Travel Itinerary Keliling Alor 7 Hari 7 Malam
Bersama beberapa orang sahabat yang memiliki hobi yang sama, freediving, saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu pulau di timur Indonesia yang menjadi surganya para penyelam, Alor. Pulau yang masuk ke dalam bagian provinsi Nusa Tenggara Timur ini memang sudah terkenal akan keindahan bawah lautnya dan berhasil mendapatkan gelar sebagai tempat menyelam terpopuler di tahun 2016 pada ajang Anugerah Pesona Indonesia.
Namun apakah hanya aktivitas menyelam yang bisa dinikmati di Alor? Tentu tidak. Masih banyak kegiatan wisata budaya yang bisa dilakukan di sini dan berikut ini saya bagaikan itinerary saya selama 7 hari 7 malam di Negeri 1000 Moko ini:
*Tulisan ini merupakan tulisan pertama dari rangkaian perjalanan 11 Hari menjelajah Kupang, Alor dan Belu
Hari Pertama
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
03:10 - 07:10 | Perjalanan CGK - KOE |
08:00 - 08:30 | Perjalanan dari El Tari menuju penginapan di Darma Loka |
08:30 - 10:00 | Taruh barang, mandi, dan Istirahat |
10.00 - 10:30 | Perjalanan ke Bil's Resto di Tenau |
10:30 - 11:30 | Makan siang di Bil's Resto |
11:30 - 11:40 | Perjalanan ke Pelabuhan Tenau |
11:40 - 12:10 | Perjalanan ke Dermaga Hansisi di Pulau Semau |
12:10 - 18:00 | Jelajah Pulu Semau |
18:00 - 18:30 | Perjalanan kembali ke Pelabuhan Tenau |
18:30 - 19:15 | Perjalanan ke Lippo Mall di Kupang |
19:15 - 20:00 | Makan Malam di Lippo Mall Kupang |
20:00 - 20:15 | Perjalanan kembali ke Penginapan di Darma Loka |
20:15 - 24:00 | Acara bebas lalu istirahat |
Setibanya di Kupang pada pukul 07:30 WITA setelah mengambil penerbangan paling pagi, saya dan teman saya, Billy, memutuskan untuk meletakkan barang bawaan kami yang cukup banyak terlebih dahulu di rumah salah seorang saudara yang terletak di dekat Taman Makam Pahlawan Darma Loka. Kami berdua memang sengaja berangkat 1 hari lebih awal dibandingkan 2 orang lainnya, yaitu Monika dan Chris.
Karena berangkat lebih awal, saya dan Billy mempunyai waktu lebih untuk menjelajah Kupang sebelum keesokan harinya berkumpul di Alor. Dan sebagai daerah tujuan penjelajahan kami hari itu, kami memilih untuk berkeliling Pulau Semau. Ada apa saja di Pulau Semau, seperti apa keindahannya, dan bagaimana cara menuju ke sana? Silakan membacanya DI SINI ya.
Tak ingin kelaparan selama berkeliling Pulau Semau, kami terlebih dahulu mengisi perut dengan makan siang di salah satu resto paling enak yang ada di Tenau, Bil’s Resto. Alasan kami memilih tempat ini karena Bil’s Resto terletak di pinggir laut dan memiliki pemandangan yang luar biasa. Harganya yang tidak terlalu mahal juga menjadi alasan kami memilih tempat tersebut. Usai perut kenyang, barulah kami berangkat menuju Pulau Semau.
Puas bermain di Pulau Semau, lebih tepatnya kelelahan, saya dan Billy memutuskan untuk berkendara menuju mall paling baru yang ada di Kupang untuk makan malam. Setelah berpanas-panasan sepanjang hari, rasanya tubuh ini layak untuk mendapatkan tempat yang nyaman untuk makan dan itulah aktivitas terakhir kami hari itu sebelum kembali ke penginapan untuk beristirahat.
CATATAN:
- Dibutuhkan waktu khusus 1 hari untuk menjelajah Pulau Semau. Jadi kalau ada yang mau ke Pulau Semau, usahakan tidak punya agenda lain hari itu.
- Di hari pertama ini, saya dan Billy menjelajah dengan menggunakan sepeda motor yang kami sewa dari salah satu rental yang ada di Kupang.
Hari Kedua
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 07:00 | Bangun pagi dan Mandi |
07:00 - 07:30 | Perjalanan menuju Bandara El Tari |
08:40 - 10:00 | Perjalanan ke Alor |
10:30 - 11:00 | Tiba di Alor dan dilanjutkan dengan perjalanan ke Resto Mama |
11:00 - 12:00 | Tiba di Resto Mama, Makan siang dan menikmati indahnya Pantai Kadelang |
12:00 - 13:00 | Sholat Jumat |
13:00 - 13:20 | Perjalanan ke Pantai Mali |
13:20 - 14:00 | Bermain di Pantai Mali |
14:00 - 14:10 | Perjalanan ke bandara untuk menjemput rombongan lain |
15:00 - 15:45 | Perjalanan ke Desa Takpala |
15:45 - 16:30 | Ngobrol-ngobrol dan foto-foto di Desa Takpala |
16:30 - 17:00 | Perjalanan ke Pantai Maimol |
17:00 - 18:00 | Menikmati senja di Pantai Maimol |
18:00 - 19:00 | Makan Malam di dekat Pelabuhan Kalabahi |
19:00 - 19:15 | Perjalanan ke penginapan (Nusa Kenari Indah) |
19:15 | Acara Bebas dan istirahat |
Bangun cukup pagi, saya dan Billy langsung bergegas menuju Bandara El Tari. Kami memang memilih penerbangan paling pagi untuk pergi ke Alor. Sesampainya di Alor, kami langsung bertolak menuju Resto Mama, satu-satunya restoran yang ada di Alor untuk sarapan + makan siang yang digabung jadi satu, sekaligus menunggu Chris dan Monik yang mengambil penerbangan kedua. Resto Mama ini terletak di atas Pantai Kadelang dan memiliki view yang sangat bagus kalau menurut saya.
