Mampir ke Kabupaten Belu, Kunjungilah Beberapa Tempat Ini (Bagian 1)
Ada yang tahu dimana lokasi Kabupaten Belu berada? Tidak tahu? Tidak heran kalau kalian tidak mengetahui daerah tersebut, karena memang tidak banyak pemberitaan tentang daerah di ujung timur Pulau Timor bagian Indonesia ini. Nama Kabupaten Belu sebenarnya sempat meledak di media massa pada tahun 2002, ketika Timor Timur akhirnya secara resmi memisahkan diri dari NKRI. Namun setelah itu, rasanya nama Kabupaten Belu tenggelam dan menjadi nama yang begitu asing di telinga warga Indonesia.
Kabupaten Belu merupakan sebuah daerah di Pulau Timor, NTT, dengan ibu kotanya yang bernama Atambua. Daerah ini bersinggungan langsung dengan Timor Leste, negara yang dulunya merupakan bagian dari Indonesia. Tidak banyaknya pemberitaan tentang Kabupaten Belu bukan berarti tidak ada yang bisa diberitakan dari Belu. Banyak sekali kekayaan alam dan potensi wisata yang bisa digali dari Belu.
Dan untuk memperkenalkan Kabupaten Belu kepada kalian, berikut ini beberapa tempat yang bisa kalian kunjungi jika kalian memiliki kesempatan untuk mampir ke sana:
Pantai Teluk Gurita
Mari kita mulai dengan pantai, yang memang menjadi kekuatan pariwisata dari NTT. Pertanyaan yang pertama muncul adalah apakah di pantai yang terletak di teluk ini banyak guritanya? Jawabannya “mungkin saja”. Kita tidak pernah tahu ada hewan apa saja di dalam lautan sana dan berapa banyak jumlahnya. Tapi pemberian nama terhadap pantai ini memang tidak lepas dari hewan laut dengan 8 lengan ini.
Dulunya tempat ini bernama Kuit Namon. Kuit ini artinya ya gurita raksasa. Menurut cerita orang Belu dulu, konon kabarnya teluk ini dipakai sebagai jalur pedagangan. Banyak sekali pedagang yang mampir ke Belu lewat teluk ini. Suatu ketika, datanglah pedagang Spanyol dengan kapalnya. Ketika sedang bertransaksi, muncullah seekor gurita raksasa dan melilit kapal yang digunakan pedagang Spanyol tersebut. Dengan cepat kapal itu karam dan membawa serta penumpang yang ada di dalamnya. Sejak itulah nama tempat ini menjadi Teluk Gurita.
Apakah cerita itu benar terjadi? Saya sendiri tidak begitu yakin. Namun yang pasti saya yakin adalah Pantai Teluk Gurita ini indah sekali. Pasirnya putih, warna lautnya biru dengan gradasi yang memesona, dan perbukitan coklat yang mengelilingi teluk ini semakin menambah cantik lanskap yang satu ini.
Aktivitas yang populer dilakukan di sini adalah memancing. Kala berkunjung ke sana, saya sendiri tidak tertarik untuk melakukan aktivitas tersebut. Yang saya lakukan adalah berburu foto, karena memang tempat ini terlalu cantik kalau hanya dibiarkan tersimpan di dalam memori yang ada di kepala.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Pantai Teluk Gurita adalah ketika sunrise. Matahari akan muncul dengan cantiknya dan memeluk semesta dengan cahayanya yang berwarna oranye. Untuk mengunjungi pantai ini, kalian bisa menyewa kendaraan pribadi dari Atambua dan berkendara sejauh 23 KM ke arah Kecamatan Kakuluk Mesak, Belu bagian utara (± 40 menit).
Jika kalian mengunjungi Kabupaten Belu dengan menggunakan Kapal Feri seperti yang pernah saya lakukan dari Alor, maka kapal akan tepat mendarat di Pelabuhan yang letaknya tidak jauh dari pantai ini dan bertetangga dengan Pelabuhan Atapupu. Pengalaman bersandar di Pelabuhan Teluk Gurita saat fajar tiba dan menikmati proses sang surya terbit merupakan salah satu pengalaman yang tak akan terlupakan.
Kolam Susuk
Ingin punya kulit kencang dan bisa menarik perhatian lawan jenis? Mampirlah ke Kolam Susuk. Ahaha, itu hanya candaan dari saya saja. Susuk di sini bukanlah benda yang dimasukkan ke dalam tubuh secara spiritual untuk mendapatkan kekuatan tertentu, melainkan nyamuk. Ya, dalam bahasa setempat (Belu) susuk ini artinya nyamuk. Jadi Kolam Susuk ya kolam nyamuk.
