Berkawan Senja di Pantai Ngurbloat
Saat berkunjung ke Pulau Kei, saya sengaja untuk menginap di Villa Monica. Alasan pertama karena letaknya di pedesaan, jauh dari keramaian kota, memang saya butuh ketenangan. Alasan kedua karena letaknya dekat dengan pantai. Pantainya pun bukan sembarang pantai, melainkan salah satu pantai terbaik yang ada di Pulau Kei, bahkan di dunia, Pantai Ngurbloat namanya.
Sore itu mobil yang saya dan teman-teman tumpangi melaju cepat di atas jalan yang baru saja di aspal. Hitamnya masih begitu pekat dan kesan basahnya masih terlihat di atasnya. Sejak mulai populer di kalangan wisatawan lokal, Pulau Kei yang terletak di Maluku Tenggara memang mulai berbenah diri. Infrastruktur jalan secara perlahan mulai diperbaiki dan kekurangan-kekurangan yang ada mulai diatasi.
Rombongan saya baru saja meninggalkan bukit tertinggi di Pulau Kei Kecil, Bukit Masbait namanya. Di atas bukit tersebut terdapat sebuah patung Yesus yang berdiri gagah dengan posisi tangan yang Ia tumpahkan untuk memberi berkat pada Tanah Kei. Meskipun kesannya tempat ini “Kristen sekali”, tapi siapapun boleh lho naik ke atas bukit ini. Pemandangan dari atas bukit dengan ketinggian 300 MDPL ini sungguh memesona, lautan Kei yang cantik akan terlihat jelas dari atas sana. Namun kami tidak ingin menghabiskan hari kami di atas bukit. Kami butuh pantai, ya pantai. Kami ingin menutup hari dengan bersantai di pantai.
Perjalanan Bukit Masbait menuju Pantai Ngurbloat berlangsung lancar tanpa halangan. Dalam kurun waktu 10 menit, rombongan sudah berpindah dari dataran tinggi di daerah timur ke daerah pesisir di bagian barat. Kesan pertama melihat pantai berpasir putih ini dari dalam mobil tentunya saya terpukau, takjub dengan pemandangan pantainya. Rombongan nyiur berbaris rapi, garis pantainya begitu panjang, jarak bibir pantai yang begitu lebar, dan minimnya sampah di pantai ini.
Sebenarnya 1 hari sebelumnya, saat pertama kali tiba di Kei, saya dan beberapa orang teman sudah berjalan kaki ke Pantai Ngurbloat ini dari Penginapan Villa Monica. Hanya saja saat itu waktu kunjungan kami sudah terlampau malam, jadi keindahan Pantai Ngurbloat tidak nampak sempurna. Kami hanya bisa merasakannya namun tak bisa melihatnya dengan jelas.
Ketika mesin mobil dimatikan, saya dengan cepat turun dari mobil dengan membawa serta peralatan dokumentasi seperti DSLR dan drone. Buru-buru saya melepas sandal yang saya gunakan. Mengapa? Sebab pasir pantai Ngurbloat ini lembut sekali. Saya ingin segera merasakan kembali asyiknya kulit ini bersentuhan dengan butiran-butiran pasir putih halus yang konon kabarnya merupakan pasir terhalus nomor 2 di dunia.
Beberapa anak lokal dan turis lainnya sudah terlihat asyik bermain di sana. Ada yang membuat tulisan di atas pasir, ada yang bermain air, ada yang lompat dari atas dermaga, ada yang berlari-larian dan yang pasti tidak ketinggalan adalah foto-foto di atas pantai cantik ini. Suasana penuh sukacita benar-benar menyelimuti setiap insan yang ada di atas pantai ini. Rasanya tidak ada tempat bagi kesedihan untuk masuk ke sana.