Karena hari itu hari jumat, usai makan, Billy pun menyempatkan waktu untuk Sholat Jumat terlebih dahulu. Meskipun Alor ini mayoritasnya adalah penganut Kristen, namun masjid cukup banyak di sana dan kehidupan beragama di sana berlangsung sangat harmonis. Dari Masjid dimana Billy sholat, kami berangkat menuju Pantai Mali untuk bersantai sejenak sebelum akhirnya menjemput Monik dan Chris di bandara.
Tim sudah lengkap, kami pun tak ingin menyia-nyiakan waktu lagi yang sudah cukup banyak terbuang. Dari bandara, kami ngebut menuju Desa Takpala di Alor Tengah Utara. Kalau secara pengelihatan, Desa Takpala ini berada di daratan yang berada di seberang bandara. Namun setelah menempuh rute darat menuju ke Desa Takpala, ternyata jaraknya lumayan jauh dan lokasinya berada di atas bukit.
Selama di Desa Takpala ini, kami belajar banyak hal mulai dari mencoba makan sirih pinang, mendengarkan sejarah Desa Takpala, dan juga melihat bagaimana kehidupan di desa yang masih menjaga keasliannya ini. Semua aktivitas kami didampingi oleh penjaga desa yaitu Pak Martin. Dan dibagian akhir dari kunjungan kami ke Desa Takpala, kami mencoba untuk menjadi orang Takpala dan inilah bagian paling menarik. Setiap kami didandani ala orang Takpala, lengkap dengan senjata tradisional untuk berperang atau berburu.
Senang mendapatkan banyak pengetahuan dari Desa Takpala, selanjutnya kami bertolak ke Pantai Maimol yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Mali. Di sanalah kami menghabiskan senja kami, menikmati aktivitas warga lokal yang juga berkerumun di pinggir pantai. Beberapa anak kecil terlihat asyik melompat ke laut dari deramaga, rombongan anak-anak muda bernyanyi di pinggir pantai, dan para orang tua terlihat asyik bersenda gurau sambil mengunyah sirih pinang.
Kala matahari sudah tidak lagi menampakkan diri, kami pun memutuskan untuk makan malam di pinggir Pelabuhan Kalabahi sebelum ke penginapan Nusa Indah Kenari untuk beristirahat. Hari pertama yang cukup menyenangkan di Alor 🙂
CATATAN:
- Sampai tulisan ini tayang, hanya ada 2 penerbangan ke Alor dari Kupang dan itu hanya dilakukan oleh 1 maskapai. Usahakan pilih penerbangan paling pagi agar bisa menjelajah daerah di Alor lebih banyak.
- Kami menyewa mobil+ supir untuk mengantar kami berkeliling Alor.
Hari Ketiga
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 07:00 | Bangun pagi dan Mandi |
07:30 - 08:30 | Perjalanan ke Pantai Batu Putih |
08:30 - 09:15 | Menikmati Pantai Batu Putih |
09:15 - 09:30 | Perjalanan ke Desa Ilawe |
09:40 - 10:40 | Trekking menuju Air Terjun Ilawe |
10:40 - 12:00 | Main di Air terjun dan juga makan siang |
12:00 - 13:00 | Perjalanan kembali ke Desa Ilawe |
13:00 - 13:15 | Perjalanan ke Pantai Deere |
13:15 - 13:45 | Bermain di Pantai Deere |
13:45 - 14:30 | Perjalanan ke Desa Tradisional Monbang |
14:30 - 15:00 | Ngobrol-ngobrol di Desa Monbang |
15:00 - 15:30 | Perjalanan ke Alun-alun Kota Alor |
15:30 - 17:00 | Menyaksikan Festival Pawai Kemerdekaan |
17:00 - 17:30 | Perjalanan ke Pantai Alor Kecil |
17:30 - 18:00 | Menikmati senja d Pantai Alor Kecil |
18:00 - 18:15 | Perjalanan ke Alor Besar untuk melihat Alquran Tua dan Masjid pertama di Alor |
18:15 - 19:15 | Ngobrol tentang Alquran Tua bersama Pak Nur |
19:15 - 19:45 | Perjalanan ke Restoran untuk makan malam |
19:45 - 21:00 | Makan Malam |
21:00 - 21:30 | Perjalanan kembali ke Penginapan dan isitirahat |
Pagi ini kami mengunjungi Pantai Batu Putih sebagai destinasi pertama kami. Letaknya kurang lebih 13 KM dari Bandar Udara Mali. Diberi nama Pantai Batu Putih sebab terdapat tebing tinggi dengan batuan berwarna putih. Ciri khas pantai ini selain memiliki warna air laut yang sebening kristal adalah terdapat semacam goa di bagian akhir pantai ini. Di Goa tersebutlah umumnya para pelancong beristirahat usai menikmati keindahan Pantai Batu Putih.
