tidak ada pungutan liar). Tidak percaya? Datang saja ke GBK dan buktikanlah sendiri.
Sarapan di Glodok
Puas berolahraga selama kurang lebih 1-2 jam di GBK (jangan lama-lama), sekarang waktunya untuk mengisi tenaga yang terbuang tadi. Pilihan jatuh pada sarapan di daerah Glodok. “Kenapa tidak sarapan di sekitar Senayan?” mungkin ada yang bertanya seperti itu. Hal itu karena belum banyak aneka jajanan yang buka, lebih tepatnya sangat amat sedikit pilihannya. Bahkan restoran di Mall pun belum ada yang buka. (sekitar pukul 08:00 WIB)
Itulah sebabnya kami memilih Glodok yang tidak begitu jauh itu sebagai lokasi sarapan. Dan tempat makan yang kami pilih untuk sarapan adalah Kopi Es Tak Kie, Es kopi legendaris yang sudah ada sejak tahun 1927. Sudah sangat tua, bukan?
Selain Es Kopinya yang terkenal, yang wajib kalian coba adalah bakmie ayam komplitnya (berisi pangsit dan bakso). Untuk bisa menikmati sajian legendaris tersebut, kalian harus rela antri bersama pemburu kenikmatan lainnya. Tempatnya tidak besar, kurang lebih hanya muat menampung <60 orang saja dan berada di dalam sebuah gang sempit bersama penjaja kuliner lainnya.
Jam buka Kopi Es Tak Kie adalah pukul 06:00 – 14:00 WIB. Namun untuk bisa menikmatinya, kalian harus datang sebelum jam 10:00 WIB. Kenapa? Karena kalau datang setelah jam tersebut, semua menu yang dijajakan di sana umumnya sudah habis. Sampai es kopinya pun habis. Warung legendaris ini memang sangat laris.
Harga: Mie Ayam Rp 30.000 & Es Kopi Rp 25.000
Alamat: Gang Gloria, Glodok, Jl. Pintu Besar Selatan III No.4-6, RT.7/RW.6, Kota Tua, Pinangsia, Tamansari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11120
Menikmati Ragusa Es Krim Italia
Katanya kalau sudah selesai makan, kita harus menutupnya dengan yang manis-manis. Itulah sebabnya dari Glodok, saya dan 2 orang teman langsung bergegas menuju Jalan veteran di Gambir yang merupakan lokasi dari Ragusa Es Krim Italia yang sudah sangat terkenal dari jaman Jakarta masih dikenal dengan nama Batavia.
Ragusa Es Krim Italia sudah ada sejak tahun 1932 dan dibangun oleh 2 Ragusa bersaudara, Luigie dan Vincenzo Ragusa. Jadi kata Italia pada Ragusa itu bukan hanya pemanis lho ya.
Yang saya suka dari Ragusa ini adalah es krimnya yang dibuat dari susu sapi segar dan tidak menggunakan bahan pengawet. Varian rasanya pun cukup banyak, mulai dari cokelat, vanila dan strawberry. Namun yang paling favorit untuk saya adalah Es Krim spagetinya.
Hampir mirip seperti Kopi Es Tak Kie, Ragusa pun tidak bisa menampung terlalu banyak pelanggan (kurang lebih hanya 60 orang). Jadi kalau sudah selesai makan, langsung keluar ya dan jangan bersantai-santai di sana sebab masih banyak pelanggan lain yang menunggu untuk bisa menikmati cita rasa legendaris dari Ragusa Es Krim Italia.
Buka: Pukul 10:00 WIB – 22:00 WIB
Harga: Rp 15.000 – Rp 35.000 per Porsi
Alamat: Jl. Veteran I No.10, RT.4/RW.2, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110
Bermain di Katedral
Dari Ragusa, kami berjalan sedikit menuju Katedral melewati Istiqlal. Seru ya jalan ke Gereja tapi lewat Masjid. Dua bangunan ibadah paling megah di Jakarta ini memang kerap dijadikan sebagai simbol persaudaraan karena letaknya yang bersebelahan.
Hal yang membuat saya tertarik untuk main ke Katedral adalah karena arsitekturnya. Jarang sekali ada sebuah bangunan bercorak Neo Gotik di bumi Indonesia. Selain itu, interior dalam gereja yang cukup megah begitu menggugah. Sayang rasanya sudah berada di dekatnya tapi tidak mampir.
- Baca Juga: Gereja Ayam yang Dulu Terabaikan
Selain bangunannya yang mengundang perhatian, kini di Katedral juga sudah ada museumnya lho. Sebenarnya bukan baru-baru ini museum itu ada. Museum Katedral sudah ada sejak tahun 1991, 90 tahun setelah peresmiannya. Namun kini kondisinya semakin baik karena sudah mendapat tempat tersendiri (tidak di dalam gereja).