Kolam Susuk ini sebenarnya adalah danau yang dikelilingi oleh perbukitan yang ditumbuhi oleh Pohon Bakau dan (kalau tidak salah) Kedondong. Jikalau air sedang pasang, maka danau ini akan terlihat begitu cantik. Namun bila sedang kering, keindahannya akan sedikit berkurang. Di tengah gersangnya daerah di sekitar sana, danau ini seolah menjadi oase yang menyejukkan.
Terdapat beberapa lopo yang bisa digunakan untuk bersantai di sekitar kolam ini, namun sayangnya lopo-lopo tersebut jauh dari kata terawat. Tempat ini bisa dikatakan sedikit terlupakan dan terabaikan. Padahal kalau dikelola dengan serius, tempat ini bisa jadi wisata andalan Kabupaten Belu lho.
Warga setempat biasa menggunakan danau ini sebagai tempat untuk menangkap ikan, udang, kepiting, dan lain-lain. Kolam ini memang berisi beberapa jenis ikan dan teman-temannya. Jikalau beruntung, di sekitar pepohonan yang berbaris di bukitnya, kalian bisa bertemu dengan kera.
Yang menarik dari tempat ini bukan hanya pemandangannya saja, tapi juga legendanya. Menurut Warga sekitar, kolam ini adalah kolam yang digunakan oleh 7 bidadari untuk singgah dan menyucikan diri. Para bidadari ini merupakan utusan Raja Lifao dari Oecusse. Agar tetap terjaga dan tidak diburu, Raja Lifao sengaja mengirim nyamuk untuk mengganggu para bidadari tersebut. Dari sanalah nama Kolam Susuk berasal.
Kolam Susuk terletak di Desa Dualaus, Kabupaten Kakuluk Mesak, terpaut hanya 3 KM saja dari Pantai teluk Gurita. Jadi setelah berkunjung ke Pantai teluk Gurita, jangan lupa mampir ke Kolam Susuk ya. Terdapat tulisan “Kolam Susuk” besar dan berwarna putih di salah satu sisi bukit, mirip-mirip tulisan “Hollywood” lah kira-kira. Dari gerbang masuknya, kalian bisa langsung melihat tulisan tersebut karena ukurannya sangat besar.
Pantai Pasir Putih Atapupu
Masih satu jalur dengan Pantai Teluk Gurita dan Kolam Susuk, Pantai Pasir Putih Atapupu ini terletak di Desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Belu, atau sekitar 14 KM dari Kolam Susuk. Letaknya yang berada persis di tepi Jalan Raya Nasional Trans Timor (jalur utama trans Atambua-Timor Leste) membuat pantai ini tidak sulit untuk ditemukan.
Keunikan pantai ini, selain terletak pada pasir putihnya, ada pada Hutan Bakau di sisi kiri dan kanannya yang menjadi pagar atau pembatas alami. Hutan Bakau ini seolah menjadi pelindung bagi siapapun yang ingin bermain di pantai ini. Arus ombak di sini cenderung tenang dan area di bibir pantainya pun dangkal. Warga Atambua sering menghabiskan pekannya bersama keluarga di sini. Bahkan warga Timor Leste, tetangga kita, yang menyeberang masuk ke Indonesia juga suka lho main ke pantai ini.
Serunya lagi, area pasir putihnya itu luas sekali. Terdapat beberapa lopo-lopo yang bisa kalian sewa dan gunakan untuk bersantai. Bila ingin berkeliling di laut sekitar Pantai Pasir Putih Atapupu, kalian bisa menyewa perahu milik nelayan sekitar dan minta untuk diantar berkeliling.
Pantai ini begitu sederhana, tak ada fasilitas mewah di sana. Tapi karena hal tersebutlah, pantai tersebut menjadi begitu mewah untuk saya.
PLBN Terpadu Motaain
Dari Pantai Pasir Putih Atapupu, lebih enak jika mampir dulu ke PLBN Motaain. Kenapa seperti itu? Karena jaraknya hanya kurang lebih hanya 7 KM saja. Eh, tapi kalian tahu kan apa itu PLBN? PLBN itu merupakan singkatan dari Pos Lintas Batas Negara. Karena Kabupaten Belu berbatasan langsung dengan Timor Leste, tentunya harus ada pos perbatasan sebagai gerbang masuk dan keluar, dari dan ke Indonesia bagi warga Indonesia atau warga lainnya. Nah, gerbang masuk tersebut berada di Desa Silawan, Tasifeto Timur, dengan nama PLBN Terpadu Motaain.
Buat sebagian orang, mungkin aneh ya menjadikan perbatasan sebagai destinasi wisata. Tapi percayalah, ada perasaan berbeda kala kalian bisa menapakkan kaki di perbatasan dua negara. Apalagi dulunya Indonesia dan Timor Leste itu satu daratan, tentunya ada perasaan emosional ketika main ke perbatasan dua negara ini.