Dari sana, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Ilawe. Bukan pantai yang menjadi sasaran kami di desa ini, melainkan sebuah air terjun. Untuk bisa mencapai lokasi Air Terjun Ilawe, kami harus trekking selama kurang lebih 1 jam dan melewati ±27 anak sungai. Benar-benar perjalanan yang seru sebab kami juga harus melalui hutan yang cukup lebat. Air Terjun Ilawe memiliki kedalaman kolam kurang lebih 2 meter dan untuk bisa sampai ke sana, kami harus didampingi oleh seorang pemuda lokal.
Puas berendam dan dilanjutkan dengan makan siang di Air Terjun, kami pun kembali ke DEsa Ilawe dan meneruskan perjalanan ke Pantai Deere. Keunikan pantai ini adalah terdapat beberapa Pohon Kelapa Tidur. Kalau umumnya pohon kelapa akan tumbuh tinggi ke atas, di Pantai Deere ini terdapat beberapa pohon yang pertumbuhannya ke depan atau nyaris tidur. Pohon-pohon inilahyang menjadi daya tarik selain pasirnya yang putih dan pemandangan lautnya yang memukau.
Kami tidak terlalu lama di Pantai Deere sebab destinasi berikutnya sudah menanti kami yaitu Desat Tradisional Monbang. Terdapat 2 desa tradisional, yaitu desa dengan pemandangan Hutan Pisang dan desa dengan pemandangan Mulut Kumbang. Kami memilih Desa Monbang dengan pemandangan Mulut Kumbang karena kemudahan aksesnya dan juga view-nya yang lebih memesona.
Desa Tradisional Monbang ini dihuni oleh Suku Kabola dan bentuk desanya hampir mirip dengan Desa Takpala. Rumah adat mereka terbuat dari bilah-bilah kayu dengan atap yang terbuat dari alang-alang. Yang jelas membedakan antara Desa Kabolang dengan Desa Takpala adalah pakaian adatnya. Di Desa Monbang ini, pakaian adatnya terbuat dari kulit kayu. Sayangnya waktu itu kami tidak bisa mencobanya sebab pakaian adat tersebut sedang dipakai untuk pawai kemerdekaan )kami berkunjung pada tanggal 18 Agustus).
Demi melihat pakaian adat dari Desa Monbang, kami pun pamit undur diri dari desa tersebut dan langsung menuju ke alun-alun kota Kalabahi. Di sana ratusan anak dari berbagai jenjang pendidikan sudah bersiap mengelilingi kota dengan baju adat mereka masing-masing. Acara 17an di beberapa daerah memang masih berlangsung dengan sangat meriah dan salah satunya adalah Alor ini. Dengan didampingi beberapa guru dan diiringi alunan musik, anak-anak tersebut berkeliling dengan penuh sukacita. Sungguh menyenangkan bisa menjadi penonton dari pawai tersebut.
Tidak ingin menghabiskan senja di kota, kami mengarahkan kendaraan menuju daerah pesisir, lebih tepatnya Pantai Alor Kecil. Di pantai ini kami bisa melihat dengan jelas bagaimana matahari bersembunyi di balik Pulau Pantar sebelum akhirnya benar-benar hilang dari pandangan. Dari sana, kmai tidak langsung pulang. Kami mampir ke daerah tetangganya yaitu Alor Besar untuk melihat Alquran tertua di Asia dan juga masjid pertama di Tanah Alor, Masjid Babussholah.
Selama berada di Alor besar ini, kami didampingi oleh Pak Nur yang sudah terkenal seantero bumi. Dialah yang kini bertugas untuk menjaga Alquran tua tersebut dan menunjukkannya kepada mereka, apapun agamanya, yang ingin melihat anugerah Allah ini. Dengan tangan terbuka ia menyambut kami dan menjelaskan sesuai kemampuannya mengenai Alquran tua ini. Kami sangat beruntung bisa berjumpa dengan Pak Nur sebab Pak Nur ini sering sekali tidak berada di tempat.
Aktivitas kami memang cukup panjang hari itu dan untuk menutupnya dengan manis, kami pun mampir ke salah satu rumah makan untuk mencoba makanan khas Alor yaitu Ikan Kuah Asam. Perut kenyang, hati senang, kini waktunya kembali ke penginapan untuk beristirahat. Masih banyak tempat kece yang harus kami kunjungi di Alor besok.
CATATAN
- Buat kalian yang ingin ke Pantai Batu Putih, usahakan membawa minuman dan makanan ya dari Kota Kalabahi sebab tidak ada penjual makanan di sini.
- Bawa obat nyamuk oles kalau mau ke Air Terjun Ilawe.
- Kalian bisa melihat Alquran Tua kapanpun kalian mau. Tidak ada waktu khusus untuk melihatnya.
- Buat kalian yang mau melihat pawai kemerdekaan di NTT, khususnya Alor, datanglah pada tanggal 18 Agustus karena pada tanggal tersebutlah pawai kemerdekaan diadakan.