Tak ketinggalan, matahari pun seolah ingin bermain bersama kami di sana sebelum ia beristirahat dan kembali ke peraduannya. Dengan cantiknya ia memberi tanda kepada kami, ia mengubah langit yang perlahan mulai gelap menjadi lembayung yang menarik hati. Lukisan alam yang terbentuk sore itu benar-benar membuat saya kagum. Tuhan memang selalu punya cara untuk mengejutkan saya.
Awalnya, saya hanya tahu kalau Pantai Ngurbloat itu terkenal dengan pasir halusnya. Namun ternyata, pantai ini menyimpan pesona lainnya berupa senja yang memikat, yang baru saya ketahui saat itu. Ada kalanya memang hal yang bagus itu tidak perlu kita ketahui sebelumnya, agar saat peristiwa itu datang, rasa suka yang bercampur dengan syukur keluar dengan penuh spontanitas.
Tak ingin terpukau dan terdiam terlalu lama, kamera segera saya arahkan ke arah matahari yang terlihat ingin bersembunyi di balik awan. Perahu-perahu dan nelayan yang berada di atas laut, yang berada dalam bidikan kamera saya, berubah menjadi siluet dengan langut yang berwarna ungu dan oranye. Gambar-gambar senja yang biasa berseliweran di linimasa instagram saya, sekarang sudah tersimpan rapi dalam memori di kepala dan kamera saya.
Sesekali angin bertiup dan memeluk kami dengan lembut. Seolah angin ingin berkata, “izinkan saya ikut bermain dalam senja kalian, ya”. Rombongan burung yang hilir mudik di atas pantai juga semakin menambah keindahan senja sore itu yang sebenarnya sudah cukup menakjubkan buat saya, namun Tuhan menambahkan kecantikan senja di Pantai Ngurbloat terus dan terus. Senja yang biasanya saya nikmati di atas sepeda motor sambil bermacet-macetan dengan pengemudi lainnya setelah pulang kantor, berganti dengan senja di atas pantai yang menajkjubkan.
Seperti lampu petromax yang cahayanya semakin memudar karena kehabisan bahan bakar, kurang lebih seperti itulah cara sang surya terbenam dan memadamkan sinarnya. Meskipun hanya berlangsung selama beberapa menit, tidak terlalu lama, namun pengalaman berkawan dengan senja di Pantai Ngurbloat menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan dan akan selalu mendapat tempat di hati saya.
- Baca Juga: Tersihir Eksotisme Pulau Bair
Memang sesuatu yang nikmat itu tidak boleh berlangsung terlalu lama, sebab jika terlalu lama, manusia seringkali terlena dan berubah malas. Malam gelap di pantai yang memiliki arti Pasir Panjang ini menjadi ajakan untuk saya dan pengunjung lainnya kembali ke penginapan masing-masing.
Tiba-tiba saja handphone di kantong saya bergetar. Saya pun segera mengambilnya dari kantong celana yang sudah disusupi oleh pasir putih. Ketika membaca isinya, saya hanya tersenyum dan kembali berterima kasih kepada Sang Tuhan. Mama Tita berpesan bahwa makan malam sudah siap, cepatlah kembali sebelum makanan berubah dingin.
Terima kasih Ngurbloat karena saya boleh berkawan dengan senjamu yang indah itu. Terima kasih matahari karena engkau boleh berbisik kepada kawanmu, sang awan, untuk tidak berubah menjadi rintik hujan sore itu dan kepada angin untuk tidak berlari terlalu cepat. Dan penghormatan tertinggi tentunya layak diberikan pada sang Tuhan yang membuat ciptaannya, baik itu langit, matahari, manusia, pepohonan, dan laut, dapat saling bersinergi di sore itu. Biarlah setiap mahluk yang bernafas memuji-Nya dengan caranya masing-masing.
Sampai jumpa Ngurbloat. Jangan jemu untuk menyeberkan pesonamu kepada manusia. Dan manusia, jagalah tingkah lakumu agar tak merusak alam yang dititipkan Tuhan padamu.
Clouds come floating into my life, no longer to carry rain or usher storm, but to add color to my sunset sky.
–Rabindranath Tagore