PLBN Motaain ini letaknya persis di pinggir pantai. Jadi ketika kalian sudah memasuki zona netral atau saya menyebutnya dengan zona abu-abu, dimana kalian sudah keluar dari gerbang Indonesia tapi belum memasuki gerbang Timor Leste, kalian bisa melihat pantai cantik yang membentang panjang di sisi kiri jalan.
Keseruan lainnya yang saya dapat ketika mampir ke PLBN Motaain ini adalah bisa melihat dan berbincang sebentar dengan TNI AD yang menjaga perbatasan NKRI. Bukan pekerjaan mudah lho menjaga perbatasan dan apa yang sudah bapak-bapak TNI ini lakukan, patut diapresiasi.
Oh iya, PLBN yang ada di Indonesia sekarang ini tampilannya sudah bagus lho. Pak Jokowi memang merencanakan dalam program kerjanya untuk mempercantik, memperketat dan memperkokoh setiap pos perbatasan yang ada di Indonesia. Untuk apa? Kalau menurut saya sih agar warga yang melewati perbatasan ini tahu kalau negara itu peduli dengan wilayah perbatasan dan mereka yang ada di ujung batas sana.
Bagaimana cara “bermain” ke perbatasan? Jam berapa gerbang perbatasan dibuka? Apakah perlu bawa paspor atau tidak? Semua informasi mengenai PLBN Motaain bisa kalian baca DI SINI.
Kampung Adat Matabesi
Lokasi persisnya saya kurang begitu tahu, tapi seingat saya berada di Kelurahan Umanen, tidak jauh dari pusat kota Atambua. Waktu saya berkunjung ke sana, saya dibawa oleh supir saya yang memang keturunan suku Matabesi. Jadi sebelum kembali ke kota Atambua dari PLBN Motaain, kami mampir dulu ke Kampung Adat Matabesi ini. Lama perjalanan dari PLBN Motaain ke Rumah Adat Suku Matabesi ini kurang lebih 45 menit.
Gapura bertuliskan “Kampung Adat Matabesi” akan menjadi penanda ketika kalia masuk ke desa ini. sekitar 300 meter dari gapura, kalian akan disambut dengan jalan yang tidak teraspal. Mata kalian akan melihat banyak bebatuan di kampung adat ini. Bahkan ada yang sengaja dibentuk menyerupai seperti undakan, meja dan lainnya. Melihat pemandangan seperti ini, saya seperti merasa kembali ke jaman megalitikum.
Sebelum memasuki kawasan rumah adatnya, kalian akan melihat pohon besar bertuliskan “Makam Meo Bot Lausiberu dan Meo Nafonantesa“. Ya, di bawah pohon besar nan kokoh itu terdapat makam. Tidak jauh dari pohon tersebut, kalian sudah bisa melihat beberapa rumah adat. Rumah adat di sini bentuknya seperti perahu terbalik berkonsep rumah panggung, dengan atap yang terbuat dari rumput ilalang yang menyentuh hingga ke tanah. Kalau kalian berkunjung PLBN Motaain dan melihat bentuk atap salah satu bangunannya, dari rumah adat inilah konsep tersebut diambil.
Meskipun bentuknya terkesan sama, tapi bangunan-bangunan tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Ada yang digunakan sebagai tempat tinggal beberapa keluarga, ada yang digunakan untuk mengobati orang sakit, dan ada juga yang memang dibiarkan kosong (Uma Fuk Matabesi dan Uma Kakaluk).
Tepat di belakang desa ini terdatapat Bukit Lidak dengan tingkat kemiringan yang cukup curam. Bagi saya, desa ini penuh dengan kesederhanaan dan hal tersebut perlu untuk terus dipertahankan. Salah satu usaha dari warga sekitar untuk tetap mempertahankan keaslian kampung adat ini adalah dengan tidak memasukkan listrik ke sini.
Jikalau kalian melihat ada kayu-kayu yang tertancap di atas batu yang agak melingkar, tempat itu biasa digunakan untuk menyerahkan persembahan. Terdapat pula beberapa benda pusaka peninggalan nenek moyang suku Matabesi yang bisa kalian lihat di sini.
*****
Okay, sampai di situ dulu daftar tempat yang bisa kalian kunjungi di Kabupaten Belu. Sebenarnya masih ada beberapa tempat memukau lainnya, tapi saya akan menuliskannya di postingan terpisah agar tulisan ini tidak terlalu panjang.
Nantikan tulisan selanjutnya ya agar semakin lengkap informasi kalian mengenai tempat-tempat indah, bersejarah, dan penuh kisah di Kabupaten Belu ini.
Tulisan bagian kedua mengenai Belu bisa dibaca DI SINI
Believe in yourself, and the rest will fall into place. Have faith in your own abilities, work hard, and there is nothing you cannot accomplish.
–Brad Henry