Hari Keempat
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 07:00 | Bangun pagi dan Sarapan |
07:00 - 07:30 | Perjalanan ke Pantai Alor Kecil |
08:00 - 09:45 | Perjalanan ke Pantai Ling'al |
09:45 - 11:00 | Foto-foto dan berenang di Pantai Ling'al |
11:00 - 12:30 | Berangkat ke Pulau Pura untuk Diving |
12:30 - 14:00 | Freediving di sekitar Pulau Pura |
14:00 - 14:30 | Perjalanan ke Pulau Kepa |
14:30 - 15:30 | Freediving di sekitar Pulau Kepa |
15:30 - 15:35 | Kembali ke Alor Kecil |
16:00 - 16:15 | Berangkat ke Kampung Hula untuk membeli kain tenun |
16:15 - 16:45 | Belanja Kain Tenun Ikat |
16:45 - 17:15 | Perjalanan ke Bukit Hulnani |
17:15 - 18:00 | Menyaksikan matahari terbenanam di Bukit Hulnani |
18:00 - 18:30 | Perjalanan ke Resto Mama untuk makan malam |
18:30 - 20:30 | Makan malam |
20:30 - 20:45 | Perjalanan kembali ke penginapan dan acara bebas |
Setelah kemarin bermain terus di darat, hari ini adalah waktunya untuk bermain dengan air laut. Kami akan mengeksplor kekayaan laut milik Alor. Pagi itu, dari penginapan, kami bertolak ke Pantai Alor Kecil untuk menaiki kapal yang sudah kami sewa dari malam sebelumnya. Tidak untuk langsung menyelam, tujuan pertama kami adalah Pantai Ling’al.
Pantai Ling’al merupakan salah satu pantai di Alor yang memiliki panorama yang sangat bagus. Namun keindahan tersebut harus dibayar mahal dengan menempuh perjalanan laut selama 1,5 – 2 jam. Sebenarnya bisa saja melalui jalur darat untuk menuju ke Ling’al, hanya saja waktu tempuhnya jauh lebih lama lagi, yaitu 8 jam.
Setibanya di Ling’al, ternyata keindahan yang terpampang di internet akan pantai ini bukanlah gambar bohong. Lengkungan garis pantainya bersanding indah dengan gradasi warna biru lautnya. kami pun tak menyianyiakan waktu untuk berfoto dan menjadikan pemandangan tadi sebagai latarnya. Tak lupa juga kami berbaur dengan beberapa warga sekitar yang ada di pantai itu.
Dari Ling’al, sang nahkoda mengarahkan kapalnya menuju ke Pulau Pura. Menurut beberapa traveler yang sudah ke sini, Pulau Pura memiliki keindahan bawah laut yang dahsyat, 11 12 lah dengan keindahan bawah laut Pulau Pantar. Ketika melihat rombongan anak-anak lokal yang sedang berburu ikan (spearfishing), kapal yang kami tumpangi pun langsung berhenti. Di sanalah letak spot menyelam itu, tidak jauh dari Salib besar berwarna ungu yang bediri tegak di ujung daratannya.
Bersama dengan anak-anak lokal, kami menyelam dan mengeksplor keindahan bawah laut Pulau Pura yang memang benar-benar dahsyat. Karangnya begitu segar dan kontur bawah lautnya berbentu wall. Kala itu visibility-nya mencapai 30 meter. Jernih sekali bukan?
Dengan hanya menggunakan kaca mata renang dan tanpa menggunakan fin, anak-anak itu menyelam hingga kedalaman 10 meter sambil memegang tombak di tangannya. Saat melihat ikan yang dituju, tombak tersebut ia lepas untuk mendapatkan ikan buruannya itu. Tidak selalu berhasil memang, tapi seru sekali melihat aktivitas mereka itu.
Salah satu teknik menangkap ikan tradisional lainnya yang diterapkan oleh warga lokal adalah dengan menggunakan bubu. Perangkap yang terbuat dari bambu tersebut diletakkan di kedalaman tertentu dan dibiarkan selama beberapa waktu hingga akhirnya ditarik ke atas. Saat menyelam, kami melihat banyak sekali bubu dengan berbagai ukuran yang diletakkan di beberapa spot.
Sebenarnya ingin berlama-lama di Pulau Pura, namun waktu jualah yang membatasinya. Dari Pura kami bergegeas ke kembali ke Alor Kecil. Bukan untuk kembali ke daratan, tapi untuk kembali menyelam di Pulau Kepa, pulau yang bertetangga langsung dengan Alor Kecil. Meskipun terdapat beberapa penginapan di Pulau Kepa dan tidak menginap di penginapan tersebut, kita diizinkan untuk snorkeling atau freediving di spot yang terletak persis di depan penginapan tersebut.
Selesai menyelam di Pulau Kepa inilah kami lalu kembali ke daratan. Langsung ke penginapan? Oh, tentu tidak. Dari Alor kecil kami berangkat menuju Kampung Hula untuk membeli tenun ikat. Di tempat yang dikelola oleh Mama Syariat inilahkami bingung memilih tenun ikat mana yang mau kami bawa pulang. Semuanya bagus dan semuanya cantik. Rumah Tenun Alor yang dikelola Mama Syariat ini sudah terkenal di penjuru dunia lho. Setiap orang yang pergi ke Alor, pasti mampir ke sini untuk membeli kain tenunnya.
Kantong sudah dibuat jebol oleh kain-kain cantik di Rumah Tenun Alor, badan suadah dibuat pegal oleh keindahan bawah laut Alor, kini waktunya untuk menenangkan diri dengan menikmati proses matahari tenggelam di Bukit Hulnani. Konon kabarnya, Bukit Hulnani ini “ditemukan” oleh seorang bule lho dan berkembang menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi kala mampir ke Alor. Matahari terlihat pamit dengan sangat cantik dari atas bukit ini.
Itulah kegiatan kami di hari keempat. Kepuasan mata dan hati sudah terpenuhi, kini saatnya memuaskan perut yang sudah bergejolak sedari tadi. Dari bukit Hulnani, pergi (lagi) ke Resto Mama. Sihir dari Ikan Kuah Asam di Resto Mama ini kembali memanggil kami untuk ke sana. Tempat yang nyaman dan suasana pantai yang sejuk di malam hari membuat kami tak kuasa untuk tidak pergi ke sana. Setelah perut kenyang, kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat.