Di Museum Katedral ini kalian bisa belajar mengenai perkembangan agama Katolik di Indonesia. Kalian juga bisa melihat benda-benda pemberian Paus , foto-foto katedral tempo dulu, daftar nama warga yang dibaptis pada jaman dahulu dan barang-barang bersejarah lainnya. Buat kalian yang ingin mengunjungi Museum Katedral, pastikan kalian mengunjunginya di hari yang tepat ya (Jangan hari Jumat).
Dan untuk yang ingin masuk ke dalam Katedral, hindari hari minggu dan hari libur. Hari minggu pasti digunakan untuk misa dan hari libur lainnya biasa digunakan untuk pemberkatan pernikahan.
Alamat: Jl. Katedral No.7B, Ps. Baru, Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710
Biaya Masuk: Gratis
Jam Buka Museum: 10:00 – 16:00 WIB (Senin- Kamis & Sabtu) dan 12:00-16:00 (Hari Minggu)
Bersantai di Lapangan Banteng
Dari Katedral kami menyeberang ke sebelahnya, apalagi kalau bukan Lapangan Banteng. Sejak proses revitalisasi dan peresmian pada tanggal 25 Juli 2018, Lapangan Banteng berubah total dari bentuk sebelumnya. Monumen pembebasan Irian Barat kini berdiri tegah dengan dikelilingi bangku taman yang dibentuk setengah lingkaran menghadap patung.
Di sebelah kiri monumen dan di depan bangku tempat para pengunjung bisa duduk, terdapat kolam yang dilengkapi papan mengapung yang bisa digunakan untuk pertunjukan. Pada waktu-waktu tertentu, air mancur di kolam ini akan meyala dan menari mengikuti alunan musik yang diputar.
Saya pun berkeliling lapangan ini dengan penuh sukacita dan tak lupa berfoto untuk mengabadikan momen di sini. Di sebelah kanan dari Monumen Pembebasan Irian Barat, terdapat Mushola dan toilet yang desainnya sangat bagus. Pada dindingnya terdapat beberapa kutipan dari Bung Karno terkait pembebasan Irian Barat pada tahun 60an.
Taman-taman di Lapangan Bateng ini juga cantik-cantik. Kalian bisa bersantai di sana. Namun kalian harus tahu taman mana yang boleh diinjak dan yang mana yang tidak boleh diinjak. Kalau sampai salah, siap-siap saja kalian dihampiri petugas dan terkena omelan.
Alamat: Jakarta Pusat, Ps. Baru, Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710
Buka: 05:00 – 22:00 WIB
Biaya Masuk: Gratis
Ngopi di Sabang
Usai menikmati keindahan Lapangan Banteng, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Sabang dengan berjalan kaki. Ya, berjalan kaki. Untuk mempercepat perjalanan, kami pun memotong lewat Monas. Untuk kalian yang ingin menghabiskan waktu di monas terlebih dahulu, silahkan lho. Ada 5 patung ikonik di dalam monas yang bisa kalian gunakan untuk berfoto (selain monasnya sendiri tentunya). Ada yang tahu nggak patung apa saja yang ada di monas?
Kami keluar melalui pintu parkir IRTI dan langsung menuju ke arah Sabang melewati Mercure Hotel. Di Sabang ini terdapat banyak pilihan warung kopi dengan suasana yang bermacam-macam. Ada Sedjenak Koffie, Another Coffe Shop, Coffee World Sabang, dan masih banyak lagi. Kalau saya sih memilih Sedjenak yang ada AC-nya (yang lain juga ada sih. hehehe). Maklum saja kami sudah seharian berpanas-panasan dan kini waktunya untuk pendinginan.
Setelah kami menyeruput kopi hingga tak bersisa, serta kaki sudah kembali pulih dari kelelahan akibat berjalan kaki, kami pun memilih untuk menyudahi perjalanan kami hari itu. Kami menjadikan rumah kami masing-masing sebagai destinasi akhir.
*****
Terima kasih Jakarta. Ternyata seru juga menjelajahi sebagian kecil wilayahmu disela 1 hari libur yang ada. Jalan-jalan di Jakata itu membuat saya semakin mengenal ibu kota tercinta ini dan serunya lagi, saya bisa menemukan sudut-sudut yang tak pernah saya duga sebelumnya. Sudahkah kalian menjelajah Jakarta? Atau kalian punya rekomendasi tempat yang wajib dikunjungi? Kalau ada, tulis di kolom komentar ya 🙂
Jakarta itu cinta yang tak hapus oleh hujan, tak lekang oleh panas. Jakarta itu kasih sayang.
–Sapardi Djoko Damono