CATATAN
- Saat berkunjung ke Rumah Tenun Alor di Hula, silahkan menawar ketika ingin membeli kainnya. Namun perlu diingat untuk tidak menawar dengan sadis.
- Tenun yang dijual di Kampung Hula adalah jenis kain tenun ikat.
- Ada satu destinasi di Pulau Pura yang bisa kalian kunjungi yaitu pabrik pembuatan sopi. Waktu kami ke Pulau Pura, kami tidak bisa mampir ke sana sebab ombak sedang tinggi sehingga kapal tidak bisa bersandar.
- Untuk bisa menikmati sunset di Bukit Hulnani, kalian tidak perlu mendaki dari bawah sebab mobil bisa naik hingga ke atas dan kalian hanya perlu berjalan sedikit untuk sampai ke puncak Bukit Hulnani.
Hari Kelima
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 08:00 | Bangun pagi,mandi dan Sarapan |
08:00 - 09:00 | Check out dari Nusa Kenari Indah dan pergi ke Pantai Mali untuk melihat Mawar (Dugong) |
09:00 - 09:30 | Menunggu kabar mengenai izin melihat Dugong |
09:30 - 09:45 | Perjalanan ke Museum 1000 Moko |
10:00 - 11:50 | Keliling dan belajar di Museum 1000 Moko |
11:50 - 12:00 | Perjalanan ke Pasar Tradisional Kadelang |
12:00 - 12:35 | Belanja di pasar |
12:35 - 13:00 | Perjalanan ke Chelyn Cafe |
13:00 - 15:00 | Ngopi-ngopi sambil menunggu kabar dari Pak One soal Mawar |
15:00 - 15:30 | Perjalanan ke Hula untuk membeli kain (lagi) |
16:00 - 16:10 | Check in ke penginapan Alor Front Beach Bungallow di pantai Sebanjar |
16:10 - 18:00 | Freediving di pantai Sebanjar dan menikmati senja di sana |
18:00 - 18:30 | Mandi |
18:30 - 19:30 | Makan Malam di Pantai Sebanjar |
19:30 - 23:00 | Santai-santai di Pantai Sebanjar |
23:00 | Kembali ke penginapan dan istirahat |
Sebenarnya hari kelima ini hari yang kurang bagus untuk kami, tapi dari kekurangan itulah justru muncul sebuah cerita. Pagi-pagi benar kami sudah bangun dan berangkat ke Pantai Mali untuk melihat si Mawar, duyung “peliharaan” Pak Onesimus. Namun sesampainya di Pantai Mali pukul 08:00 WITA, Pak One sedang membawa tamu. Ternyata ada yang bangunnya lebih pagi dari kami.
Daripada menunggu di pantai, kami memutuskan untuk pergi ke Museum 1000 Moko yang berada di kota Kalabahi. Di museum ini kami mendapatkan edukasi mengenai apa itu Moko, bagaimana Moko bisa ada di Tanah Alor ini dan buat apa sih Moko ini. Semua penjelasan itu kami dapat dari Kakak Yanti yang menjadi penjaga Museum 1000 Moko saat itu. Dia menjelaskan dengan Bahasa Indonesia yang sangat baik dan menggunakan kata-kata yang sangat mudah dimengerti. Senang sekali bisa mendapatkan pendampingan darinya. Usut punya usut, Kakak Yanti ini bisa bicara dalam 6 bahasa lho.
Setelah belajar sedikit soal Moko, kami mampir ke bangunan di sebelahnya, masih berada di dalam satu kawasan, yaitu bangunan yang berisi kain tenun khas Alor. Ada 2 model tenun di Alor ini yaitu Tenun Ikat dan Songket. Wilayah Alor Barat Laut hingga ke Pulau Pantar umumnya menggunakan kain tenun jenis ikat, seperti yang dilestarikan oleh Mama Syariat. Sedangkan untuk Tenun Songket sendiri bisa dijumpai di wilayah Alor Timur dan Kolana.
Di dalam ruangan (mungkin) seluas 30 x 10 meter itulah tersimpan banyak sekali kain tenun yang cantik dengan berbagai corak dan warna. Ada yang menggunakan pewarna buatan dan ada juga yang menggunakan pewarna alami. Kami pun diajarkan bagaimana membedakan kain yang menggunakan pewarna alami dan buatan. Kalau warnanya sudah menyala terang dan permukaannya sangat halus, sudah bisa dipastikan benang yang digunakan adalah benang dengan pewarna buatan dari pabrik. Kalau warnanya agak redup dan permukaanya cenderung kasar, itulah yang menggunakan pewarna alami.
Senang karena mendapatkan edukasi mengenai kebudayaan di Alor, selanjutnya kami memutuskan untuk pergi ke Pasar Tradisional Kadelang. Belum mendapatkan kabar dari Pak One mengenai bisa atau tidaknya kami bertemu Mawar membuat kami harus melakukan aktivitas lain dan pilihan jatuh pada kegiatan berbelanja di pasar tradisional. Buat kalian yang suka traveling ke daerah, cobalah untuk mampir ke Pasar Tradisional. DI sanalah kalian bisa melihat wajah sesungguhnya dari suatu daerah. Tidak ada kepura-puraan di sana.
Selama di Pasar Tradisional Kadelang, kami berbelanja 2 makanan khas Alor yaitu Kue Rambut dan juga Jagung Titi. Oh ya, ada satu lagi. Tak lupa kami mencoba Mangga Kelapa, buah mangga yang ukurannya sebesar buah kelapa. Sudah pernah lihat belum? Kalau saya bahkan sudah cobain lho *pamer*.
Dari pasar, kami kembali ke Pantai Mali untuk bertemu Pak One. Kali ini bukan di Pantai Malinya, tetapi di Cafe yang letaknya tidak jauh dari Pantai Mali yaitu Cafe Chelyn. Hal tersebut kami lakukan karena Pak One tidak bisa dihubungi saat itu. Sialnya, sesampainya di di cafe Chelyn, kami mendapat kabar kalau kondisi ombak sedang tidak bersahabat. Turis yang dibawa Pak One pun harus pulang dengan jalur memutar melalui Pulau Sikka akibat ombak yang terlalu besar.
Lalu bagaimana selanjutnya? Kalau kata generasi milenial sih asyikin aja. Tidak ingin melawan alam, kami pun memutuskan untuk check in ke penginapan baru, yaitu Alor Front Beach Bungallow yang berada di Sebanjar. Namun sebelumnya, kami kembali mampir ke tempat Mama Syariat untuk membeli kain (lagi).
Tepat di depan penginapan Alor Front Beach Bungallow terdapat pantai dengan bawah lautnya yang cantik sekali yaitu Pantai Sebanjar. Untuk mengobati rasa sakit hati kami *lebay* karena tidak bisa bertemu Mawar, kami pun freedive di pantai ini. Kata petugas penginapan, kalau beruntung, kami bisa bertemu dengan hiu di sekitar Pantai Sebanjar ini. Sayangnya, kami lagi-lagi tidak beruntung dan tidak ketemu hiunya.
Setelah capek “berendam” di laut, kami pun kembali ke penginapan untuk mandi dan menyegarkan badan. Dan setelah selesai mandi, kami langsung bergegas menuju kantin dari penginapan untuk makan malam. Buat kamu yang ingin mencoba Ikan Kuah Asam, masakan paling enak berada di kantin Pantai Sebanjar ini. Kalian wajib coba kalau ke sini.
Dari meja makan, kami beranjak ke pinggir pantai untuk menikmati malam yang bertabur bintang. Nyaris saja kami tertidur di pinggir pantai karena langitnya begitu cantik dan anginnya yang sepoi-sepoi. Untungnya, salah seorang dari kami mengajak untuk kembali ke penginapan dan menutup hari kelima ini dengan merebahkan diri di atas kasur.
CATATAN
- Biaya kunjungan Museum Moko adalah sebesar Rp 1.000/orang/kunjungan untuk anak sekolah, Rp 5.000/orang/kunjungan untuk kategori umum dan Rp 15.000/orang/kunjungan untuk wisatawan mancanegara.
- Jam buka dari Museum 1000 Moko adalah pukul 08:00 – 13:00 WITA untuk hari Senin-Kamis, pukul 08:00 – 11:00 WITA untuk hari Jumat dan hari Sabtu-Minggu museum tutup.
- Mawar merupakan nama duyung yang dipelihara oleh Pak Onesimus. Untuk bertemu dengannya, kalian harus menghubungi Pak Onesimus terlebih dahulu.
Hari Keenam
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
06:00 - 08:00 | Bangun pagi dan sarapan |
08:00 - 08:10 | Perjalanan ke Alor Kecil |
08:30 - 09:00 | Perjalanan menuju freediving spot di Pulau Pura |
09:00 - 10:00 | Freediving di Pulau Pura |
10:00 - 10:30 | Perjalanan ke freediving spot di Pulau Pantar |
10:30 - 11:30 | Freediving di spot Pulau Pantar |
11:30 - 13:00 | Makan siang dan istirahat di Pantai Pantar Kumbang |
13:00 - 13:30 | Perjalanan ke Pulau Ternate (Alor) |
13:30 - 14:30 | Freediving di sekitar Pulau Ternate |
14:30 - 15:00 | Perjalanan kembali ke Alor Kecil |
15:00 - 15:15 | Perjalanan kembali ke Penginapan di Sebanjar |
15:15 - 18:00 | Istirahat |
18:00 - 19:30 | Makan Malam |
19:30 - 22:30 | Nongkrong di Pantai Sebanjar |
22:30 | Kembali ke penginapan dan stirahat |
Bangun pagi ini suasana agak berbeda, pemandangan laut yang indah menyambut kami dengan penuh kehangatan. Di hari kelima ini, kami kembali akan kembali bermain di laut. Sekitar pukul 08:00 WITA, kami berangkat menuju Pantai Alor Kecil untuk naik kapal menuju Pulau Pura. Pulau yang bertetangga dengan Pulau Kepa dan Pulau Pantar ini memang memiliki diving spot yang cukup banyak dan semuanya bagus.
Setelah puas bermain di laut yang ada di sekitar Pulau Pura, kami mengganti destinasi dan bergeser ke Pulau yang ada di sebelahnya, Pulau Pantar. Surga bawah laut Alor yang sebenarnya itu katanya berada di Pulau Pantar ini. Sayangnya kami, tidak memiliki waktu banyak untuk mengeksplor Pulau Pantar ini dan hanya berkesempatan mencicipi keindahan bawah laut di depan Pantai Pantar Kumbang.
Typical bawah laut di Pulau Pantar ini mirip dengan yang ada di Pulau Pura, yaitu berbentuk Wall. Kalau soal kondisi karangnya, keduanya sama-sama segar dan bagus.Sulit untuk membandingkan lebih bagus yang mana. Namun di Pulau Pantar ini arusnya sedikit lebih besar dibandingkan arus di Pulau Pura.
Setelah selesai menyelam, kami berisitirahat sejenak di pinggir pantai, makan dan kemudian tidur. Menyelam selama 2 jam ternyata membuat badan ini sangat lelah, sedangkan kami masih punya 1 spot lagi untuk dieskplor. Ketika terbangun setelah tertidur selama kurang lebih 1 jam, badan ini pun segar kembali dan siap untuk menjelajah spot terakhir yang berada di Pulau Ternate.
Perjalanan ke Pulau Ternate dari Pulau Pantar memakan waktu 30 menit. Nah, Pulau Ternate ini sedikit unik karena tidak memiliki pantai, jadi di bawah tempat bersandar kapal itu langsung laut. Wall pun menjadi suguhan utama dari bawah laut Pulau Ternate. Terlihat di kedalaman ± 8 meter diletakkan banyak sekali Bubu, alat tangkap ikan tradisional di Alor. Sisa-sisa tenaga yang kami punya, kami gunakan untuk menjelajah keindahan bawah laut Pulau Ternate ini. Ada yang penasaran gak sih kenapa Pulau Ternate ada di Alor?
Dari Pulau Ternate kami kembali ke Pantai Alor kecil dan menyudahi kegiatan diving kami hari itu. Setibanya di penginapan, kami berempat tertidur karena kelelahan. Namun kelelahan itu adalah kelelahan yang nikmat karena kami sukses menikmati surga bawah laut Alor.
Aktivitas yang sama seperti malam kemarin pun kembali kami lakukan setelah bangun. Makan malam dan kemudian bersantai hingga larut malam di pinggir pantai. Langit yang bertabur bintang di atas Pantai Sebanjar ini terlalu sayang untuk tidak dinikmati. Kapan lagi ya kan bisa menginap di penginapan tak berbintang namun beratapkan langit yang bertabur bintang?
CATATAN
- Sebenarnya masih ada 1 lagi yang bisa dikunungi di dekat Pulau Ternate, yaitu Pantai Buaya. Sayangnya, karang-karang di Pulau Buaya sudah hancur akibat bom ikan yang digunakan nelayan di sana untuk menangkap ikan 🙁
- Jika ingin melaut, bawalah nasi atau perbekalan dari Alor Kecil karena tidak ada penjual makanan di Pulau Pura, Ternate atau pantai lainnya.
- Kapal yang mengangkut untuk hopping island ini bisa menampung lebih dari 10 orang lho.
Hari Ketujuh
Waktu (WITA) | Deskripsi |
---|---|
05:00 - 06:00 | Bangun pagi dan check out |
06:00 - 07:00 | Perjalanan ke Chelyn Cafe |
07:00 - 08:15 | Sarapan dan nongkrong di Chelyn Cafe |
08:15 - 08:20 | Antar seseorang ke bandara |
08:20 - 08:30 | Perjalanan ke Pantai Mali |
08:30 - 08:45 | Perjalanan dari Pantai Mali ke laut dekat Pulau Sikka untuk melihat Mawar (Dugong) |
08:45 - 09:45 | Mai bareng Mawar di laut |
09:45 - 10:00 | Perjalanan kembali ke Pantai Mali |
10:00 - 11:00 | Ngobrol dengan Pak One di pinggir Pantai Mali |
11:00 - 11:20 | Perjalanan ke Pelabuhan Kalabahi |
11:25 - 11:40 | Perjalanan ke RUmah Makan Jember |
11:40 - 12:45 | Makan siang |
12:45 - 14:00 | Perjalanan ke Tuti Adagae |
14:00 - 15:30 | Jelajah Tuti Adagae |
15:30 - 17:00 | Perjalanan kembali ke Kalabahi |
17:00 - 19:00 | TIba di Pantai Bungabali dan nongkrong di Yakuza Cafe |
19:00 - 19:15 | Perjalanan ke Pelabuhan Kalabahi |
22:00 | Perjalanan menuju Atambua dengan menggunakan kapal feri |
Hari ini adalah hari terakhir di Alor dan salah seorang dari kami harus kembali ke Jakarta lebih dahulu. Usai check out dari penginapan dan mengantar seorang teman kembali ke bandara, kami mendapat kabar gembira dari Pak One kalau kami bisa bertemu dengan Mawar pagi itu.
Segera kami bertiga pergi ke Pantai Mali dari bandara. Sesampainya di Pantai Mali, terlihat Pak One sudah siap dengan 2 anak buahnya dan mesin kapalnya pun sudah menyala. Kami bertiga pun dengan sigap mengambil kamera bawah laut kami dan bergerak menuju ke kapal milik Pak One. Beruntungnya kami hari itu adalah kami satu-satunya pelanggan yang akan bertemu dengan Mawar.
Hanya butuh waktu 15 menit untuk berlayar menuju ke laut tempat dimana Mawar bermain dan hanya perlu waktu kurang dari 2 menit untuk melihat si Mawar usai Pak One mengucapkan mantra pemanggilannya. Mawar ini dugong yang unik. Kalau kata Pak One, Mawar ini memiliki hati seperti manusia. Ia bisa merasakan apa yang kita rasakan. Kalau kondisi hati kita sedang senang saat mengunjunginya, maka ia pun akan ikut senang.
Namun Mawar tidak akan langsung menghampiri kita setelah ia menampakkan diri. Selama beberapa saat, ia akan berenang mengelilingi kapal yang kita naiki. Pak One bilang, itulah caranya untuk mengenali wisatawan yang mengunjunginya. Usai menjentikkan jarinya ke air, mawar pun langsung menghampiri Pak One dan mencium tangannya. Ya, benar-benar mencium tangannya.
Untuk alasan keselamatan, pengunjung tidak diizinkan untuk turun ke laut dan berenang bersama Mawar. Yang ditakutkan Mawar akan membawa pengunjung ke dasar laut karena mengira pengunjung sebagai temannya. Jadi untuk mendokumentasikan Mawar, kita hanya perlu memasukkan kamera bawah laut ke dalam air dan Pak One akan memanggil Mawar untuk mendekat. Sebuah solusi yang bagus, bukan?
Saat ingin kembali ke Pantai Mali, beberapa kali Mawar menabrakkan diri ke kapal yang kami naiki. ternyata dia tidak rela kalau kami cepat pulang. Dia masih ingin berlama-lama dengan kami, khususnya Pak One. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari Pak One, Mawar bergerak menjauhi kapal dan kami pun bisa kembali ke daratan.
Sudah bertemu Mawar, selanjutnya kami berangkat menuju ke Tuti Adagae. Namun sebelumnya kami mengisi perut terlebih dahulu di RUmah Makan Jember. Ada yang tahu tidak Tuti Adagae ini tempat apa? Sumber Air Panas? Iya, betul. Di tengah hari yang panas, kami justru ke tempat dimana ada sumber air panas. Kurang greget gimana coba?
Setelah 1 jam perjalanan dari Pantai Mali , kami pun tiba di lokasi parkir dari Tuti Adagae. Total ada 3 sumber air panas di Tuti ini yang merepresentasikan seorang ayah, ibu dan anak. Tidak sepert sumber air panas lain yang umumnya mengandung belerang dan berbau, sumber air panas di Tuti adagae ini tidak berbau. Mungkin kandungan belerang dalam sumber air panas ini cukup rendah sehingga tidak berbau.
Buat kalian yang mau berendam di sumber air panas ini, kalian bisa melakukannya di spot yang kedua. Di tempat ini juga biasanya para wisatawan datang dan merebus telur. Hanya dalam kurun waktu kurang dari 10 menit setelah telur mentah diletakkan ke dalam kolam, telur ini akan matang dan siap untuk disantap (tanpa kulit).
Dari Tuti, kami beralih ke kota Kalabahi, lebih tepatnya ke Pantai Bungabali. Di sana terdapat sebuah tempat nongkrong di pinggir pantai bernama Yakuza Cafe. Di pantai inilah kami menghabiskan senja sembari menunggu waktu berangkatnya kapal ke Belu. Awalnya kami ingin menjelajah daratan Pulau Pantar, hanya saja hari itu merupakan Idul Adha sehingga tidak ada kapal yang berangkat ke Pantar. Akhirnya kami mengubah rencana ke Belu karena ada kapal feri yang berangkat ke Belu malam itu. Tepat pukul 22:00 WITA kapal feri yang bersandar di Pelabuhan Kalabahi akhirnya berangkat menuju Pelabuhan Teluk Gurita yang berada di Kakuluk Mesak, Belu.
CATATAN
- Kalian tidak bisa bertemu Mawar pada hari minggu mulai pukul 06:00 – 12:00 WITA sebab waktu tersebut digunakan Pak Onesimus untuk beribadah.
- Ingat, kalau pergi ke Tuti jangan lupa membawa telur mentah dari Kalabahi untuk direbus di sana.
*****
Yap, itu tadi sedikit sharing mengenai itinerary selama 7 hari di Alor, negeri 1000 Moko. Semoga tulisan ini bisa membantu kalian yang ingin merencanakan untuk pergi ke Alor ya 🙂
Info Tambahan
- Perjalanan di atas dilakukan oleh 2 orang pada hari pertama, 4 orang pada hari kedua hingga keenam, dan 3 orang pada hari ketujuh.
- Untuk kalian yang mau mengunjungi Air Terjun Mataru, kalian harus menyiapkan kocek lebih sebab rute untuk menuju ke sana cukup sulit dan harus menggunakan mobil 4×4.
- Selama menjelajah Alor, lebih baik menggunakan supir orang lokal, sebab beberapa spot medannya cukup sulit dan tidak ada di aplikasi penunjuk arah.
- Tidak perlu takut mencari makanan halal di Alor karena semua rumah makan itu halal. Kerukunan umat beragama di Alor sangat terjaga. Meskipun mayoritas non muslim, tapi tidak ada rumah makan non halal di sana. Makanan non halal hanya dimasak di rumah pribadi.
Kontak
- Rental Mobil Alor + Driver (Nick) → 085238800580 (WA) & 082145496002 (Telepon)
- Sewa Kapal (Dejan)→081337700755 (Telepon & sms)
- Pak Onesimus (Mawar) →081236978212 (Telepon)
- Sewa Motor Kupang → 081337772292 (Telepon & WA)
Terima kasih
Tulisan selanjutnya mengenai Jelajah Belu – Kupang selama 4 hari 3 malam bisa dibaca DI SINI.
Rincian biaya selama berkeliling Alor 7 hari 7 malam bisa dibaca DI SINI.
We must go beyond textbooks, go out into the bypaths and untrodden depths of the wilderness and travel and explore and tell the world the glories of our journey.
— John Hope Franklin